Seorang gadis bersenandung sambil mengayun-ayun plastik yang ia tenteng. sesekali melompat ceria diatas genangan air akibat hujan mengguyur bumi 5 menit lalu. Waktu sudah malam setelah ia menunggu sekitar 15 menit didalam minimarket, memakan mie cup sambil menunggu hujan reda.
Berjalan di trotoar dengan mata sesekali mengikuti kendaran bermotor yang melewati dirinya dan mengabaikan beberapa orang asing yang berpapasan dengannya. Gadis itu hanya mengenakan kaos kebesaran berlengan pendek, tidak mampu menghalau angin malam yang mendingin setelah hujan. Aroma tanah basah cukup menenangkan dirinya walau jiwanya sedikit ketakutan ketika langkah kaki mungil membawanya melewati gang sempit yang gelap.
Langkah gadis itu berhenti, ketika rungunya mendapati rintihan. Kemudian ia mendekat, berjalan pelan-pelan memastikan bahwa sumber suara tersebut bukan dari sosok yang membahayakan dirinya. Kemudian langkah kaki kecilnya ia bawa untuk berlari, seketika rasa khawatir menyergap dirinya, melihat seseorang bersimbah kesakitan.
Semakin dekat, mata doe gadis berbaju kebesaran itu menangkap sesosok pria yang bersadar pada tembok rumah belakang seseorang yang tidak dikenal. Sosok itu setengah sadar, sesekali merintih penuh kesakitan.
"Hey, kamu kenapa?" gadis itu menjerit tertahan, berdiri setengah meter dari keberadaan seorang pria yang nampak menyeramkan. Pakaian warna hitam yang pria itu kenakan cukup menunjukkan jika terdapat darah disana. Bodohnya gadis itu hanya tertegun, merasa serba salah. Kemudian tanda sadar ia melepaskan plastik yang ia gengam erat, memilih untuk mendekati pemuda yang sedang setengah sadar menahan sakit.
Pria itu membuka matanya perlahan, menatap wajah gadis yang dihujami cahaya lampu berwarna cokelat. Wajah panik gadis itu cukup membuatnya jengah, kemudian ia tersentak ketika secara tiba-tiba gadis yang berdiri didepannya berlutut menggenggam tangan besar yang berlumuran darah diatas perutnya.
Tanpa aba-aba gadis itu menyobek bagian bawah kaos kebesarannya, menekan luka diperut setelah menggeser tangan berurat berbalur darah. "Tolong jaga kesadaranmu, jangan tutup matamu. Aku- aku akan panggilkan orang untuk membantumu." Gadis itu berujar panik, tangan kecilnya masih menakan kain diatas perut yang terluka.
"Tidak," pria itu menahan gadis penolongnya yang hendak berdiri, matanya yang redup— hampir kehilangan kesadaran menatap mata doe gadis cantik yang menolongnya. "Obati gue," lanjut pria itu ketika mendapati tatapan bingung gadis didepannya. "Ambil hp," gadis itu masih termangu, kemudian ia melirik gundukan di saku celana sebelah kanan milik pria setengah sadar itu.
Tangan gadis berkulit kuning langsat itu bergetar, beberapa kali meramalkan kata maaf dalam hatinya karena dengan lancang mengambil benda milik orang lain, walau secara tidak langsung ia dipersilahkan. Tangannya masih gemetar, mengotak-atik ponsel mahal yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, "aku gatau caranya," gadis itu menggerutu, berharap si pemilik ponsel tidak mendengar racauannya. Beberapa kali ia mengusap layar ponsel berkamera 3 dibelakang, ia panik sekaligus bingung, namun si pemilik ponsel menyadari kebingungan gadis itu, ia mengusap layar ponselnya keatas kemudian memilih ikon telepon. Si gadis termangu ditempatnya, sedikit malu tentu saja.
Kedua orang itu menunggu ponsel terhubung ke si pemilik kontak yang sedang di telepon, gadis itu dapat melihat emoji anjing pada nama kontak itu, sedikit mengernyit menanggapi kotak dengan nama aneh di ponsel itu. Anjing?
"Tuan ada apa?" suara di seberang mulai terdengar, namun di pemilik ponsel justru menutup matanya dengan mulut yang ia gigit menahan sakit. Si gadis yang memegang ponsel mendengar suara pria paruh baya, ketika sadar tidak akan ada tanggapan dari si pemilik ponsel, ia memilih untuk menjawab dengan suara yang tidak dapat menyembunyikan kepanikannya. "Halo, pak saya menemukan yang punya hp sudah terluka, pak tolong ini saya harus apa ya?"
"Saat ini anda berada di mana?" si penelpon diseberang sana tidak kalah panik, gadis itu mendengar langkah kaki dan napas yang memburu milik pria paruh baya diseberang telepon. Pun ia mendengar ajakan tergesa milik pria matang itu dan dibalas olah suara pria lain yang lumayan banyak. Tanpa kata si pria diseberang telepon mematikan telepon secara sepihak.
"Halo, pak! Pak, tolong!" gadis itu panik, khawatir jika si pria yang bersimbah darah itu akan mati di tengah jalan sempit ini tanpa ada yang menolong.
"Nanti dia dateng, jaga gue!" suara parau masuk ke rungu si gadis, setidaknya fakta itu membuat dirinya tenang. Ia memasukkan kembali ponsel milik pria itu kedalam kantong celananya. Mata doe nya menyusuri wajah tampan berbalut darah dan rambut yang basah.
Gadis itu terus menekan kain diatas luka perut pria yang kini terpejam. Ingin bertanya lebih jauh namun ia tahu kesadaran pemuda itu sedang diambang bata. Tidak akan mampu untuk menjawab segala pertanyaanya. Namun matanya ia bawa untuk menyusuri seluruh tubuh pemuda itu, baju dan celana ripped jeans-nya basah, pun rambut cokelat tua itu juga basah, apakah pria ini berkelahi di tengah hujan. Tolong, ini bukan ranahnya untuk ikut campur, hanya bantu pemuda itu tetap dalam kesadarannya.
"Hey, pertahankan kesadaranmu, om mu akan datang sebentar lagi." Gadis itu berusaha membantu mempertahankan kesadaran si pemuda yang memejamkan mata itu. Pria itu membuka matanya perlahan, jika ditelisik lebih jauh pemuda itu berwajah bule dengan bola mata berwarna biru, alisnya menukik tajam dan tebal.
"Namamu?" si gadis kemudian gugup mendengar suara berat dan lirih milik si pemuda itu. Bertanya dengan ogah-ogahan dan akan gadis itu jawab dengan setengah niat, "Kelly."
"Tuan!" kedua manusia menoleh ke sumber suara, doe si gadis mampu melihat para pria bersetelan formal hitam berlari menuju dirinya, sekitar 5 orang serempak berlari cepat kemudian membantu pemuda yang bersimbah kesakitan yang ia tolong.
Kelly, gadis penolong itu menjauh memberi ruang agar para pria itu dapat membantu si tuan muda yang tadi salah satu dari mereka memanggilnya. Membawa tubuh lemah itu keluar dari gang dan tanpa bersusah payah Kelly melanjutkan jalannya memasuki gang lebih dalam setelah mengambil plastik yang teronggok diatas aspal. Meninggalkan kegelapan dan kesunyian itu bersama angin malam yang dingin setelah hujan dan bekas pertemuan mereka menjadi sebuah kenangan.
Bersambung...
cerita baru gais, bantu kasih semangat ya hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
DIE FOR YOU
РомантикаKelly Kinandra, gadis ramah dan murah senyum khas penduduk Indonesia pada umumnya. Mengejar cinta pemuda yang bersekolah di sekolah elit, dari keluarga Old Money yang menggenggam kekuasaan di tangannya. Sedangkan dirinya tidak selevel dengan pemuda...