Bel pintu masuk berdenting, ketika sekawanan gadis hampir beku masuk dan berdiri berjejeran di depan meja resepsionis. Dalmi dan Gyuri serentak menghela nafas lega, sambil membuka sarung tangan rajutnya. Sementara Jiyoon mengucek hidungnya yang kemerahan, sambil sesekali meringis.
“Selamat datang di penginapan ‘Be Mine”. Ada yang bisa saya bantu?” sambut Matt dengan senyuman lebar.
Hari ini Matt diberi tugas oleh Ibunya untuk mengurus penginapan, mengingat Beaterissa sedang mengunjungi In-cha di rumah sakit bersama kedua adik kembarnya yaitu Song-hoon dan Song-hwa.
Setelah mendapati In-cha terbaring tidak sadarkan diri di lantai rumahnya, Matt segera menelepon ambulance. Kemudian, ia langsung ke kantor polisi terdekat untuk membuat laporan kekerasan anak di bawah umur. Malam itu In-cha dilarikan ke rumah sakit dan Kwon-il, sang ayah, dibawa langsung oleh petugas kepolisian untuk dimintai keterangan. Kemungkinan besar Kwon-il tidak bisa melarikan diri, dan dapat dipastikan kali ini dijerat pasal berlapis.
“Bisakah kami memesan kamar paling besar di penginapan ini?”
Pertanyaan Gyuri menyadarkan Matt yang teringat dengan kejadian mengenaskan tadi malam. Ia cepat-cepat mengembalikan kesadarannya dan berkata.
“Maaf?”
“Kami ingin memesan kamar paling besar di penginapan ini. Jika bisa yang memiliki pemandangan langsung ke laut lepas.” Gyuri mengulang dan menambah ucapannya.
“Ah, maaf. Kamar terbaik tersebut sudah dipesan terlebih dahulu oleh seseorang,” ucap Matt dengan wajah sedikit memelas. “Bagaimana dengan kamar nomor dua terbaik?”
Gyuri menoleh ke arah Dalmi dan Jiyoon yang kompak mengangguk, keduanya terlihat menyetujui tawaran yang diberikan oleh ‘resepsionis muda’ tersebut.
“Baik, kami akan mengambil kamar nomor dua terbaik itu.”
Ketika Gyuri sedang sibuk mengurus prosedur pemesanan kamar mereka. Dalmi meminta izin pada Jiyoon untuk mengambil waktu sendirian berjalan keluar di sekitaran penginapan kecil ini. Memiliki cara berpikir yang berbanding terbalik dengan Gyuri, tentu saja Jiyoon langsung mengizinkan permintaan yang dirasa riskan oleh Gyuri.
Dengan langkah perlahan, tanpa sadar Dalmi berada semakin menjauh dari penginapan. Ia hanya berjalan mengikuti ke mana kakinya melangkah. Bahkan hanya terdengar helaan nafas berat seiring perjalanannya. Dalmi baru sadar ketika sepatunya mulai basah karena dihantam ombak kecil di pesisir pantai. Air asin yang dingin itu menyadarkan Dalmi yang terlihat hilang akal.
“Dingin, ‘kan?”
Dalmi mengenali suara itu. Sebuah suara berat nan serak yang memenuhi lingkup pendengarannya, adalah suara yang tidak asing baginya. Gadis itu membalikkan badannya dan mendapati seseorang yang sangat ia rindukan.
“Cheol?”
Dalmi langsung berlari menghampiri sosok itu. Setelah berada dalam jarak yang amat dekat, sosok ‘Cheol’ yang ia rindukan itu, tiba-tiba menguar di udara. Hilang tanpa bekas. Dalmi baru tersadar saat angin laut berembus cukup kuat untuk menerbangkan kupluk musim dinginnya. Kali ini Dalmi tidak bisa menahannya lagi.
Dalmi, berurai air mata.Dari jauh seorang perempuan muda dengan rambut panjang dikucir satu, melihat Dalmi meringkuk di tepian pantai. Tangisannya terdengar keras dan parau, cukup membuat hatinya tergerak untuk menghampiri gadis itu. Dia adalah Jung Yeoreum, istri dari Yoseob, atau warga desa Ganghae mengenal mereka dengan julukan ‘Pasutri dari Kota’.
“Mau ubi rebus?” tawarnya lembut. Dalmi menghapus air matanya sebelum menggelengkan kepala untuk menolak tawaran tersebut.
Yeoreum memasukkan kembali ubi rebus pesanannya ke dalam keranjang. Kemudian bertanya pada Dalmi apakah dia boleh duduk di sini? Tentu, tanpa banyak bicara Dalmi mengizinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Träumerei
RomanceTak terasa sudah lima tahun berlalu. Setelah semuanya kembali ke tempatnya masing-masing, Dzalea hidup bahagia bersama Raihan dan Hana. Kini tidak ada lagi alter ego yang mengambil alih tubuhnya ketika sedang tertekan, juga sosok sahabat bernama Yik...