02

694 25 0
                                    

Happy reading . .

...

Tidak seperti pagi-pagi yang lalu,pagi ini terasa berbeda bagi Tsabita apa lagi setelah aka pulang.
Tsabita tersenyum dengan tangan yang masih mengaduk-aduk rendang buatannya, pagi-pagi sekali nara mengajak Tsabita untuk ke pasar membeli beberapa bahan masakan untuk mereka masak, kebetulan hari Senin Tsabita memiliki jam mata Kuliah siang jadi dirinya bisa membantu Nara memasak.

" Kalau sudah menyusut apinya Matin yah kak, langsung di tuang ke mangkuk "

" Iya mi " Nara tersenyum, beruntung dirinya bisa merawat Tsabita anak yang baik bahkan penurut.
" Habis ini masak apa lagi mi "

" Papi minta di buatkan kentang Mustafa, jadi kakak tolong ya kupasin kentang  ya "

" Oke " Tsabita, meletakan semangkuk rendang di atas meja makan dan langsung mengupas kentang yang akan Nara goreng,dia bahagia bisa membantu Nara memasak meski sedikit kesulitan pada awalnya tapi Tsabita begitu senang.

" Kak nanti mami titip rendang yah buat Tante rena.kakak kasih ajah sama om Dewo di kampus " siapa sangka sahabat Nara yang tak pernah akur satu sama lain itu akhirnya berjodoh, bahkan mereka sudah di karuniai 2 orang anak.anak pertama mereka tak jauh berbeda dengan aka hanya terpaut 2 tahun sajah, sedangkan anak keduanya seumur dengan Tsabita bahkan mereka satu jurusan yang sama.

" Kakak titip Lana ajah deh Bun,kalau ketemu om Dewo mah males tahu sendiri om-om itu mulutnya "

Nara tertawa melihat ekspresi Tsabita yang tak suka pada Dewo,memang anak si Abah juragan dodol itu minta di tampol.

" Kenapa emang? Kak masih di godain sama om-om itu "

" Ya iya lah mami, bahkan kak bita sampai di kenalin sebagai calon menantu om Dewo " itu bukan suara Tsabita melainkan mentari yang baru sajah datang,gadis berseragam Smp itu menggoda dengan mengedip kan sebelah matanya yang membuat Tsabita semakin merengut sebal.

" Oh . . Ya di mana dek? Kok mami gak tahu ya,kapan itu " tanya Nara yang menatap putri bungsu nya yang tengah menenggak segelas susu coklat.

" Waktu kap__ "

" Dek jangan rese deh " potong Tsabita, mentari itu tipe orang yang luar biasa tak bisa menyimpan rahasia apa lagi pada Nara.

" Iih . .diem kakak biar mami tahu. Waktu itu loh Bun waktu Adek sama kakak di ajak liburan ke Garut sama om dewo.masa yah om Dewo bilang "

Ini Abah namanya Tsabita dia calon istri Gavin, cantikan bah ya pasti harus cantik dong bah Asep ge gak mau punya calon menantu goreng.

Nara terbahak mendengar kata-kata mentari yang menirukan kata-kata Dewo. Bisa-bisanya Dewo mengenalkan anak gadisnya sebagai calon menantu.

" Seru banget sih kayanya? " Suara langit langsung membuat Nara dan tari mengatupkan mulutnya.meski masih ada sisa-sisa senyum akibat tertawa tadi.

" Ngetawain apah sih,kok papi datang langsung pada diam "

" Papi kepo . . Ini rahasia para wanita" jawab tari yang meneruskan sarapannya.

" Oh . . Main rahasia-rahasiaan sama papi sekarang? Ceritanya, ya udah " Nara meletakan segelas kopi untuk langit, yang di terima dengan senang hati oleh ayah dua anak itu.

Tsabita mengambil tempat duduk di sebelah mentari yang tengah asik menikmati sarapannya.derap langkah membuat ke empat orang itu menatap ke arah tangga,di sana aka tengah berjalan menuju mereka.

Meski dengan penampilan yang terlihat santai tapi aka begitu terlihat menawan.

" Sarapan bang,bita buatkan rendang kesukaan Abang tuh " Aka tersenyum dan menarik kursi sebelah tsabita.dengan cekatan Tsabita mengisi piring aka dengan nasi dan potongan rendang,tak lupa sesendok kentang Mustafa.

" Terimakasih "

" Sama-sama " Tsabita langsung melanjutkan sarapannya,tanpa banyak bicara.


...

Tok tok tok

Aakash mengetuk pintu kamar Tsabita, meski pintu kamar Tsabita sedikit terbuka tapi aka tak pernah berani masuk tanpa ijin pemilik kamar.

Aakash bisa melihat Tsabita tengah merdandan di depan cermin, meski hanya memakai riasan natural tapi Tsabita begitu cantik di matanya.

" Masuk " teriak Tsabita dari dalam,aka melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam membiarkan pintu kamar Tsabita terbuka. Meski mereka sodara tapi aka tak ingin menimbulkan kecurigaan orang lain.apa lagi keduanya tak memiliki ikatan darah yang sama.

" Kirain mami, kenapa bang "

" Kamu mau berangkat ke kampus " Aka melesat kan tubuh nya di atas tempat tidur tsabita, memandang Tsabita yang tengah memakai sneaker miliknya.

" Iya bang kebetulan Lana mau jemput, jadi deh sekalian gak perlu bawa mobil "

" Padahal ada Abang,bisa Abang antar ke kampus sekalian mau ketemu om Dewo sama Gavin di sana "

Gavin Alamsyah adalah dosen di kampus tempat Tsabita menuntut ilmu,dan Gavin adalah sahabat dekat Aakash.meski tak satu frekuensi tapi Aakash lebih nyaman berteman dengan Gavin.

" Abang pergi ajah sendiri ke sana, kasihan Lana udah otw jalan ke sini.masa aku batalin "

" Hmm . . Baik lah tuan putri " Tsabita tersenyum,dan duduk di sebelah aka merangkul sayang tubuh tegap yang selalu menjadi sandaran dirinya.tangan aka terulur mengelus lembut rambut Tsabita.momen ini yang aka rindukan kedua adiknya akan bergelayut manja pada dirinya.

" Jangan pergi-pergi lagi ya bang " aka tak menjawab tangannya masih sibuk mengelus rambut hitam Tsabita.
" Rumah ini jadi sepi gak ada Abang,kasihan papi juga yang sudah tua tapi masih ngurus pekerjaan " jeda Tsabita tangannya membuat garis-garis abstrak di dada bidang langit yang terhalang kaos polo berwarna hitam.

" Apa lagi aku sama tari yang gak ada yang gangguin " Cengirnya, baru sajah aka merasa tersanjung tapi Tsabita sudah menjatuhkan harapan nya ke dasar jurang.

Andai sajah . .

Aakash memejamkan matanya menghirup aroma sampo dari rambut Tsabita, andai sajah aka bisa meruntuhkan tembok yang tak kasat mata itu mungkin sajah dia tak akan memendam semua rasa di dalam hatinya.

Harus berapa lama aka memendam sendiri rasa ini, menyakiti dirinya tanpa orang lain sadari.

Aka mengecup kening Tsabita lama, meredakan gejolak hati yang begitu menyiksa.

TBC

Sakit tak berdarah itu kaya Aakash yang mencintai dalam diam??

Jangan lupa follow vote and comen ❤️

Di Nikahi Aakash Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang