08. How does it feel?

49 14 1
                                    

Kemarin, waktu sepulang sekolah, Azwan bohong ke Kaisa kalau dia ada latihan Taekwondo sama Riki. Riki sih manggut-manggut saja karena terpaksa.

Dia nggak tau aja, kalau Azwan ternyata memperalatnya untuk menemani cowok itu memata-matai kakak kelas.

"Wan.. "

"Apa?"

"Gua ada janji sama abahnya Zoa, urgent banget, keburu nama gue ditipex dari jajaran calon mantu— "

"Kayak Zoanya mau sama lo aja."

"Monyet! Gua serius!"

"Yaudah sana pulang! Gua mau nyamperin mereka."

"Oke sipp— loh bentar, heh! mau ngapain!? Azwan!"

DUAGH!

Terlambat, Azwan sudah lebih dulu melayangkan pukulannya di pipi kiri Arshaka.

"WOY! MASALAH LO APA!? BILANG! JANGAN ASAL MAIN PUKUL ORANG!" Justin berang, laki-laki itu menarik kerah Azwan dengan tatapan mengintimidasi. Tapi Azwan sama sekali tak terpengaruh, dia balik menatap Arshaka yang berusaha berdiri setelah sempat terdorong menghantam meja.

"Kalian lihat apa?! Tinggalin kita berdua!" Perintah Arshaka mutlak. Seisi kelas yang tadinya penasaran langsung bubar dengan sendirinya. Termasuk Justin dan Julian yang meninggalkan keduanya dengan ragu.

"Lo mestinya bersyukur, karena gue lagi nggak minat berantem. Tapi kalau lo cari masalah sekali lagi, gue pastiin lo gak bisa masuk sekolah sebulan penuh!"

"Saya nggak peduli. Saya juga nggak mau banyak basa-basi." Azwan meletakkan paper bag berukuran kecil yang entah apa isinya di atas meja. Tampilannya lusuh, karena habis diambil dari tempat sampah.

"Itu— "

"Ucapan maaf dari Kaisa, yang kakak buang tadi pagi. Kalau kakak nggak bisa menghargai pemberian orang lain, seenggaknya lihat niat baik dari orang itu."

" ... "

"Dan Kaisa bukan cewek aneh seperti yang kakak pikir. Dia cuma sedikit lebih istimewa dari yang lain. Cara berpikirnya memang mirip kayak anak kecil dan susah buat kakak mengerti, tapi dia anak baik. Jadi tolong, biarin Kaisa hidup dengan tenang. Dia udah sering ditindas sejak kecil. Kalau kakak masih gangguin dia lagi, saya beneran nggak akan tinggal diam."

Arsha kira, Azwan cuma membual untuk menyelamatkan temannya. Tapi Arsha sama sekali nggak melihat kebohongan dari tatapan Azwan.

Cowok itu jadi berdebat dengan pikirannya sendiri.

Kalau Kaisa memang anak istimewa seperti yang dibilang Azwan,

Apa dia baru saja menindas orang yang salah?






-----oOo-------







"Abeelvan 7A? Kok teteh bisa nyimpen buku SMP nya kak Abel?! Mana ada lope-lopenya lagi, teh Ria suka ya sama kak Abel?!"

Ria langsung gelagapan. Kaisa nih diem-diem rese juga, bisa-bisanya dia nemuin buku yang nyempil nyaris nggak kelihatan di rak.

"Enak aja, enggak ya!" Ria mengalihkan pandangannya ke segala arah, dan melanjutkan perkataannya dalam hati.

Kalau dulu sih iya soalnya teteh masih bego. Sekarang mah, lebih suka yang bau duit kayak papamu!

"Terus, kok ada gambar lope disini??"

"Kakakmu kan narsis, dia sendiri yang gambar lope di bukunya."

"Affh iyh??"

"Yeuu ni bocah, gak percayaan amat. Mana sini biar teteh balikin nanti. Katanya mau nonton film?"

All About Naratama'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang