06

773 32 3
                                    

Happy reading . .

Ada komen sampai prat ini??

Kasih masukan yah biar alurnya tetep nyambung 🙏

...

Tsabita melangkah memasuki mobil Aakash yang terparkir di depan lobby rumah sakit, Tsabita dan Aakash memutuskan untuk pulang ke rumah selain ke adaan sang Oma yang sudah baik mereka berdua juga memiliki kegiatan masing-masing.
Seperti aka yang memiliki meeting penting dengan klien, Tsabita pun memiliki jadwal presentasi yang tidak bisa dia lewatkan.
Setelah ijin dan pamit kepada para orang tua mereka berdua memutuskan untuk pulang dan akan bergantian menjaga sang Oma.

" Udah . . " Tanya aka yang melihat Tsabita memasang set bell, Tsabita mengangguk membuat aka menginjak pedal gas meninggalkan halaman rumah sakit.

" Pulang kuliah jam berapa nanti.Mau Abang jemput? "

" Hari ini cuma presentasi doang kok bang,paling jam makan siang udah pulang.abang gak usah jemput bukanya kata Abang ada meeting penting "

" Baiklah,tapi minta pak manta buat jemput kamu ya " Tsabita menghela nafas berat keputusan aka sama seperti keputusan langit dua pria itu memiliki sifat yang tak bisa di bantah oleh siapapun.

Aka mencuri pandang dari ekor matanya ke arah Tsabita yang duduk dengan tenang di kursi penumpang, berbeda dengan mentari yang selalu rusuh ketika duduk Tsabita begitu santun dan anggun.bayi merah yang dari pertama mencuri perhatian aka ini sudah tumbuh menjelma menjadi gadis cantik yang mampu memporak porandakan hati aka.

Andai sajah aku sanggup merubah takdir kita.

Hanya kata-kata itu yang mampu aka ucapan dalam hati.

...

Tsabita yang tengah merapihkan bukunya kedalam tas,di kejutkan dengan suara milik sang dosen yang memanggilnya siapa lagi kalau bukan Gavin Alamsyah.

" Tsabita setelah ini temui saya di ruangan " setelah mengucapkan kata itu,pria berkemeja gray itu pergi meninggalkan kelas meninggalkan pertanyaan dari mahasiswa lain termasuk Tsabita sendiri.

" Lo buat salah ta " Tsabita menggeleng, memandang ke arah bara dan Lana yang tengah memandang penuh tanya.

" Terus mau ngapain tuh pak Gavin manggil Lo,apa jangan-jangan ngajakin Lo kencan kali ta " ucap bara, yang mendapat pelototan tajam dari Tsabita.

" Mulut Lo bara, . Ada benernya juga " jawab Lana yang membuat bara kesal dan menoyor kepala Lana." Sakit tau "

Tsabita tak menghiraukan kicauan kedua sahabatnya dia, melangkahkan kakinya keluar dari dalam kelas.berteman dengan aldebara dan Alana itu harus memiliki sifat ekstra sabar karena kedua orang itu satu frekuensi sama-sama sengklek.
Belum juga rasa kesalnya hilang Tsabita sudah di hadapan dengan Alana versi tua siapa lagi kalau bukan Asep Sadewo.

" Loh . . Calon mantu mau kemana " ingin sekali Tsabita, mengumpat kata-kata kasar pada orang tua satu ini.tapi Tsabita tak mungkin karena dia di didik untuk saling mengormati kepada orang lain oleh langit dan Nara sedari kecil.

" Selamat siang pak Dewo,pak Adi " sapa Tsabita tak lupa Tsabita menyalami tangan kedua orang penting di kampus ini.

" Siang Tsabita putri Aufa " jawab pak Adi yang tersenyum hangat membalas ucapan salam dari Tsabita.

" Pak Adi ini calon menantu saya,doakan ya semoga Gavin dan Tsabita secepatnya menikah soalnya saya sudah tak sabar ingin punya cucu " ujar Dewo dengan tawa, yang membuat Tsabita bergidik di buatnya.CUCU jauh sekali pikiran orang tua ini.

" Oh ya saya baru tahu pak Dewo kalau pak Gavin memiliki hubungan dengan putri pak langit ini "

" Biasalah anak muda pak Adi,apa lagi Gavin kan dosen dan Tsabita mahasiswi di kampus yang sama.takut menimbulkan hal buruk jadi hubungan mereka di rahasiakan" Dewo terkekeh dengan ucapannya, untung sajah pak Adi percaya berbeda dengan pak Adi Tsabita yang melotot mendengar ucapan kelewat santai dari mulut pak Dewo,oh tuhan apa ini yang di rasakan maminya selama berteman dengan Dewo pantas sajah maminya selalu emosi ketika berbicara dengan bapak dua anak ini mulutnya melebihi ibu-ibu kompleks di tukang sayur setiap paginya.

Dari pada makan hati berkepanjangan Tsabita buru-buru pamit ke ruangan Gavin,dia juga harus menghadapi spesies Dewo satu lagi tapi versi galak.

Tok

Tok

Tok

" Masuk "

Setelah mendengar ucapan dari dalam Tsabita langsung melangkah masuk,di sana Gavin tengah duduk di kursi kerjanya berkutat dengan tumpukan tugas mahasiswa yang di bimbingannya.pria berkemeja gray itu mendongkak kan kepala melihat Tsabita yang sudah berdiri di depan meja kerjanya.

" Ada perlu apa ya bapak panggil saya ke sini "

" Kamu sudah makan siang " pertanyaan dari Gavin sontak membuka Tsabita mengerutkan kening, ternyata dia di panggil keruangan hanya untuk menanyakan makan siang sajah.bukanya Gavin bisa kan menanyakan di kelas tidak perlu repot-repot Tsabita harus ke ruangannya,apa Gavin tak tahu jarak kelas dan ruangannya itu cukup jauh.

Apa jangan-jangan mau ngajakin Lo kencan kali ta.

Sontak sajah ucapan bara melintas di pikirannya,apa iya tapi kok ngajak kencan gak romantis-romantisnya malah seperti ajakan makan biasa.
Tsabita buru-buru menggeleng,lagian dia dan Gavin bukan siapa-siapa hanya sebatas teman main dan anak dari sahabat maminya sajah.

" Belum pak "

" Kalau gitu ayo makan siang sama saya bita " ajak Gavin yang berdiri dari duduknya, menyambar kunci mobil dan ponsel di atas meja.

" Tapi . . "

" Tapi apa, temani saya makan siang bita apa susuannya sih "

Gak adik gak bapak sama-sama ngeselin

" Bukan gitu pak,nanti om Dewo bisa beranggapan lain kalau lihat kita makan berdua tadi ajah masa dia bilang sama pak Adi kalau saya itu calon menantunya " adu Tsabita, yang membuat bibir Gavin berkedut geli.tsabita yang melihat itu mencebikan bibirnya.percuma sajah dia bicara kalau tanggapan Gavin malah senyum.

" Bagus dong, sekalian sajah kita resmikan.ayo nikah " Tsabita melotot mendengar ucapan Gavin yang mengajaknya menikah, dia kira menikah itu main-main seperti dirinya mengajak makan seperti sekarang.

" Bapak kaya nya lagi mabok deh, kok ngajak nikah sama kaya ajak main gundu gampang banget " Tsabita terkekeh, meski dia sedikit takut atas ucapan gavin.

" Saya serius bita, bila perlu saya akan lamar kamu secara langsung pada Tante dan om langit " jawab Gavin cepat, Tsabita memandang ke iris hitam milik Gavin mencari kebohongan di iris hitam itu.
Tapi sayang tak ada kebohongan di sana, Tsabita harus mencari jawaban yang tepat agar tak menyakiti perasaan Gavin.
Dia juga tak mungkin memaksa perasaannya sendiri bukan, bahwa dia pun tak memiliki sedikit pun rasa pada dosen yang di gilai para mahasiswa itu. Tsabita hanya menganggap Gavin sebagai teman sekaligus kakak baginya tak lebih.

" Maaf pak tapi saya belum siap menikah "

" Saya akan tunggu kamu sampai siapa "







TBC

Jangan lupa follow vote and comen ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Nikahi Aakash Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang