6

830 73 2
                                    

Flasback on

Hinata dan Habiki sedang menikmati makan siang mereka di belakang taman kampus. Sejak kematian Neji, Habiki maupun Kadami selalu menyempatkan istirihat bersama. Mereka tak ingin Hinata merasa sendirian. Hanya saja saat itu Habiki saja yang ada.

"Kak Hinata, kenapa selalu membawa bento lebih seperti ini?" Habiki menikmati bento yang di bawa Hinata.

Hinata tersenyum mendengar pertanyaan Habiki. "Aku hanya tidak ingin Naruto-kun makan ramen terus."

Habiki menghentikan kegiatan makannya. Ia menatap heran pada Hinata yang sedang tersenyum. "Kak Naruto?"

"Ya, tapi jika dia tidak memakannya. Siapapun juga boleh."

Habiki bisa melihat sorotan mata Hinata saat membicarakan Naruto. Itu seperti sorotan penuh cinta.

"Kakak, apa kau menyukai Kak Naruto?" Tanyanya serius.

"Tidak. Aku mencintainya."

Habiki yang mendengar itu membola tak percaya. Hinata selama ini tak pernah terlihat seperti mencintai Naruto.
"Benarkah? Sejak kapan?"

"Sejak pandangan pertama, mungkin sekitar usia kami lima tahun." Hinata hanya terikik melihat ekspresi Habiki.

"Se-selama itu? Bagaimana bisa?" Hinata menceritakan pertemuan pertamanya dulu dengan Naruto.

"Sejak dulu dan sekarang perasaan itu semakin dalam dan kuat. Aku ingin selalu berada di samping dan berjalan beriringan dengan Naruto-kun. Tapi sepertinya ia sudah memiliki segalanya sekarang. Aku sangat bersyukur, ia punya banyak teman."

"Kenapa Kakak tidak berterus terang?"

"Tidak. Dia tak seharusnya tahu perasaanku. Aku hanya takut itu akan menjadi jarak antara kami. Biarkan perasaan ini mengalir apa adanya. Dia harus bahagia dengan pilihannya."

"Bagiku, cinta adalah rasa sakit yang indah. Terkadang saat memikirkannya aku tak bisa menahan air mata. Tapi aku ingin selalu melihatnya, itu karena aku mencintainya." Tatapan Hinata menyendu, beginikah nasib perasaan cinta yang tak terbalas? Tak apa, rasa cinta itu hanya Hinata yang miliki.

Habiki yang mendengar itu hanya menghela nafas pelan. "Kakak... Kau bisa menyembunyikan perasaanmu selama bertahun-tahun, tapi tidak dengan cemburu." Ia ingat saat mereka berkumpul, terlihat perubahan rauh wajah Hinata saat Naruto memberikan perhatiannya pada Sakura.

"Aku rasa, itulah sifat wanita..."

Flashback off

Sementara itu, seorang pria di balik pohon yang sedari tadi menyimak merasakan rasa bahagia yang teramat sangat. Ia bahagia di cintai selama ini, tapi di saat yang bersamaan rasa sakit itu juga hadir. Di saat orang yang mencintainya pergi entah kemana.

Hinata, kenapa kau mencintai orang bodoh sepertiku? Aku bahkan sudah menghancurkan hatimu selama ini. Maafkan aku.
Tapi dimana kau sekarang Hinata? Aku merindukanmu...

Naruto menatap langit sore, kedua sudut matanya terlihat basah.

Hinata, aku berjanji akan menemukanmu. Tunggu aku.

Naruto memutuskan untuk pergi dari tempat itu, namun saat ia akan melangkah kepalanya terasa amat berat dan perutnya yang sakit. Ia benar-benar tak bisa menahannya sekarang. Ia mencengkram kepalanya. Hingga keseimbangan tubuhnya limbung dan jatuh ke hamparan rumput. Matanya mulai memburam dan semuanya gelap.

Kedua gadis yang menyadari kehadiran  seseorang itu menoleh ke sumber suara. Mereka segera melihat siapa seseorang yang jatuh tak sadarkan diri.

"Kak Naruto!!"
.
.
.

HURT SO GOOD [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang