CHAPTER 7

850 133 49
                                    

Xiao Zhan bangun dengan kepala yang masih berputar-putar. Matanya menelisik ke setiap sudut ruangan yang tampak asing.

"Di mana ini?" ujar Zhan sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Bau obat bius pun masih tercium di hidungnya.

"Kau sudah bangun?" Seseorang masuk dan membuat Zhan menoleh sambil memicingkan kedua matanya demi mengingat siapa lelaki dengan tubuh kekar yang kini berjalan mendekatinya.

"Apa aku mengenalmu?" tanya Xiao Zhan bingung.

"Kurasa tidak, tapi ada baiknya kita berkenalan. Lagi pula, kau tampak cantik dengan pakaian itu." Lelaki itu berusaha menyentuh paha mulus Zhan namun segera ditepis dengan cepat.

"Hei! Dasar homo! Apa kau tidak lihat aku ini memiliki batang? Minggir atau aku patahkan seluruh rahangmu," ancam Xiao Zhan yang langsung berdiri dengan aba-aba yang siap melayangkan pukulan kapan pun.

Lelaki itu tersenyum. "Kau ini berani juga, ya?"

Xiao Zhan tak membiarkan lelaki itu berbicara omong kosong lebih banyak lagi, dia segera meninju pipinya hingga lelaki itu tersungkur.

"Tuan Joong Ki!" Terdengar suara dua orang lelaki yang datang mendekat saat melihat orang yang bernama Joong Ki itu tersungkur.

"Sial! Aku harus kabur!" Xiao Zhan segera mengambil ancang-ancang untuk menubruk kedua orang itu. Pandangannya membayangkan seolah dia sedang bermain rugby dan mencari celah untuk menemukan gawang.

Dia lalu berteriak dengan lantang dan menubruk keduanya dengan sandal kayu tradisionalnya yang terlepas.

"Aish, persetan dengan itu!" rutuk Xiao Zhan yang segera berlari menghindari mereka semua.

Zhan berlari dengan pakaian wanitanya yang sudah tak lagi rapi dengan rambut yang sudah acak-acakan. Kepalanya menengok ke kiri dan kanan berusaha mencari tahu di mana kini dia berada.

"Aku harus cepat kembali ke kampus. Semua orang pasti menungguku." Xiao Zhan bergumam sambil menunduk lesu. Selain merasa lelah, otaknya juga terasa gila jika mengingat tahun terakhirnya kali ini dia harus benar-benar bisa lulus.

Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mendapatkan biaya keringanan kuliahnya. Jika tidak, tentu saja Zhan harus kembali mengeluarkan uang yang banyak.

Zhan berjalan dengan wajah yang lesu, mengingat bahwa dia harus mengeluarkan uang untuk biaya semester nanti, membuat kepalanya berdenyut nyeri. Dia harus segera mencari kerja sambilan lagi.

Langkahnya mulai lunglai namun tubuh Zhan membeku saat sebuah tarikan di lengan membuat tubuhnya memutar dan mendarat pada dada bidang seseorang.

Sesaat Zhan terdiam dengan keterkejutan yang tampak nyata. Aroma parfum yang menenangkan itu begitu dia kenal.

"Apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja? Di mana yang luka?" Yibo meraba setiap inchi tubuh Zhan, memastikan tak ada luka serius di sana.

Namun Zhan memicingkan matanya bingung. Sejak kapan Yibo peduli padanya?

"Mereka tidak memperkosamu, 'kan?"

"Yak! Kau gila! Bagaimana bisa aku membiarkan tubuhku diperkosa, hah?" sembur Zhan sambil melepaskan diri dari Yibo.

"Syukurlah kalau begitu." Yibo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Baru saja dia melakukan hal bodoh dengan terlalu mengkhawatirkan Zhan hingga tanpa sadar telah memeluknya.

"Minggir! Aku mau kembali ke kampus. Pemilihan pasti masih berlangsung, 'kan?"

"Pemilihan sudah berakhir." Jawaban Yibo membuat Xiao Zhan tertegun.

Love is MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang