2. ALVA

2 0 0
                                    

🐝🐝🐝

Baru saja Eva dan kedua temannya sampai di parkiran, mereka kembali bertemu dengan tiga cowok populer itu. Niat Eva yang ingin pamit, jadi tertunda beberapa menit.

"Cape banget gue hari ini. Padahal banyak jamkos, tapi kok badan gue berasa remuk gini," keluh Kara memegang pinggangnya yang terasa pegal.

Apa ini efek kelamaan tidur di lantai? Biasanya tidak begitu walaupun tidur di lantai. Mungkin, posisi tidurnya yang salah.

"Tumben, lo. Biasanya dari awal masuk kelas sampai pulang masih seger," ujar Diva memperhatikan Kara yang tengah lemas akibat lelah.

"Tapi, lo masih kuat bawa mobil, kan?" sambung Eva terkekeh. Tidak biasanya gadis itu mengeluh badannya sakit semua.

"Kayaknya gue salah posisi tidur, deh. Kuat, kok." Kara meringis ketika pundaknya ia pijat sendiri, terasa pegal sekali jika di pegang. Lagian tidurnya miring, udah tau tidak ada alas di kelasnya untuk tidur, jadi harus Terima resiko.

"Eh, itu mereka parkir di sini juga?" celetuk Diva yang melihat Alam dan kedua sahabatnya tengah duduk di atas motor mereka masing-masing.

"Iya, juga, ya. Biasanya mereka parkir di pojok deket gerbang," ucap Eva memperhatikan ketiga laki-laki itu dan yang paling utama tentu matanya memperhatikan Alam.

Alam yang merasa diperhatikan akhirnya menatap balik ke arah tiga gadis yang tengah berdiri di samping mobil milik Kara.

"Lo, liatin apa, Al?" tanya Reka yang sedari tadi tengah mengobrol dengan Alam dan Yuda, tiba-tiba Alam malah memperhatikan hal lain.

"Mereka kayaknya liatin kita terus, gue risih."

Jujur, Alam tidak suka dilihat lama-lama oleh orang dari kejauhan. Ia merasa risih, seperti sedang terancam oleh sesuatu. Tentu ada alasan di balik hal itu.

"Oh, paling mereka kaget kita parkir di sini. Biasanya, kan kita parkir di pojok sana," balas Yuda menunjuk parkiran dekat pos satpam menggunakan dagunya.

"Mungkin."

Kembali dengan wajah dinginnya, Alam mendengarkan celotehan kedua sahabatnya. Sesekali ia juga menjawab mereka.

Eva sudah memalingkan wajahnya, ketika Alam menatapnya. Malu, tentunya. Rasa tak enak hati juga masih ada kepada laki-laki itu. Tapi, itu kemauan Alam sendiri, jadi, ya, sudah.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Eva pamit pada dua temannya. Karena sebentar lagi jemputan nya akan segera sampai.

"Gue pamit duluan, ya. Sebentar lagi Abang sepupu gue sampe," pamitnya pada Kara dan Diva. Kedua temannya itu pulang bareng, karena rumah mereka yang tetanggaan.

"Iya. Lo hati-hati, ya. Bye! Div!" ucap Diva.

Eva tersenyum dan melambaikan tangannya sebentar, sebelum ia pergi menuju gerbang depan sekolah.

Namun, sial. Dia harus berjalan melewati Alam dan kedua antek-anteknya. Bahkan, salah satu dari mereka menghalangi jalannya, mencoba menggoda Eva, membuat gadis itu memutar bola matanya malas.

"Eits! Mau ke mana, cantik! Pulang bareng gue, yuk!" ajak Yuda menghadang jalan Eva.

Eva menghela nafas sebelum Yuda kembali melanjutkan modusnya. Eva tau, Yuda ini terkenal dengan ke-playboy'annya.

𝐀𝐋𝐕𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang