Chapter 31

13.6K 898 13
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

"Assalamu'alaikum Umi," ujar Gus Hafizh lewat telepon.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa pagi-pagi gini telepon Umi?"

"Umi bisa kerumah sakit?"

"Kenapa, Nak?"

"Hafizh sama Khadijah lagi dirumah sakit. Kalo Umi sama Abi ke sini sekalian bawakan baju Khadijah sama maskernya juga ya, Umi."

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Fatimah penasaran dari dalam telepon.

"Nanti Hafizh jelasin kalo Umi udah sampai di sini."

"Yaudah, nanti setelah Abi selesai mengisi pengajian di masjid kami kesana ya."

"Baik, syukron Umi."

"Hm. Udah ya, Ummi mau masak dulu. Assalamu'alaikum," ucap Ummi dari dalam telepon.

"Wa'alaikumussalam, Umi." Kemudian Gus Hafizh memutuskan panggilan suara tersebut.

Setelah selesai menghubungi kedua orang tuanya, kini Gus Hafizh beralih menghubungi Salimah dan Harun. Namun, Bunda dan Abah tidak bisa langsung berkunjung kerumah sakit. Salimah harus menunggu Harun pulang dari kantornya setelah lembur untuk mengurus masalah yang terjadi di perusahaannya.

Tak apalah, Gus Hafizh juga tidak masalah. Yang penting adalah Gus Hafizh telah mengabari orang-orang yang terdekat dan terpenting dalam hidupnya.

Sebelum kembali ke Khadijah, Gus Hafizh memilih untuk turun kebawah dan mencari sarapan di sekitar rumah sakit. Dia sangat paham bahwa Khadijah sangat tidak suka dengan masakan rumah sakit yang tidak ada rasanya. Oleh sebab itu, Gus Hafizh membelinya di bawah sekaligus membelikan untuk dirinya juga.

Ceklek.

Suara pintu ruangan Khadijah terbuka dengan lebar dan memperlihatkan tubuh Gus Hafizh sedang masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Assalamu'alaikum, zawjati."

"Wa'alaikumussalam. Kemana aja sih, Mas?"

"Loh, kenapa? Perut kamu sakit lagi?"

"Nggak, tapikan masak aku ditinggal sendirian. Katanya cuma sebentar, taunya lama. Kesel banget Ijah. Udah gitu nggak beli minum pula, Khadijah haus tau, Mas. Dahlah emang kamu nggak pernah peka ya, Mas." Gus Hafizh tersenyum lebar kala ia mendengar Khadijah yang berceloteh dengan panjang lebar. Sangat gemas baginya.

Gus Hafizh meletakkan dua bungkus plastik di atas nakas rumah sakit. Gus Hafizh duduk di tepi brankar yang Khadijah tiduri.

Gus Hafizh merapikan rambut Khadijah yang terlihat dari luar Khimarnya. Memang benar, rambut Khadijah saat ini berantakan dan sulit di atur karena dirinya tidak memakai anak hijab.

"Gimana ya kalo ada orang lain yang masuk, terus lihat rambut istriku yang keluar ini?" Gumam Gus Hafizh.

"Kenapa emangnya?" Tanya Khadijah.

HAFIZDJAH [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang