Part 03. My lips taste sweet

85 13 2
                                    

Sekian lamanya Hana di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh penuh dengan keringat yang mengering. Nada lagu diputar lewat ponsel Hana sendiri di kamar mandi—asik mendengarkan lagu sampai lupa jika terlalu lama di dalam kamar mandi itu dilarang oleh ibunya. 10 menit setelah mengeringkan semua tubuh putih nan mulus, deringan ponsel Hana berbunyi hingga bergema di dalam kamar mandi. Jeong-won?

Ia segera mengangkat panggilan dari lelaki berbahu lebar itu sambil berjalan keluar dari kamar mandi menuju kasur selangkah demi selangkah. " Kenapa?  " Satu kata  Hana membuat lelaki yang sedang menelponnya itu terpaku sekilas.

" Mengapa kau langsung bertanya? aku belum menyapamu. " Tegur Jeong-won mengalihkan pertanyaan Hana. Gadis itu sendiri juga bingung mengapa ia bisa langsung bertanya pada Jeong-won. Malu. Hana hanya bisa bungkam sekaligus merapatkan bibir tebalnya itu.

" Ouh... Maaf, aku baru saja selesai membersihkan diriku. " Jawabnya malu dengan pandangan mengarah jendela kamar.

" Kau baru saja mandi? Wow, tubuhmu pasti sangat mulus bukan? "

" Maksudmu?! " Tegas Hana. Apa yang baru saja lelaki itu pikirkan? Sangat mesum ketika ia menggoda Hana dengan kalimat yang sangat frontal—menjijikan. Baru pertama kali ia mendapati seorang teman mesum seperti Jeong-won. Hana mendengus kesal dan mulai menenangkan emosinya perlahan.

" Maaf, tidak. Lupakan saja. Aku hanya ingin bertanya mengenai tugas sekolah, bisa nanti malam kita melakukan zoom meeting bersama guru les privat ku? "

Suara Jeong-won terdengar bergetar saat meminta maaf. " Sial. " Kesalnya yang mulai memuncak sekilas.

" Bisa, tapi aku harus membayarnya—"

" Tidak, dia hanya berniat membantu tugas sekolah saja tidak menambahkan materi apapun. "

" Baiklah kalau begitu, aku ingin memakai baju. Aku matikan panggilannya dulu. "

Gadis itu mematikan panggilan dari si lelaki dengan rasa sedikit kesal. Ia sudah menduga Jeong-won bukanlah remaja polos saat memberikan wajah imutnya—ia sangat aktif dalam menilai seseorang tapi dengan cara kotor, pantas saja dari awal bertemu Hana sudah memperhatikan gerak gerik lelaki itu. Nyatanya, kepala Hana bisa mengetahui karakter Jeong-won seperti apa. Mesum. Lelaki itu juga berani menyentuh Hana, dari menyentuh bahu—hingga tangannya. Kemudian memeluk dirinya di depan restoran tadi siang, untung saja mereka berpelukan tepat di samping mobil orang lain jadi kedua keluarga mereka tidak melihat aktivitas mesranya. Itu adalah hal yang menjijikkan—tapi Hana justru menyukainya juga. Gila. Sangat munafik hati dan pikiran Hana sendiri. Ia tidak menyukai perlakuan Jeong-won terhadapnya tetapi ia juga menyukai perlakuannya seperti tadi siang.

Zoom meeting kini sudah mulai, Hana menarik kursi belajarnya lalu mengambil satu buku tulis dari laci meja belajar. Ia melihat Jeong-won sudah siap juga untuk belajar—matanya lurus memandang kamera dan seakan-akan membuat Hana terpikir lelaki itu sedang menatap wajah dirinya.

" Baik, apa yang harus saya bantu dalam tugas sekolah kalian ini? " Tanya guru yang tengah sibuk mengerjakan kerjaannya.

Jeong-won mulai bersikap siap dalam duduk nya sambil membuka buku tulisnya, mendongak kembali ke kamera laptop miliknya dan tersenyum.

" Hanya 5 soal saja yang menjadi tugas rumah, soal pertama menceritakan sejarah di masa lalu yang dimana seorang Laurentius Abstemius membuat sebuah fabel-"

" Disini dipertanyakan kapan fabel tersebut dibuat oleh Laurentius Abstemius? " Sambung Hana tegas menatap layar laptop. Jeong-won belum saja selesai menjelaskan tapi Hana memotong pembicaraan. Lelaki itu hanya tersenyum simpul dan mengangguk saja. Ia merasa sedikit sakit hati saat gadis itu langsung mempertanyakan inti dari penjelasannya. " Sebaiknya nona jangan memotong penjelasan seseorang ya, " ucap lirih guru.

Let me touch it (Jungwon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang