04. Membatalkan Perjodohan

41.9K 4.3K 135
                                    

Happy reading

***

Seorang perempuan cantik tengah membenarkan hijabnya. Sedari tadi, dia bingung sendiri hendak menampilkan model hijab yang seperti apa. Ya, maklumi saja karena hari ini adalah hari di mana dia dikabarkan akan bertemu dengan lelaki idamannya.

Siapa pun pasti ingin tampil cantik di hadapan sang pujaan hati, bukan?

"Ini apa aku lilit aja kali ke leher, ya? Biar modis. Tapi, kan, mau ketemu Gus Imam. Nanti kalau dia ilfil gimana? Ah, pusing," gerutu perempuan itu. Dia adalah Ning Zahro, cucu dari Kiai Salim yang akan dijodohkan dengan Gus Imam.

Hari ini Gus Imam akan ke rumahnya bersama keluarga lelaki itu. Ning Zahro mendapatkan kabar tersebut langsung dari sang abi yang dihubungi langsung oleh Kiai Sulaiman.

Jadi, sudah pasti hati Ning Zahro sekarang tengah berbunga-bunga.

Lumayan lama Ning Zahro bercermin dan mengubah-ubah modelan hijabnya. Dia ingin terlihat cantik walaupun hijabnya menutup dada. Hingga suara ketukan pintu kamarnya pun terdengar.

"Assalamu'alaikum, Nak. Gus Imam dan keluarga udah sampai. Kamu udah selesai?" salam Lukman—abi Zahro—dari luar.

Ning Zahro menyunggingkan senyumannya. Jantungnya langsung berdegup dengan kencang, membuat dia seperti tengah melambung ke atas langit. Namun, dirinya harus tetap sadar dengan kenyataan dalam hidup.

"Wa'alaikumussalam, Bi. Iya, ini Zahro udah selesai, kok," jawab Ning Zahro dengan nada suara sedikit dilantangkan supaya sang abi mendengar.

Setelahnya, Ning Zahro bangkit dari duduk dan menuju pintu. Setelah pintu terbuka, senyumannya semakin mengembang. Entahlah, mungkin hari ini akan menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, karena bertemu kembali dengan sosok laki-laki yang sudah 4 tahun tidak dia temui. Terakhir saat mereka masih duduk di bangku Madrasah Aliyah.

"Bi?" panggil Ning Zahro sebelum mereka benar-benar ke ruang tamu.

"Kenapa, Nak?"

"Zahro cantik gak?" tanyanya.

"Maa Syaa Allah. Anak Abi selalu cantik, kok. Udah, yuk! Takutnya Gus Imam kelamaan nunggu," ajak Lukman.

Ning Zahro menunduk malu. "Gus Imam datang ke sini buat ngelamar Zahro, 'kan, Bi? Nanti boleh gak Zahro natap dia sebentar aja?"

Lukman menghela napasnya. "Kalau udah mahram gapapa natap. Tapi untuk sekarang, jangan dulu, ya?"

Bibir Ning Zahro terlihat mencebik. Namun, dia menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Lalu, tersenyum kembali karena rasa percaya dirinya kembali meninggi.

Gus Imam pasti makin ganteng, ditambah ilmunya pasti udah wah banget. Makin idaman, batin Ning Zahro. "Astaghfirullah," lanjutnya bergumam karena memikirkan Gus Imam yang tidak-tidak.

"Yuk!" Abinya kembali mengajak.

Ning Zahro pun mengangguk dan kini berjalan berdampingan dengan sang abi untuk menuju ruang tamu mereka. Dengan perasaan campur aduk dan kepala yang hanya bisa menatap lantai, hatinya dibuat dag-dig-dug.

Tidak lama, mereka sampai di ruang tamu.

Lukman sudah menyiapkan wejangan untuk keluarga Gus Imam, jadi Ning Zahro tidak perlu membuatkannya lagi. Perempuan berhijab nila itu dengan sopan bersalaman dengan Dewi, Zulaikha, dan Hawa. Kemudian mengatupkan tangan di depan dada kepada para lelaki yang datang, termasuk Gus Imam.

Ya Allah, ganteng banget, batinnya semakin menggebu.

Walaupun abinya sudah berkata untuk tidak menatap Gus Imam, nyatanya Ning Zahro mencuri pandang sebentar.

Cinta Suci Gus Imam || New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang