10

859 67 6
                                    

"Oy Naruto!!"

"Naruto!!"

Naruto berdecak sebal. Ia segera membuka matanya dan bangkit dari tidurnya. Saat ini ia sedang mengistirahatkan tubuh dan juga fikirannya tepat di bawah pohon rindang dan hamparan rumput tak jauh dari tempat ia menginap.

"Ada apa?" Tanyanya ketus.

"Aku kira kau menemui Hinata." Shikamaru juga ikut menidurkan tubuhnya.

"Sedang apa kau disini? Bukannya menemani Kak Temari?" Naruto mengalihkan pertanyaan dan bertanya balik.

"Dia sudah besar dan bisa bersepeda sendiri. Jadi tidak terlalu merepotkan." Ucapnya sambul menutup mata dengan sebelah tangannya.

"Ckk apa-apaan itu!" Naruto tidak habis fikir dengan sahabat nanasnya ini, sama sekali tidak romantis. Matanya beralih pada Temari yang sedang mendorong kereta bayi.

Alis Naruto tertaut. "Kau bilang kekasihmu bersepeda tapi dia sedang mendorong sepeda bayi?"

"Ya, kami tadi mengunjungi rumah Nyonya Kaguya." Seketika Shikamaru terbangun dari duduknya. Ia seakan ingat sesuatu.

"Untuk apa?"

"Naruto, kau tahu ternyata Nyonya Kaguya menampung beberapa anak. Yah, sekilas seperti panti asuhan tapi bukan. Anak-anak itu ia terima dari orang-orang yang memang tidak sanggup merawat, anak yang tak di inginkan dan yah alasan lain dan juga..."

"Menampung anak-anak Hinata? Ck." Lelaki pirang itu memutar matanya jengah seakan muak dengan kenyataan yang ia terima.

"Kau ini bebal sekali. Dengarkan aku sampai selesai bicara."

Naruto hanya diam. Matanya tidak melirik pada Shikamaru. " Tidak ada anak pengasuh yang mereka rawat. Termasuk Hinata. Bayi kemarin yang mereka jemput di rumah sakit, itu adalah bayi yang terlantar." Ujar Shikamaru. Ia berusaha menjelaskan pada Naruto dengan singkat agar bisa di mengerti.

Atensinya beralih menatap Shikamaru." Lalu anak lelaki yang memanggil Hinata 'Mommy'?"

"Menurut Ayame salah satu pengasuhnya, Kawaki memang sangat dekat dengan Hinata sejak bayi itu berumur hitungan jam. Bahkan Hinata menawarkan diri merawatnya sejak saat itu, jadilah anak itu mengira dia ibunya." Shikamaru mengentikan ceritanya. Ia melihat kebingungan di wajah sahabatnya.

"Dan Toneri... Semua anak-anak disana memanggilnya 'Papa'."

"Jadi mereka bukan anak Hinata?" Giliran Shikamaru yang memutar bolanya malas. Benar kan menjelaskan sesuatu pada sahabat kuningnya ini perlu perlahan.

Wajah Naruto berubah, matanya seakan memancarkan harapan. Mata biru yang sudah lama tidak menampilkan cahayanya. Dengan tidak sadar ia memeluk Shikamaru, hingga leher pria nanas itu rasanya tercekik." Shikamaru!!! Aku tidak bermimpi kan? Tolong tampar aku!" Teriaknya dengan girang. Bahkan ia memeluk Shikamaru yang sulit bernafas.

"Narutoh.. le-lepaskann!!"

"NARUTOOO!!! Kau apakan nanas pemalasku!!" Teriak Temari dengan sangat lantang. Bahkan ia tak segan menampar Naruto walau tak terlalu keras.

Plakk

Naruto meringis dan memegang pipinya yang ia yakini pasti berbekas.

"Kak Temari.. jadi ini bukan mimpi kan?" Lelaki pirang itu berdiri dari duduknya. Ia bahkan mengulumkan senyumannya.

"Kenapa dengan rubah itu?" Temari membantu Shikamaru untuk bangkit berdiri.

"Sepertinya dia sudah kembali dengan watak aslinya." Shikamaru menyunggingkan senyumnya saat melihat tingkah konyol sahabat pirangnya.

HURT SO GOOD [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang