2

763 69 7
                                    

Habiki sedari tadi diliputi rasa gelisah. Ia melihat ke arah teman-teman Hinata, mereka sudah berkumpul disana. Tinggal Hinata dan Neji yang belum kembali.

"Apa begitu tak pedulinya mereka dengan Kak Hinata?" Gumamnya dan tak sengaja di dengar oleh Kadami.

"Mereka bilang, Kak Hinata bersama dengan Kak Neji. Jadi tidak usah khawatir." Kadami kembali bermain ponsel.

"Benarkah? Tapi kenapa perasaanku tidak enak Kadami."

Gadis berambut pendek sebahu itu hanya mendengus kasar atas tingkah Habiki. " Yasudah ayo susul Kak Hinata." Sejujurnya perasaan Kadami juga sama tidak nyaman. Mereka berdua terlanjur menyayangi Hinata.

Keduanya berjalan tergesa, "Sungainya jauh sekali. Apa kita harus turun kesana?"

Habiki hanya mengangguk. Saat dirasa ia bisa melihat hamparan sungai dari atas, matanya memandang sekitar, seketika jantungnya terasa akan copot saat mereka melihat seseorang yang mereka anggap sebagai kakak. "I-itu... Kak Hi-Hinata!"

"Kadami, cepat beritahu yang lain aku akan menyusul mereka!"

Habiki sesegera mungkin berlari tubuhnya merosot kebawah, ia tak peduli pada pakaiannya yang robek ataupun kotor. Namun naas saat jaraknya dengat Hinata semakin dekat, ia bisa melihat Hinata di dorong kasar oleh Neji dan membiarkan tubuhnya terbawa arus sungai.

Habiki segera berlari memeluk tubuh Hinata yang meraung dan berteriak histeris.
Gadis itu sudah tidak bisa berkata-kata lagi ia hanya bisa menenangkan tubuh ringkih Hinata yang gemetar.

Disana terlihat teman-teman Hinata sudah datang, seorang gadis sama berteriaknya dan ia limbung seketika. Tanpa mereka beritahu, sesuatu yang buruk telah terjadi pada Neji.

Tidak lama setelah itu, Hinata juga jatuh pingsan, ia kelelahan dan juga kedinginan.

Sekitar tiga jam lamanya, mata Hinata terbuka. Ia mengamati sekitar, ini adalah rumah singgah yang mereka tempati untuk menginap. Ingatannya berputar mengapa ia bisa sampai disini. Seketika air matanya jatuh, ia menangis terisak dengan apa yang terjadi padanya dan juga Neji. Aku berharap semua ini mimpi.

"Hinata, apa ada yang sakit pada tubuhmu?" Seketika matanya menatap seseorang yang memegang lengannya. Ia tidak menyadari ada Habiki dan Naruto dalam kamar tersebut.

"Syukurlah Kakak sudah sadar." Habiki tersenyum senang meski ada air mata di pelupuk matanya.

Naruto membantu Hinata yang beranjak duduk." Kak Neji..." Lirihnya dengan suara yang amat pelan karena serak.

"Hinata tenanglah, saat ini tim sar sedang mencari keberadaan Neji. Doakan saja semoga ia segera di temukan selamat." Naruto mencoba menenangkan Hinata yang mulai terisak kembali. Ia merasa sakit melihat Hinata kacau seperti ini, seandainya teman-temannya tidak jahil, mungkin hal ini tidak terjadi. Tapi apa daya semua ini musibah.

"Naruto-kun..." Bolehkah ia berharap bahwa pemuda di depannya, sangatlah peduli padanya?

"Hm, apa ada sesuatu yang Hinata inginkan?" Tanya nya dengan lembut.

Sebelum bibir mungil itu menjawab, Habiki lebih dulu berbicara. "Kakak, maaf jika aku lancang tapi aku bersedia menemani kakak menjadi saksi atas hilangnya kak Neji. Karena aku sendiri melihatnya. Tadi pihak kepolisian ingin sekali meminta keterangan dari Kakak." Jelasnya dengan wajah menunduk.

Hinata mengelus sayang rambut Habiki." Terimakasih, Habiki-chan.. maaf aku merepotkanmu."

"Tidak sama sekali." 

Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga penginapan tersebut. Polisi bahkan beberapa wartawan sudah berada disana sejak berita kehilangan Neji tersebar.

HURT SO GOOD [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang