8

732 65 12
                                    

Naruto menghempaskan dokumen yang telah ia tanda tangani. Ia sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Tangannya bergerak untuk melihat ponsel yang sedari tadi menimbulkan bunyi. Setelah beberapa saat ia membaca pesan dari seseorang. Wajahnya yang kusut semakin muram.

"Sial!! Kenapa sulit sekali ya Tuhan!" Naruto memejamkan matanya ia mengatur nafas dan berusaha menstabilkan emosinya.

Hal seperti ini memang menjadi makanan setiap harinya, meski ia terbiasa akan hasilnya tapi tak apa kan dia berharap?
Pesan tersebut berisi laporan anak buahnya tentang keberadaan Hinata. Ya, selama tiga tahun ini Naruto tak berhenti melakukan pencarian. Meski di bantu oleh Sasuke dan Shikamaru sekalipun, rasanya mencari Hinata seperti mencari jarum dalam jerami.
Naruto tak pernah menyerah dan bosan. Setelah lulus ia memang di sibukkan mengurus usaha keluarganya, tapi ia tidak lupa memprioritaskan pencarian Hinata dalam agendanya.

Seseorang di luar sana mengetuk pintu ruang kerja Naruto.

"Masuk." Ucapnya, ia segera membereskan berkas-berkas yang berceceran di mejanya.

"Naruto ayo, aku sengaja datang untuk menjemputmu." Pria berwajah malas itu duduk di sofa dan memperhatikan pria yang sedari tadi mengacuhkannya dengan membereskan berkas.

"Naruto."

"Kau pergilah sendiri Shika, aku sedang lelah."
Shikamaru mendengus kasar, ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Naruto.

"Sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini sejak kejadian itu. Apa kau tega dengan mereka yang menyiapkan semuanya? Mereka ingin kau ikut Naruto." Shikamaru sudah lelah dengan sikap Naruto yang terlampau tak peduli juga terkesan dingin sejak kejadian tiga tahun yang lalu. Sikapnya masih belum berubah.

"Aku tidak bisa."
Selalu saja itu jawaban yang di lontarkan. Sakura, Ino dan Tenten pasti akan mendamprat habis-habisan jika Shikamaru kali ini tidak bisa membujuk Naruto. Karena para gadis hanya bisa mengandalkan lelaki saja, jika berhadapan langsung dengan Naruto yang ada hanya pengabaian yang mereka dapatkan.

"Kita hanya pergi berlibur Naruto. Bukan libur untuk mencari Hinata. " Ia sudah tahu, Naruto tidak sekalipun melupakan pencarian untuk Hinata.

"Kau tahu, aku dan Sasuke juga yang lain masih berusaha mencari Hinata. Kau tenang saja, serahkan pada anak buah kita." Lanjutnya sambil terus membujuk. "Bahkan Hyuuga pun bergabung dengan kita bukan?" Selama tiga tahun terakhir ini, keluarga Hyuuga memutuskan untuk bekerja sama dalam pencarian Hinata. Naruto sebenarnya tak peduli, ia masih menyalahkan ayahnya Hinata atas kepergian Hinata.

Naruto masih sibuk dengan benda- benda yang berada di meja. Ia sama sekali belum menyaut perkataan Shikamaru.

"Jika kau seperti ini, aku yakin tidak akan berhasil. Kau itu perlu penyegaran di otakmu. Setiap hari kau bekerja dan memantau mereka, kita bisa mengaturnya lagi disana Naruto." Shikamaru masih berusaha membujuk, bukan ia bosan membantu mencari Hinata hanya saja sampai tiga tahun ini mereka seperti menemui jalan buntu. Terakhir, Hinata di temukan dengan bantuan cctv di setiap sudut kota ia berada di stasiun trakhir Tokyo, itu menandakan gadis itu melakukan perjalanan yang amat jauh.

"Maaf jika aku merepotkanmu"

Shikamaru menatap jengah sahabat pirangnya ini. "Ini sudah kewajiban bukan saling membantu? Maka dari itu kau turuti permintaanku. Anak-anak ingin kita berkumpul bersama. Kita bisa bicarakan mengenai perluasan pencarian Hinata mungkin, disana?"
Oke, kali ini otak Shikamaru harus bisa mencari alasan agar dia mau ikut, meski harus menjual nama Hinata.

Kini meja itu tampak bersih dan ia menatap mata sahabat malasnya itu. "Baiklah, mungkin aku bisa mencari informasi Hinata disana." Putus Naruto akhirnya.
Shikamaru ingin rasanya berteriak seperti memenangkan lotre setelah mendengar jawaban Naruto. Dia aman dari amukan para gadis-gadis.
.
.
.

HURT SO GOOD [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang