3. ALVA

1 0 0
                                    

🐝🐝🐝

Setelah kejadian sore tadi, Eva kini sudah mandi, dan bersiap-siap untuk dinner. Sebenarnya ia sedikit kesal, karena Gemma tidak ikut acara malam ini. Katanya dia akan beristirahat, mumpung lagi free dari tugas kuliahnya.

"Kok, Abang nggak ikut! Nanti jadi, nggak seru, dong?" kesal Eva bermonolog menatap dirinya di cermin, sembari mengoleskan liptint ke bibirnya.

"Kira-kira dinner di rumah temen Papa siapa, ya?" gumamnya selesai memakai pemerah di bibirnya.

Suara ketukan pintu membuat Eva buru-buru untuk membukanya. Pasalnya sang Mama sudah menunggu sedari tadi.

"Eva. Ayok, turun! Semuanya udah, siap. Tinggal kamu doang, yang belum siap." Naya menatap intens wajah putrinya saat Eva berjalan ke arahnya.

"Cantik banget anak, Mama!" pekiknya, ketika sang putri membuka pintu.

"Yuk, berangkat!" Bukannya menjawab, Eva malah menggandeng tangan Mamanya, tangan satunya menutup pintu.

Eva kini menggunakan celana jeans kulot haighwaist berwarna hitam diipadukan dengan kaos polos berwarna hitam dan cardigan berwarna milo, serta jilbab pashmina berwarna senada dengan cardigan nya.

Seorang Eva, memang kadang jika keluar menggunakan hijab, kadang juga tidak. Tergantung acaranya saja, ia juga sedang belajar untuk istiqomah.

Setibanya di kediaman Bratadikara. Eva dikejutkan dengan pintu yang bernuansa Jawa, bahkan, ada tulisan dengan huruf aksara jawa. Eva, tentu tidak tahu apa artinya. Padahal hanya tulisan selamat datang. Di samping pintu juga ada tulisan di sebuah papan kayu yang menggunakan aksara jawa. Jika dilihat, artinya 'Bratadikara Family'.

Saat baru saja memencet bel, beberapa menit kemudian pemilik rumah membukakan pintu.

"Selamat malam," sapa Tiara tersenyum. Suaminya juga tersenyum, termasuk ketiga orang di depannya.

"Selamat malam." Ketiganya membalas bersamaan, disertai senyum.

"Assalamu'alaikum." Tak lupa, Naya mengucapkan salam, sebelum tuan rumah menyuruh mereka masuk.

"Wa'alaikumsalam." Tiara dan Ray kompak menjawab salam.

"Silahkan masuk," titah Ray membukakan pintu lebih lebar.

Eva hanya tersenyum kikuk. Sepertinya orang di depannya ini tak asing baginya. Saat memasuki rumah milik teman Papanya, ia melihat bingkai foto keluarga yang ukurannya sedang, menampilkan seseorang yang ia kenal. Dahinya berkerut.

"Itu bukannya, Alam, ya?" batinnya.

Tiara menyuruh tamunya untuk langsung duduk di kursi, di mana mereka akan melakukan dinner.

Semua makanan sudah siap di meja makan, bahkan hampir memenuhi meja yang lumayan besar dan panjang.

"Silahkan duduk, saya mau panggil anak saya dulu, ya." Tiara menyuruh ketiganya duduk. Sebelumnya suaminya sudah duduk lebih dulu di kursi paling ujung, lalu diikuti Eddy duduk di ujung meja satunya. Setelahnya baru Naya dan Eva duduk bersebelahan.

𝐀𝐋𝐕𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang