Plak
"AaArgh!" Eletta berteriak di dalam kamarnya.
Tangannya menumpu wajahnya saat melihat alat persegi panjang yang terpampang di atas ranjangnya. Bahkan Julian disampingnya juga melihatnya dengan kebingungan.
"ini tuh gara-gara kamu!" tuduh Eletta.
Julian otomatis mengalihkan pandangannya ke Eletta. Matanya melotot sampai hampir keluar. Dia tidak percaya Eletta akan menyalahkannya atas apa yang mereka BERDUA lakukan bersama.
"kok aku? Waktu itu kan kamu yang mulai duluan!" jawab Julian tak terima.
"tapi kan itu gara-gara kamu bikin aku kesel!"
"siapa suruh keselnya begituan?!"
"ya makanya jangan dibikin kesel dong?!"
"mana aku tau, kalau kamu ngajakin duluan aku mah ayo aja!"
"mana aku tau kalau langsung jadi gini!" jerit Eletta dengan frustasi. "aku cape ian!! Aku nggak mau hamil anak kamu lagi!!"
Karena kejadian yang terjadi empat minggu yang lalu, Eletta hamil lagi.
Matanya langsung basah setelah mengatakan itu. Membayangkan dirinya akan mengandung lagi selama sembilan bulan, rasanya Eletta tidak akan sanggup. Itu bukan hal yang mudah, meskipun kehadiran bayinya sangat disyukuri.
"eh? Kok nangis sih? Ini kan anak kamu sama aku bukan sama orang, kenapa nangis?" kata Julian panik saat melihat Eletta yang mulai terisak.
Dia benar-benar menangis sampai dadanya naik turun, jantungnya berdenyut hebat. Wajahnya basah air mata. Dengan reflek penuh Julian mengusap air mata Eletta dengan ibu jarinya.
"cape! Kamu kira hamil itu nggak cape?! hiks."
"tau kok, kalau bisa dipindahin hamilnya aku gpp gantian, masalahnya kan nggak bisa sayang."
"katanya dua aja gpp, kenapa bikin lagi!" Eletta mulai sewot lagi dan memukul dada Julian sekali.
"ya kan aku juga gatau, astaga." Julian kembali sibuk menghapus air mata Eletta dengan tangannya sendiri.
"udah dong jangan nangis, kamu nggak mikirin perasaan babynya kalau liat maminya nangis gara-gara hamil dia? Nanti dia sedih, dikira maminya nggak suka sama dia gimana?" Julian mulai meraih bahu Eletta, melingkarkan lengannya pada bahu Eletta.
"aku bukan nggak suka sama babynya! Tapi sama kamunya!" kata Eletta tegas lalu memukul dada Julian satu kali lagi sampai berbunyi.
Bukk
"enak mukulnya?" tanya Julian santai.
Eletta mulai mengangkat kepalanya menatap Julian. "enak banget!"
"yaudah kalau kamu ngerasa sakit, kamu boleh pukul aku."
"nggak usah diijinin, udah pasti bakal aku pukul tiap hari!" Eletta berdiri lalu dengan penuh kekuatan satu kakinya diangkat dan menginjak kaki Julian yang hanya menggunakan sandal.
Brakk
"AAAKKH!"
"rasain!"
.
.
.
Vommentnya gratis juseyo💞
tebak nanti anaknya sampe berapa wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Our promises 3
Fiksi PenggemarJulian dan Eletta sampai di tahap menjadi orangtua di dalam rumah tangga mereka. btw kalian masih inget Our Promise ga? kalo inget alhamdulillah, kalau engga ya gpp✌ aku lanjutin lagi yang dulu tapi nama mereka aku ganti jadi lokal. author suka nama...