(cr.pinterest)
.
.
.
.
.
Bagaimana perasaanmu sejauh ini? Apa yang kamu rasakan hari ini? Ada cerita apa hari ini? Kalo hari ini sedang merasa memiliki hari yang kurang baik, jangan khawatir ya masih ada hari esok kok untuk kembali membuat cerita yang lebih baik lagi. Dan kalo capek istirahat yaa.. Take your time :)
.
.
.
.
.
Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Joker atau Arthur Fleck kan? Filmnya bahkan pernah booming beberapa tahun lalu, bahkan ada satu quotes yang sangat populer di kalangan penggemar yang sudah menonton film ini.
"Orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti"
Mungkin quotes itu sudah tidak lagi asing kan? Bahkan dulu aku ingat anak - anak di kelasku bahkan dosenku mendebatkan quotes itu. Apa benar jika manusia - manusia jahat di dunia itu terlahir dari orang baik yang tersakiti?
Menurutku sih tidak semua orang jahat itu terlahir dari orang baik yang tersakiti sih. Tapi ya memang tidak menutup kemungkinan juga jika orang jahat lahir karena orang baik yang tersakiti, ya karena tidak semua manusia yang tersakiti bisa berdamai dengan lukanya, hingga akhirnya dia akan memilih untuk membalas hal yang sama agar orang lain juga bisa merasakan rasa sakit yang dia alami. Pendendam yang hebat.
Mungkin bagi sudut pandang orang awam memang jika Arthur menjadi jahat karena lingkungan dia yang terlalu jahat kepadanya, tidak bisa menghargai apa yang Arthur lakukan bahkan selalu memperlakukan Arthur sebagai seseorang yang aneh, padahal mereka juga bukan orang - orang yang dekat dengannya. Kenapa manusia suka sekali menilai dengan apa yang mereka lihat saja?
Namun, jika di lihat dari sudut pandang psikologi mungkin beda lagi. Di sini Arthur juga memiliki kesehatan mental yang bisa di bilang tidak baik - baik saja, dia bahkan memiliki gangguan PBA ( Pseudobulbar Affect ) dimana dia mengeluarkan ekspresi yang tidak sesuai dengan perasaan dia sebenarnya. Ada scene dimana dia dimarahi oleh seorang ibu di dalam bus karena dia tertawa dan tertawanya dianggap mengejek dan mereka menganggap jika apa yang Arthur lakukan itu sangat tidak sopan. Secara singkatnya dia tidak bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan. Kalau sekarang kita malah hidup dimana banyak orang yang memilih untuk menyembunyikan apa yang mereka rasakan. Misalnya mereka merasa sedih dan sedang tidak baik - baik saja, tapi mereka lebih memilih untuk tersenyum dan menyembunyikan rasa sakitnya sendirian. Aku adalah salah satunya.
Dan selain itu dia juga mengidap Skizofrenia dimana dia sulit untuk membedakan kehidupan nyata atau kehidupan khayalannya. Karena Skizofrenianya ini, Arthur merasa dirinya memiliki kekuasaan yang besar, identitas, popularitas, bahkan kecerdasan yang luar biasa padahal semuanya hanya delusi (khayalan) atau sebatas skenario yang dia buat sendiri. Kalo boleh jujur, aku juga lebih menyukai apa yang aku imajinasikan lebih tepatnya aku merasa bahagia dengan dunia yang aku ciptakan sendiri, namun bedanya aku masih bisa membedakan mana dunia nyata dan mana dunia fiksi.
Kalian percaya tidak, jika setiap manusia itu sebenarnya memiliki topeng asli yang tidak akan pernah mereka tunjukkan ke orang lain bahkan terkadang diri mereka sendiri pun tidak bisa menyadari topeng asli mereka, ya karena mereka tidak belum mengenal baik dirinya sendiri.
Ada banyak manusia yang memakai banyak jenis topeng untuk menutupi siapa dirinya yang sesungguhnya. Ada orang yang bisa tersenyum bahkan tertawa dengan suara yang keras namun sebenarnya ada rasa sakit yang sedang dia tutupi, banyak orang juga memilih untuk memakai topeng karena mereka tidak ingin membuat orang disekitarnya merasa khawatir dengan apa yang sedang dia rasakan saat itu.
Namun disisi lain, ada manusia yang memang bisa dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan perkataan serta perlakuan mereka ke orang lainnya sehingga membuat orang lain merasa jika dia adalah orang yang sempurna tidak memiliki celah terburuk. Padahal setiap manusia memiliki sisi buruk dalam hidupnya. Kalau tidak ada untuk apa Tuhan menciptakan sebuah nafsu?
Terkadang rasa sakit itu asalnya bukan dari orang lain, tapi kita sendiri yang menggoreskan luka itu sendiri. Ekspektasi kita kepada orang lain yang terlalu besar hingga lupa bahwa manusia bisa kapan saja berubah, manusia itu makhluk dinamis. Dia bisa berubah kapan pun mereka mau, bahkan mudah saja untuk meninggalkan hal - hal yang ia rasa mulai membosankan.
Lalu apakah kita tidak boleh percaya dengan manusia? Boleh, tapi cobalah belajar untuk memberikan persentasi kepercayaan kita kepada mereka tidak lebih besar dari persentase kepercayaan untuk diri kita sendiri. Kenapa? Karena jika suatu saat kita dikhianati oleh mereka kita tidak akan merasakan luka yang cukup dalam dan kita tidak perlu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengobati semuanya.
Kita tidak tahu kapan akan ditinggalkan.
Kita tidak tahu kapan akan dikhianati.
Kita tidak tahu kapan akan terluka.
Jadi untuk itu cobalah untuk lebih percaya kepada diri kita sendiri terlebih dahulu. Karena di saat semuanya pergi yang akan tetap tinggal tentu saja diri kita sendiri. Lingkungan kita mungkin akan mengacuhkan rasa sakit kita, memangnya siapa kita sehingga membuat orang lain harus peduli tentang kita setiap saat?
Manusia memang punya banyak topeng, jadi jika suatu saat topeng yang kita lihat itu berbeda dengan yang biasa kita kenal ya memang sudah sewajarnya. Mungkin memang yang kita butuhkan hanya sebuah alasan saja, sebuah alasan mengapa dia melakukan semuanya.
Ahh iya, kita juga tidak pernah tahu rasa sakit apa yang sedang di rasakan oleh orang lain. Jadi kita juga bisa belajar untuk memahami bagaimana kondisi orang lain. Seperti apa yang aku tulis diawal, jika manusia memang memiliki sudut pandang yang berbeda - beda jadi jangan mudah untuk memberi kesimpulan hanya dari satu sisi atau hanya dari sudut pandangmu saja.
Dan apa yang aku tulis juga tidak ada tujuan atau tidak bermaksud untuk membuat kita jadi mudah untuk berprasangka buruk dengan orang lain, tapi aku hanya ingin menyampaikan jika kita tidak bisa 100% berekspektasi besar atau memberikan kepercayaan yang besar untuk orang lain dengan mudah, sedekat apapun itu. Karena sekecil apapun jarum yang menusuk daging bahkan menggores kulit hingga mengeluarkan darah akan tetap terasa sakit.
Berdamai dan mengenal lebih dalam diri sendiri kurasa akan lebih baik agar kita bisa lebih paham apa yang kita rasakan juga apa yang kita harapkan. Menggantungkan semuanya pada diri sendiri kurasa tidak terlalu buruk, karena saat kita sedang berada dititik terendah dalam hidup kita nanti pun yang akan memberi kekuatan juga kita sendiri.
Bukankah terkadang kita sering mendengar, sebelum kita mencintai orang lain cintailah diri kita sendiri. Ya begitulah, tidak masalah juga jika kita memilih hidup memakai topeng karena kurasa ya memang itu salah satu sifat alami manusia. Tapi aku harap kita bisa mengungkapkan apa yang kita ingin ungkapkan, jika manusia lain tidak mau mendengar ya sudah kita masih punya Tuhan dan diri kita sendiri kok :)))
Terima kasih sudah membaca tulisan ini yaaa💜
Salam sayang,
-Y.K🧸
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Si Virulen
Short StoryHanya sebuah perasaan yang tak sempat disampaikan. Hanya sebuah kata yang bisa dituangkan pada sebuah cerita. Setiap manusia mempunyai kisah dan alur cerita yang berbeda, bahkan sudut pandangku tentang hidup dan sudut pandangmu tentang hidup pun kur...