CHAPTER 8

922 130 30
                                    

Xiao Zhan bangun saat dia merasakan sesuatu mengguncang tubuhnya.

"Hei, Ayo Bangun! Apa kau akan tidur hingga siang hari?" Suara Yibo membuat Xiao Zhan menarik selimut dan membalikkan tubuhnya.

"Kau ini menggangguku saja. Sekarang memang sudah jam berapa?" timpal Zhan tanpa membuka kedua matanya.

"Lihatlah sendiri! Matahari sudah hampir di atas kepalamu. Apa kau tidak ingin menghadiri penutupan prompt night?"

"Apa?! Bagaimana bisa aku tertidur hingga siang hari begini? Kau memberikanku obat tidur, ya? Atau ... kau melakukan sesuatu padaku saat tidur? Ayo mengaku saja!"

Yibo menyentil kening Xiao Zhan, menyadarkan pemuda itu dari tidur panjangnya. "Kau mabuk."

"Kau yang membuatku mabuk!" Xiao Zhan mendelik tajam pada pemuda yang kini tengah membawa mangkuk dan mug yang memiliki aroma khas susu coklat di kedua tangannya, kemudian dia mengambil mug itu dan menegaknya dengan sekali tegukan.

"Susunya enak, terima kasih." Xiao Zhan berdiri dan hendak melewati Yibo begitu saja namun lengannya tertahan.

"Ini tidak cuma-cuma, loh!" Yibo duduk di sofa tempat Xiao Zhan tertidur baru saja dan meletakkan mangkuk berisi sereal di samping meja sudut.

"Aish, masukkan ke hutangku kalau begitu! Nanti akan kubayar sekalian," ujar Xiao Zhan sambil memicingkan mata.

"Tentu saja. Satu lagi, mandi dan pakailah bajumu yag paling bagus. Aku akan mengantarmu ke restoran temanku."

"Benarkah? Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mandi dan berpakaian yang paling rapi." Xiao Zhan segera masuk ke kamar mandi, tetapi baru saja dia menutup pintu, Zhan keluar lagi dan menghampiri Yibo yang tengah mengeluarkan ponselnya.

"Aku akan menjadi juru masak alias seorang chef, 'kan?" tanya Xiao Zhan antusias.

Selain menjadi pelukis, cita-cita Zhan sejak dulu adalah bekerja sebagai seorang chef. Baginya, memberikan kebahagiaan pada orang lain bisa dengan berbagai media, salah satunya dengan masakan yang enak dan bisa membuat orang lain senang.

"Astaga! Kau membuatku kaget saja. Iya, kau akan menjadi seorang chef, oke?"

"Baiklah kalau begitu, aku tidak jadi marah padamu." Xiao Zhan tersenyum dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Yibo merebahkan tubuh pada kursi panjang itu. Maniknya menatap pada langit-langit ruangan sambil mengingat kejadian tadi malam.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Yibo segera melihat layar yang memperlihatkan nama seseorang di sana.

"Halo?"

" ... "

"Aku baik-baik saja, Bu. Aku akan kembali ke rumah jika ada waktu. Ibu tidak usah mencariku. Aku tetap pergi ke kampus dan belajar dengan benar jadi jangan khawatir, oke?"

" ... "

"Baiklah aku akan pulang untuk menyambut ayah. Aku mencintaimu juga." Yibo menutup sambungan jarak jauh itu dengan raut wajah yang tampak khawatir.

"Aku harus segera menemui Xiao Wen." Yibo segera mengirim pesan pada sepupunya lalu bersiap mengambil helmnya.

"Zhan, aku keluar dulu membeli makanan. Aku akan kembali dalam 30 menit, jadi bersiaplah." Yibo berteriak sambil mengetuk pintu kamar mandi.

"Baiklah! Jangan lama-lama," jawab Xiao Zhan dari dalam sana.



__***__




Tak!




Suara gelas yang beradu dengan alasnya memecah kesunyian di antara dua pemuda yang tengah duduk berhadapan.

Love is MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang