"Harapanmu?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yeonjun menatap kosong kamar asramanya. Sudah sebulan sejak kematian Choi Soobin. Sekolah diliburkan 3 hari sejak pemakaman Soobin. Semua orang berduka. Apalagi kedua orang tua sahabatnya. Ia merasa bersalah sepanjang waktu.
Polisi melakukan penyelidikan. Namun tak ditemukan bukti apa-apa. Beruntung di tangga itu tak dipasang cctv. Yeonjun dan Yena juga memiliki jalan tertentu untuk sampai kesana dan tak tertangkap cctv. Mereka terlalu pandai menutupi itu.
Yeonjun menghela napas berat. Ia kembali terisak. Orang-orang menatapnya iba tanpa tau bahwa ia yang membunuh Soobin malam itu. Ia merasa hampir gila. Bahkan beberapa kali ia mencoba mengakhiri hidupnya menyusul Soobin.
Namun ia kembali jadi pengecut. Menangis hingga matanya sembab. Mengabaikan segala pesan dan telpon dari Yena. Dia sedikit heran dengan gadis itu. Yena sama sekali tak merasa bersalah. Bahkan ia cenderung tak peduli dan tetap melanjutkan hidup bahkan meminta untuk lebih sering bertemu Yeonjun.
Yeonjun menyesal, ia tak tau jika Yena semengerikan itu. Ia menyesal tak memilih Soobin. Andai waktu bisa diputar. Ia ingin Soobin tetap ada disini.
Pintu asramanya diketuk tengah malam begini. Ia bingung, siapa yang bertamu selarut ini? Menghapus air matanya dan merapikan sedikit penampilannya, ia membuka pintu. Lorong itu kosong. Hanya cahaya remang-remang dari lampu yang nyalanya sengaja redup di malam hari.
Suasana sedikit dingin malam ini. Ia menengok kembali ke dalam melihat jam menunjukkan pukul 12 kurang 15 menit. Ia akhirnya memutuskan menutup pintu, namun dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba berdiri didepan kamarnya.
"Hai?"
Huening Kai tersenyum di depan pintu kamarnya. Wajahnya yang pucat dan matanya yang kosong mencoba tersenyum ke arah Yeonjun itu nampak sedikit mengerikan.
"Masuklah."
Yeonjun menyambutnya. Membiarkannya masuk dan memberinya minum. Kamarnya sedikit berantakan jujur saja. Dan ia malu akan hal itu.
"Maaf berantakan."
"Tak masalah."
Kai diam menatap Yeonjun yang melamun. Dia duduk disebelah Yeonjun. Menggenggam tangannya kuat-kuat.
"Kamu kuat. Aku tau itu."
Yeonjun tersenyum simpul.
"Selalu ada jalan disetiap permasalahan. Selalu ada keajaiban. Tapi...jangan salah mengambil jalan."
Kai tersenyum. Ia berpamitan pada Yeonjun yang nampaknya memikirkan sesuatu. Ia keluar dari sana. Yeonjun segera menyusulnya dan membuka pintu. Namun nihil, Kai pergi secepat kilat dan hilang dari sana.
Padahal ia ingin menanyakan tentang mitos tangga ke-13 yang tiba-tiba saja melintas di pikirannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Disinilah Yeonjun sekarang. Tengah malam berada di gedung sekolah di lantai dua hendak menuju ke lantai tiga. Disana masih ada beberapa karangan bunga yang diletakkan para penggemar Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 13th stairs (End ✔️)
Fanfiction"Kamu tau? mitos mengatakan tangga ke-13 penghubung lantai 2 dan 3 bisa mengabulkan harapan seseorang. Ucapkan keinginan dan harapanmu maka esok akan terjadi." Yeonjun tertawa remeh. Apa ada hal yang lebih tidak masuk akal lagi? "Kamu terlalu banyak...