11. Suka Beneran

51 12 1
                                    

Azwan lagi benerin pita sepatunya Kaisa waktu Arshaka (sengaja) lewat di koridor kelas sepuluh keesokan paginya.

Kalau diliat dari POV Kaisa sih, Azwan ini lebih terlihat seperti babu yang setia pada majikannya. Azwannya juga biasa aja, kaya lagi bantuin bocah SD yang kalau pakai sepatu kudu dibenerin dulu sama mamanya.

Tapi lain lagi kalau dari POV Arshaka.

Sepasang adek kelas yang ada di hadapannya ini, kayak lagi reka ulang adegan drama Korea. Azwan yang jadi Song Joongki, Kaisa yang jadi Song Hye-kyo, sedangkan dirinya cuma satu diantara sekian banyaknya butiran debu yang berada di situ.

Alias tak kasat mata, gaada wujudnya. Membuat dadanya seketika sesak mendadak, sebelah kepalanya migrain, dan kayaknya bentar lagi ambruk karena kekurangan oksigen.

Nggak-nggak, ini terlalu lebay.

Lagian, tuh cowok kan masih denial ya. Arsha nih masih nggak mau ngakuin kalau dia mulai kecantol peletnya anak gadis Bapak Januarta yang konon katanya paling cantik se-Solo Raya.

Makanya, Arsha berusaha untuk tetap terlihat cool dan gawl ketika melewati dua insan muda-mudi tersebut. Meski jiwa dan raganya meronta-ronta ingin ngacak-ngacak satu sekolahan detik itu juga.

"Ekhm!"

Keduanya kemudian menoleh tanpa minat. Hanya untuk mendapati Arshaka yang berdiri dengan sebuah kardus berisi barang-barang tak terpakai di tangannya, sama seperti yang dibawa Kaisa. Karena agaknya hari ini SMA Harapan Bangsa serentak mengadakan acara bersih-bersih kelas dalam rangka menyambut HUT Sekolah.

"Minggir dong, ngalangin jalan aja." Sindir cowok itu.

"Bacot banget, kaya nggak ada jalan lain aja." Jawab Azwan nyolot.

"WAHH TUH MULUT BELOM PERNAH DITABOK YA— " Belum sempat Arsha menyelesaikan perkataannya, Kaisa sudah lebih dulu berdiri diantara keduanya dengan kedua tangan yang direntangkan secara dramatis.

"SETOPP! Kalian nih, ribut mulu. Kaisa pusing ya dengerin kalian ribut. Dah-dah minggir!"

"Kaisa— "

"Azwan! Lo disuruh ke Ruang Guru tuh sama Pak Bobby!"

Azwan batal mengangkat kardus berisi hiasan kelas yang sudah tak terpakai di tangan Kaisa setelah Riki memanggil namanya dengan lantang dari ujung sana.

Maka dengan berat hati, cowok itu meninggalkan Kaisa dengan Arshaka yang mengejeknya dengan muka paling menyebalkan yang berhasil membuatnya mengumpat berkali-kali dalam hati.

Arsha sendiri sih, merasa puas ya. Dia jadi punya kesempatan buat modusin Kaisa. Tapi Kaisa kelihatannya nggak peduli-peduli amat dan lanjut jalan membawa kardus itu menuju gudang.

"Ka-i-sa-ra?" Eja Arsha dengan dahi berkerut. "Lukisannya bagus banget, kenapa dibuang?" Heran cowok itu.

"Jelek."

"Bagus kok."

"KALAU KATAKU JELEK YA JELEK!"

"O-oke.. "

Meski sempat kebingungan karena cewek itu tiba-tiba berubah menjadi sensitif, Arshaka akhirnya mencoba untuk mengalah dan memahami Kaisa dalam keheningan.

Nggak pembicaraan diantara mereka lagi setelahnya, hingga keduanya sampai di dalam gudang dan Kaisa memilih untuk kembali memulai perdebatan.

"Jangan ikutin Kaisa lagi, bisa?"

"Pede banget? Siapa juga yang ngikutin kamu?"

"Tolong ya, kalau kakak begini cuma buat gangguin Kaisa, mending berhenti. Nggak bakal Kaisa ladenin, dan kakak harus tau kalau masnya Kaisa itu galak. Kalau Kaisa ngadu sama Mas Kaivan soal apa yang kakak lakuin kemarin, Kaisa nggak mau tanggung jawab kalau muka kakak yang agak ganteng itu berubah jadi dakochan!— "

All About Naratama'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang