Bab 6 Curhat sama Mami

2 1 0
                                    

Bab 6 sudah up. Happy reading.

Nadia terkejut melihat Aska yang tiba-tiba datang dan berkenalan. Kenapa dia harus merusak menambah rusaknya moodku hari ini, pikir Nadia.

"Eh, Kakak namanya Aska. Kenalin gue Mirna. Oh, Kakak mau ngajak Nadia masuk klub Mading? Kalo gue sih setuju aja."

"Mir, apa-apaan sih. Maaf ya, Kak Aska, gue nggak minat masuk klub mading atau apalah itu. Terima kasih untuk ajakannya. Bye. Ayo Mir, kita balik ke kelas." Nadia menarik lengan Mirna.

"Tapi, Nad, kita kan belum makan."

"Napsu makan gue hilang liat orang itu."

"Sampe ketemu lagi Kak Aska," terima Mirna, lengannya masih ditarik Nadia jalan kembali ke kelas.

"Lo kenapa, Nad?" tanya Mirna setelah duduk di bangku kelas mereka.

"Nggak apa-apa, gue masih kesel ama Kakak kelas itu."

"Gara-gara PR kemarin kan? Nggak ada sebab lain?"

"Iya, cuma karena PR itu aja."

"Kata orang kalau kita kesel dengan orang lain, berarti kita ada perasaan sama orang itu."

"Perasaan gimana? Lho dia kan yang mulai duluan. Wajar dong kalau aku masih kesel sampe sekarang. Lihat orangnya aja males."

"Yah, kan masalahnya sudah selesai. PR-mu sudah diterima Bu Siska. Ya maafkanlah kesalahan dia. Siapa tahu Besok-besok kamu bisa berteman baik dengan dia."

Kata-kata Mirna ada benarnya juga, batin Nadia. Urusan dia dengan kakak kelas itu harusnya sudah berakhir. Tidak perlu sampai merasa kesal yang berlebihan. Apa dia ada perasaan suka dengan kakak kelas itu? Tidak mungkin, karena Nadia baru saja putus dengan Juno. Mestinya dia masih merasa sedih karena hubungan berakhir.

Nadia masih berdialog dengan pikirannya sendiri tentang kakak kelas itu. Apakah dia harus ikut klub mading sesuai ajakan kakak itu. Apa maksudnya mengajak Nadia ikut klub mading. Sedangkan kakak kelas itu kan tidak tahu apakah Nadia bisa menulis atau tidak. Karena salah satu kualifikasi klub mading yang Nadia tahu adalah bisa menulis. Sedangkan Nadia sendiri tidak tahu apakah dia memiliki kualifikasi itu untuk masuk klub Mading.

"Lo, mau terima tawaran kakak kelas itu nggak? Masuk klub mading."

Nadia menoleh pada Mirna. Seolah Mirna dapat membaca apa yang ada dalam pikirannya.

"Entahlah. Tapi lo bener juga, sih. Mestinya gue udah nggak kesel lagi sama dia. Kayaknya gue masih kebawa perasaan habis putus. Makasih, ya, udah ngingetin gue." Nadia tersenyum tulus.

"Nah, gitu dong. Lo kan sahabat gue. Btw, Nad, tulisan lo bukannya bagus? Lo kan sering nulis di diary, gue yang bacanya jadi kebawa gimana perasaan lo pas nulis diary itu. Gimana kalau lo pertimbangin buat ikut klub mading?"

Nadia memberikan senyuman yang terpaksa.

"Gue pikir-pikir dulu, deh, Mir. Takutnya gue nggak memenuhi kualifikasi buat jadi anggota klub mading."

"Ok. Nad, gue laper, balik ke kantin lagi yuk, masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum mulai pelajaran. Kita beli makanan di kantin, terus makan di sini, gimana?"

"Boleh deh, kayaknya gue juga laper."

Kedua sahabat itu kembali ke kantin untuk membeli beberapa camilan untuk mengganjal perut mereka.

***

Sore hari mami mengantar camilan ke kamar Nadia. Setelah pulang sekolah dan makan anak kesayangannya belum keluar kamar. Mami Nadia mengkhawatirkan anaknya. Biasanya apa yang dirasakan anak, akan dirasakan oleh ibunya juga.

"Nadia, ini camilannya mami taruh di meja kamu belajar kamu, ya. Kamu lagi ngapain?"

"Lagi nulis diary, Mi," jawab Nadia tanpa menoleh.

"Lagi nulis apa?" mami menghampiri Nadia di tempat tidurnya, "Jangan dibiasakan nulis sambil tiduran. Duduk aja di meja belajar."

"Heem."

Mami curiga terjadi sesuatu pada Nadia. Kemudian dia memegang kepala anaknya, lalu memutarnya agar mami bisa melihat wajah anaknya.

"Lho, kamu habis nangis? Ada masalah apa? Masalah di sekolah?" Nadia menggeleng.

"Apa ada masalah dengan Juno? Seinget Mami, Juno sudah lama nggak ke rumah. Dia lagi sibuk apa?"

"Kak Juno sibuk di paskibra, Mi. Jadi dia udah jarang ke sini. Nggak pernah, ya."

"Kalian ada masalah? Atau sudah putus?"

Nadia hanya diam. Air mata mengaliri kedua pipinya. Namun, dia berusaha menyembunyikan dari Maminya. Mami tidak akan tinggal diam melihat anaknya tidak menjawab pertanyaan.

"Kalau putus, ya nggak apa-apa. Diambil aja hikmahnya dari hubungan selama ini. Kalau Mami lihat dia anaknya baik, kok. Jadi kalau pun putus, pasti bukan karena dia suka sama cewek lain. Bener kan?"

"Iya, Mi. Kak Juno sibuk seleksi paskibra di kecamtan, katanya."

"Coba Nadia bangun dulu, sini peluk Mami."

Nadia bergerak, dia duduk di dekat maminya, lalu memeluk Mami.

"Nadia masih sayang sama Juno?" Nadia mengangguk, "sudah, jangan nangis lagi, kalau doakan yang terbaik buat Juno. Kalau dia lolos seleksi kan itu bagus buat dia, jadi prestasi yang baik buat dia. Nadia juga jangan cuma diem, nangis terus-terusan. Kamu juga harus mencari kebahagiaan buat kamu. Lakukan apa yang bisa membuat Nadia merasa lebih baik. Kenapa nggak coba ikut ekskul juga kaya Juno?"

"Hmm... sebenarnya tadi ada yang ngajak Nadia gabung klub mading, tapi Nadia beluk jawab iya. Soalnya masih kesel sama orang yang ngajaknya."

"Nah, kenapa lagi nih?"

"Kemarin Nadia udah cerita belum tentang Kakak kelas yang ambil PR Nadia, Mi? Orang itu ngajak Nadia gabung klub mading."

"Oh ya. Tapi ide dia boleh juga, tuh. Daripada tulisan kamu cuma ada di diary aja. Mami baca tulisan Nadia bagus, kok."

"Mirna juga bilang yang sama. Tapi, apa bener tulisan Nadia bagus? Nadia malu sebenernya, Mi."

"Dicoba saja dulu. Kita nggak tahu apa tulisan kita bagus atau nggak kalau nggak mencoba. Justru dengan dibaca orang lain, Nadia akan terima banyak masukan agar tulisan Nadia jadi semakin bagus. Terus kamu juga bisa melatih keberanian, gimana?"

"Hmm, boleh juga, Mi. Nadia coba dulu aja."

"Iya nanti juga kan kenalan sama teman yang baru, jadi pergaulan kamu nggak cuma sama temen sekelas aja."

Nadia memeluk maminya, "Makasih, ya, Mi. Sekarang Nadia jadi lebih semangat setelah ngobrol sama Mami."

"Juno ikut paskibra untuk mengejar mimpinya. Katanya kamu mau jadi penulis, kenapa nggak ikut klub mading aja, siapa tahu jadi salah satu jalan kamu buat jadi penulis."

"Aaah, Mami, makin sayang deh sama Mami. Makasih banyak Mamiku sayang."

Nadia memutuskan untuk bergabung dengan klub mading. Esok hari di sekolah dia akan mencari Aska untuk bergabung dengan klub mading.

Lanjut bab 7, ygy.

Terima kasih untuk semua yang sudah mendukung dan membaca cerita tentang Nadia dan Aska.

Perplexed (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang