3

755 84 2
                                    

Dua minggu sejak pemakaman Neji, Hinata menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan sinis dan sindiran pedas dari teman kelasnya. Tidak jauh berbeda dengan teman organisasinya. Meski Hinata masih di perlukan atau di akui, tapi ia merasa sendiri. Hinata tak mempermasalahkan itu. Sebisa mungkin gadis itu tidak terlalu lama dengan mereka, rasanya sangat tak nyaman.

Hanya Habiki dan Kadami lah, yang saat ini selalu menemani Hinata. Di saat mereka sedang sibuk, gadis itu akan tenggelam dalam kesendirian. Biasanya ia akan di sibukkan dengan kegiatan organisasi seni itu, tapi kali ini seperti tidak ada kegiatan. Hal itu membuat Hinata merasa janggal. Pesan group tak ada satu pun notifikasi yang masuk.

Gadis itu menghela nafas pelan, ia membuka bento yang di bawanya. Ada satu bento yang terbiasa ia bawakan, sayangnya dua minggu ini bento itu tidak di makan pemiliknya. Ia yakin, hubungannya dengan Naruto baik-baik saja. Mereka sering bertegur sapa meski Naruto terlebih dulu yang menyapa dan jangan lupakan  senyuman hangat darinya.

"Kak Hinata, disini rupanya. Kami mencarimu tahu"

"Akhir-akhir ini Kakak jarang ke kantin ya, padahal teman-teman kakak disana, lo"

Habiki dan Kadami duduk di bangku mengapit Hinata. Mereka menikmati angin di bawah pohon.

"Tak apa, aku ingin suasana baru. Disini juga tidak terlalu buruk. Oh ya, kalian sudah makan? Aku membawa bento lebih, jika mau." Hinata membuka dan menyodorkan bento tersebut pada keduanya.

"Ah kakak setiap hari selalu saja membuatkan kami bento. Kan jadi enak" kadami hanya terkikik dan ia juga mulai memakan bento.

"Huh, kau ini tidak sopan! Coba aku mau." Mereka sama-sama tertawa dengan tingkah mereka.

"Kakak, akhir-akhir ini kenapa tidak ikut bakti? Aku jarang lihat kakak." Tanya Habiki yang sedang merapikam kotak bento.

"Bakti? Aku tidak tahu, jika akan ada bakti. Di group ataupun pertemuan kita di bascamp jarang membicarakannya. Kalian tau informasi itu dari mana?"  

Seketika Habiki menghentikan kegiatannya. Ia melirik Kadami. Sekarang ia paham situasinya.
Pantas saja di group pesan chat, Hinata tidak muncul atau berkomentar.

"Kami... Tahu dari Konohamaru, Kak." Ia sedikit berbohong.

"Tapi kita juga tidak ikut kegiatan bakti itu kak, karena kebetulan waktunya tidak tepat. Kami selalu di suguhi tugas yang menumpuk." Kadami berusaha sedikit menghibur Hinata, ia tahu hati gadis itu pasti sedang sakit sekarang.

Mereka sama sekali tidak memberi tahuku, apa mereka menyembunyikan sesuatu dariku?  sebaiknya aku tidak perlu tahu saja. Ah, berapa kali hati ini terasa tersayat?

Gadis bersurai indigo itu menghela nafas pelan, kemudian ia tersenyum lembut.

"Begitu ya, tak apa. Mungkin mereka tidak sempat memberi tahuku."

Rasanya Habiki dan Kadami ingin menangis saat itu juga. Bisa-bisanya Hinata berfikir positif.

"Kalian harus ikut kegiatan bakti jika tidak sibuk, kegiatannya seru, lho. Kalian akan bertemu dengan orang-orang hebat yang melawan rasa sakitnya." Itu benar, Hinata selalu senang jika berinteraksi langsung dengan anak-anak luar biasa.

"Ehm, ba-baiklah Kak, dan kakak jangan merasa sendiri lagi ya, ada kami disini. Oh ya, boleh tidak kita ikut berlatih bela diri dengan Kakak?"

"Tentu saja. Aku sangat senang jika ada lawan dalam berlatih. Jika sendirian rasanya seperti bertarung melawan angin." Hinata tertawa renyah, membayangkan dirinya berlatih sendiri sejak kematian Neji.
.
.
.
.

HURT SO GOOD [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang