10 :: Hari Sesudah Besok

230 32 6
                                    

Voment!! Ramein nggak😔

.


Ternyata kaki patah beneran sakit. Taki kira cuma mati rasa doang. Bayi lima tahun itu terisak memandangi kaki kanannya yang dibalut gips keras, bikin kakinya gede sebelah.

"Taki kaki na kayak Big Helo Siks!" Maki berkomentar sambil menunjuk kaki kakaknya.

Yang dikomentarin jadi makin manyun. Benda putih di kakinya bikin kulit Taki nggak nyaman, gatel nggak karuan tapi nggak bisa digaruk.

"Coba cerita sama Papa, tadi Taki kenapa sampe jatuh begini?" Papa Hee berkacak pinggang.

Untung dokter anak yang mengobati Taki udah keluar ruangan. Bisa pusing dia dengar hebohnya si kembar dan drama Papa Hee. Omong-omong Taki diopname karena setelah dicek dia demam. Permintaan Papa Hee sih karena terlalu khawatir.

"Nda mawu celita." Taki menggeleng.

Papa Hee merotasi bola matanya. "Loh kenapa nggak mau cerita? Taki lari-lari di perosotan terus jatuh? Atau dorong-dorongan sama temennya? Humm?"

"Nda au!"

Heeseung capek. Pengen kelon sama Mas Kei aja deh kalo Taki ngedrama begini. Persis dia kalo lagi mode tsundere. Apa-apa harus dipekain, anti ngomong deh pokoknya!

Hari ini Heeseung beneran runyam. Suaminya entah kenapa, anaknya begini. Haduh. Heeseung takut tambah dewasa.

Gruduk. Gruduk.

Suara sepatu kecil berderap menuju ruangan Taki dirawat. Harua dan kedua orang dewasa yang mengekornya.

"Rua jangan lari-lari!" Hayate yang menuntun si kecil ikutan mempercepat langkahnya.

"Paman Cat nda gendong Lua cih!" Harua ngeles, lalu membuka pintu ruang rawat.

"Ya Rua jangan minta gendong Paman Cat terus, kasian toh." Ujar Ayah Fuma. Harua sekalinya lengket sama orang mah manja banget.

"Taki! Janan atit yagi, Lua bawa pelmen loh." Harua berjinjit mengamati kaki Taki. "Paman Cat. Lua pinjem cepidol."

Harua sayang Taki sampai hari sesudah besok.

"Hali cecudah becok itu kapan?" Taki membaca tulisan acak-acakan Harua dengan wajah bingung.

"Becok na becok telus!"

"Ish jadi na kapan???"

"Ya nda ada kapan. Cayang telus, nda ada cudah na."

Hayate nyengir kuda. Harua boleh juga.

Sementara itu Maki manyun di pojokan. "Lua nda pelnah bilang cayang ke Maki!"

Harua merentangkan tangannya ke Hayate, kode minta diangkat ke kasur Taki. "Maki belicik."

"Taki masih kerasa sakit nggak kakinya?" Fuma bertanya dengan nada kebapakan khasnya. "Tadi dokter bilang apa?"

Nggak kayak tadi, Taki nyerocos panjang lebar. "Kata na doktel kaki taki patah tapi nda lepas kaki na. Hayus pake putih-putih, telus nda bica jalan hayus pake tongkat. Cakit, luka na banak waktu jatuh."

"Oh iya? Jatuhnya gimana?"

"Tadi naik ke tangga di pelosotan na teyus tali sepatu na keinjek, jatuh deh."

Heeseung manyun. "Tadi sama Papa nggak mau cerita."

Taki membuang mukanya, menghindar dari tatapan sang Papa. "Papa cama Taki cuek, malah-malah teyus. Baik na thama bilang cayang cuma ke Maki, ke Taki nda pelnah. Maka na Taki mau celita cama Paman Fuma aja."

Uh-Oh.

Ahh Heeseung jadi merasa bersalah. Dirinya butuh refleksi mendalam habis ini. Refleksi sebagai sang papa.

"Paman Cat cudah kenalan cama Taki belum??" Tangan mungil Harua menggapai-gapai tangan kekar Hayate. "Biyang hello duyuu!"

"Cudah tawuu! Paman Cat papa balu na Lua ya?"

"OHOK!"

Fuma yang lagi minum buavita tiba-tiba keselek.

Untung Hayate sigap ngepuk-puk punggung kekar pria itu. Badan Fuma meski cuma OB mantep loh. Atletis banget. Kalah deh sama Papa Hee yang kerjaannya cuma rebahan. Mau pipis aja minta gendong Daddy Kei.

"Mas Fuma udah nggak apa-apa?" Hayate menyodorkan gelas karton di dispenser ruangan Taki. VIP gitu loh.

"Saya nggak papa. Keselek dikit doang."

"Paman Fuma calting ya mawu puna pacal balu?" Maki tiba-tiba nyamber.

Apa-apaan sih ini?! Kenapa semuanya jadi punya pasangan tapi rumah tangga Heeseung malah justru berantakan?!

"Hush! Kamu masih kecil udah tau pacar-pacaran!" Heeseung mencebik sebel. "Nggak boleh anak kecil tau pacar-pacaran."

"Yang pacalan kan bukan Maki tapi Ayah na Lua. Ndak papa dong?" Maki melipat tangan songong, membela diri. "Paman Cat cuka nda cama Paman Fuma?"

PERTANYAAN MACAM APA INI.

Diem-diem Fuma pengen loncat dari gedung tertinggi rumah sakit.

Fuma tuh... Aduh nggak tau deh. Rumit percintaan orang dewasa tuh. Fuma ngerasa... Aduh nggak tau deh. Fuma butuh temen curhat.

Beralih ke Hayate. Cowok manis itu cuma senyum ganteng yang nggak bisa dipahami sama anak-anak di sana. "Paman Cat suka sama Harua, suka sama Taki, suka sama Maki. Suka semuanya deh!" Jawabnya dengan senyum penuh warna.

Nggak heran pria itu dijuluki "Paman Cat." Dunia penuh warna jika itu bersama Hayate. Seorang Hayate yang misterius sekaligus menyenangkan. Hayate yang membuat Harua nggak lagi merasa kesepian. Hayate yang membuat Fuma nggak perlu risau kewalahan menemani Harua-nya seorang diri.

"Maki mawu digendong Paman Cat dong! Kemayin Lua pamel ke Maki bica telbang-telbang thayak pecawat. Maki mawu jugaaa!"

"Ish maki beyat, nanti Paman Cat capek!" Sergah Harua, nggak rela Paman Cat miliknya disentuh-sentuh bocil lain.

"Bisa dong! Kan Paman Cat kuat!" Hayate memamerkan bisepnya yang meski kerap beradu dengan kuas dan kanvas, pria itu tetap rajin berolahraga. "Ayo Maki terbang! Nanti gantian Taki kalo udah sembuh yaa!"

"Acikkk!"

Tring.

Ponsel Heeseung berbunyi. Ada pesan dari Manager Wang.

Mr. Hee. Saya dan Managee Byun melewati cafe dekat lampu merah dan melihat Mr. Kei duduk bersama seorang pria. Sepertinya dia yang Mr. Hee ceritakan. Pria berwajah cantik nyaris secantik perempuan.

Mampus.



.



LANJUT NGGAK?!!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

familhee; kseung ft. &auditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang