4 | Please, Say Goodbye

49 27 0
                                    

Setelah semalaman turun salju, masyarakat desa Ganghae menyambut pagi dengan angin yang menusuk tulang, juga tumpukan salju yang menutupi setiap sudut tanah dan atap rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semalaman turun salju, masyarakat desa Ganghae menyambut pagi dengan angin yang menusuk tulang, juga tumpukan salju yang menutupi setiap sudut tanah dan atap rumah mereka. Rasanya terlalu sulit untuk melangkah keluar rumah dan berjibaku dengan udara dingin hingga mencapai minus sepuluh derajat celcius.

Yejun sudah rapi sedari tadi. Ia mengambil jaket hitam dari koper dan segera berjalan keluar untuk menemui Alishba. Namun, saat membuka pintu kamarnya, seorang pemuda berusia tanggung yaitu, Matt, mencegat langkahnya.

"Huwaa, benar apa yang Ibu katakan," Matt menutup mulutnya terkejut, ketika mendapati Yejun keluar dari kamarnya. "Penginapan kami kedatangan bintang paling terang tadi malam."

Yejun hanya tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya, sementara Matt mengikutinya dari belakang.

"Hyung, bagaimana rasanya menjadi artis terkenal?" tanya Matt terlihat penasaran, ia berjalan cepat untuk menyamakan langkahnya dengan Yejun. "Aku sekarang berusia 15 tahun. Apakah masih ada kesempatan untuk debut menjadi seorang Idol?"

Sekali lagi Yejun tidak bersuara, ia hanya melempar senyuman pada Matt yang tidak henti-hentinya memasang wajah bahagia. Kini mereka berdiri di depan pintu masuk penginapan, Yejun berhenti sejenak kemudian mengalihkan pandangannya pada Matt yang matanya masih memancarkan binar kebahagiaan.

"Rasanya seperti salju itu," ujar Yejun, tangan kanannya menunjuk tumpukan salju di depan penginapan 'Be Mine'. Matt yang di sebelah Yejun terlihat mengernyitkan kening kebingungan.

"Dingin?"

Yejun menggeleng, lantas menjawab. "Salju tidak selamanya indah. Setelah warna putihnya berubah karena diinjak dan menjadi licin, kau bisa dengan mudah terjatuh. Ditambah lagi warna yang sudah tidak cantik itu, membuatmu tidak menarik lagi."

"Tetapi sebelum salju itu mencair, ada beberapa orang yang bahagia karenanya," sahut Matt semangat.

"Setiap orang memiliki makna atas kehadirannya."

"Bahkan kau sendiri tahu itu." Kali ini Yejun menerbitkan senyuman dengan pesan tersirat. "Kehadiranmu memiliki makna dalam hati Ibumu, Matt."

Kedua mata Matt membola, ia terkejut ketika Yejun menyebut namanya. "Hyung, bagaimana kau tahu namaku?"

"Alishba memberitahuku."

"Alishba Noona?" Matt semakin terkejut. "Bagaimana kau bisa mengenalnya? Dia adalah Noona incaranku."

"Ah, benarkah?" Yejun tertawa kecil.

"Tapi bagaimana ini, Matt? Alishba menyuruhku tinggal di sisinya."

"Hyung, bohong." Matt terlihat meragukan ucapan Yejun. Namun, beberapa detik kemudian ia berkata lagi. "Apa jangan-jangan hyung adalah kerabat Nenek Lee?"

TräumereiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang