Bab 15 - Pertemuan Terakhir

1 1 0
                                    

Selama satu minggu terakhir sejak Aska pamit pulang karena mendapat kabar kecelakaan tidak ada kabar lain yang didapatkan pihak sekolah, teman sekelas hingga anggota klub mading termasuk Nadia dan Mirna. Tugas ketua sementara diambil alih oleh teman-temannya secara bergantian.

Beberapa kali temannya mendatangi rumah Aska, tetapi tidak ada informasi yang didapatkan dari tetangga. Karena selama satu minggu itu Aska jarang pulang ke rumah. Jika harus pulang biasanya dia akan datang di jam-jam yang tidak biasa.

Tetangga sendiri kebingungan dengan Aska yang belum memberitahukan kondisi ibu dan adiknya. Jika dihubungi melalui ponsel juga tidak bisa, karena ponsel Aska tidak aktif selama satu minggu ini. Jadi untuk sementara ini, belum ada informasi yang cukup tentang Aska, ibu dan adiknya.

Nadia merasa cemas menunggu kabar dari ketua klub mading itu. Setelah menerima kotak nasi serta diary-nya yang dikembalikan, otaknya berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai diary itu. Mengapa Aska menyimpannya selama itu, dan baru dikembalikan saat ulang tahun Nadia. Apa maksud dari itu semua. Tetapi yang lebih penting dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah bagaimana kabar Aska. Apakah dia sehat? Apa dia sudah makan? Gimana kabar ibu dan adiknya? Semua pertanyaan yang terus berulang dipikirannya.

Nadia mendatangi kelas Aska, bertanya pada beberapa teman kelas Aska mengenai kabarnya. Tetapi nihil. Dia menanyakan alamat rumah Aska pada teman satu kelasnya. Nadia berhasil mendapatkan alamat rumah Aska. Dia akan mendatangi rumah itu sepulang sekolah.

Nadia ditemani Mirna saat akan pergi mencari rumah Aska. Setelah keluar kelas, Juno menyapa dan menanyakan tujuan kedua sahabat itu.

"Kami mau mencari rumah Kak Aska, sudah beberapa hari ini dia nggak masuk
Ada kabar katanya ibu dan adiknya mengalami kecelakaan. Kami mau cari info langsung ke tetangganya."

"Ayok aku antar, kebetulan hari ini aku bawa mobil ke sekolah."

"Nad, kita minta tolong Kak Juno aja cari rumah Aska, biar cepet."

Nadia mengangguk. Juno mengajak Nadia dan Mirna ke mobilnya yang diparkir agak jauh dari sekolah, karena siswa tidak boleh mengendarai mobil ke sekolah.

"Kayaknya memang sudah izin Allah aku bawa mobil hari ini. Untuk mengantar kalian berdua ini mencari Aska," ucap Juno setelah mereka semua masuk mobil, dan membenarkan perilakunya yang sebenernya salah.

"Sudah berapa hari Kak Aska nggak sekolah?"

"Sekitar seminggu, sih," jawab Mirna.

"Nadia kok diem aja? Kepikiran Aska, ya?keliatan dari mukanya kalau cemas. Sudah jangan dipikirin, doain aja yang terbaik. Semoga dia baik-baik saja."

"Kak Juno nggak cemburu liat Nadia yang cemas mikirin Aska?" tanya Mirna penasaran.

"Cemburu, sih. Tapi nggak apa-apa. Kan selama janur kuning belum berkibar, masih ada kesempatan buat balikan lagi sama mantan," jawab Juno sambil tertawa kecil.

Nadia tetap diam, dia tidak berminat untuk ikut obrolan antara Juno dan Mirna. Yang ada dalam pikirannya hanya menemukan rumah Aska. Setengah jam kemudian mereka tiba di depan jalan atau lebih mirip gang ke rumah Aska. Nadia dan Mirna turun lebih dahulu, sedangkan Juno mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.

Nadia dan Mirna mengecek nomor rumah di jalan itu untuk mencari rumah Aska. Setelah masuk 200 meter di jalan itu, akhirnya mereka menemukan rumah Aska. Sebuah rumah sederhana yang terasnya berdebu karena ditinggal oleh pemiliknya.

Mereka mengetuk pintu rumah, tetapi tidak ada jawaban. Nadia mengingip rumah Aska melalui kaca jendela. Namun, tidak menemukan siapa pun selain rumah kosong.

Mirna memaksa Nadia untuk pulang, karena di sana mereka tidak bertemu dengan siapa-siapa. Nadia masih ingin menunggu Aska di rumah itu. Tetapi Mirna terus memaksa untuk pulang. Nadia merasa tidak tenang meninggalkan rumah itu meskipun kondisinya kosong.

"Semoga besok ada kabar dari Aska, ya. Sekarang kita pulang aja dulu."

Nadia berjalan pelan, seluruh tubuhnya lemas. Berat kakinya untuk melangkah meninggalkan rumah Aska. Nadia membawa muka cemasnya sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Bahkan di rumah dia terlihat tidak bersemangat untuk makan. Hanya pagi hari Nadia bersemangat, karena dia akan berangkat ke sekolah dan berharap bertemu Aska di sekolah. Walaupun hasilnya nihil.

***

Aska keluar dari ruang guru. Sebelumnya dia sudah berbicara dengan wali kelas, jika dia ingin mengajukan cuti. Dia ingin merawat ibunya sampai sehat kembali. Tetapi wali kelas tidak mengizinkan. Dia hanya boleh izin hanya sampai ibunya bisa mengurus kebutuhannya sendiri di rumah. Namun, Aska bersikeras karena dia juga harus memikirkan nafkah ibu dan adiknya.

Dia ingin mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai keduanya. Uang tabungan sudah banyak terkuras, tidak mungkin dia menghabiskan uang itu karena adiknya juga harus sekolah.

Nadia melihat sosok Aska yang berjalan keluar dari ruang guru karena ada keperluan di sana.

"Kak Aska?"

Aska diam di tempat, Nadia menghampirinya, lalu berdiri di hadapan Aska.

"Bener, kan, Kak Aska."

Aska meraih lengan Nadia. Dia memegang lengan Nadia dan membawanya ke belakang sekolah. Nadia mengikuti langkah Aska. Air matanya menganak sungai di kedua pipinya. Dia merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan. Bahagia karena bisa melihat Aska, dan kesedihan karena melihat kondisi Aska yang lusuh. Hanya ada kesedihan yang terpancar dari wajah Aska.

"Nad, aku mau ngasih tahu kamu sesuatu. Tolong sampaikan pada anggota klub mading, lakukan rapat pergantian ketua, aku udah nggak bisa lagi jadi ketua klub mading. Lalu aku akan cuti selama beberapa waktu, karena harus merawat ibu dan adik di rumah. Terus aku juga harus mencari kerja untuk membiayai kebutuhan kami. Aku nggak tahu kapan akan balik lagi sekolah. Mungkin butuh enam bulan atau satu tahun atau bahkan lebih, aku nggak tahu."

Nadia menatap Aska,"Kakak apa kabar? Apa Kakak baik-baik aja?" hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Nadia.

"Kalau aku bilang aku baik-baik aja, berarti aku bohong. Yah kamu lihat aja kondisiku sekarang kaya gimana. Kamu simpulkan sendiri kabarku gimana."

"Aku minta tolong banget pesanku disampaikan. Aku titip tolong jaga klub mading. Pastikan kalian tetap konsisten dengan jadwal mading, oke?"

"Yang ada dipikiran Kakak cuma mading aja? Kakak nggak pengen tahu kabar aku? Nggak mau ngasih aku penjelasan tentang diaryku, dan hari di mana Kakak tiba-tiba pergi karena Ibu dan adiknya Kakak kecelakaan? Benar-benar tidak penasaran?"

"Aku tahu kamu pasti baik-baik aja, masalah diary itu tidak ada yang perlu dijelaskan. Maaf karena baru dikembalikan. Aku pergi dulu. Jangan pernah berharap ketemu lagi dengan orang kaya aku. Kalo perlu kamu lupakan karena pernah kenal sama aku. Assalamualaikum." Aska berlari meninggalkan Nadia. Dia tidak menoleh sedikit pun. Dia meninggalkan Nadia yang kemudian merasa kosong. Nadia merasa sedih, ingin marah, tetapi dia sendiri bingung menafsirkan bagaimana perasaannya setelah Aska pergi meninggalkannya.

TAMAT.

Purwakarta, 8 Agustus 2022.






Perplexed (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang