Street Food And Blue Sea

116 33 3
                                    

[ Part_07]

*****

"Mau makan apa?" tanya Galvi sesekali melihat ke arah kaca spion motor, yang mengarah ke arah Jia.

Hari ini mereka sepakat buat jalan bareng. Jia ngelingkarin tanganya di perut rata Galvi, yang sangat pas di tangannya. Dagunya ia sandaran di bahu kanan Galvi yang kokoh, dan tegap.

"Terserah."

"Sate?"

"Gak mau."

"Tuh, 'kan. Gue paling gak ngerti sama kamus cewek. Di tanya ini itu jawabnya terserah, pas udah di tawarin gak mau. Mau nya apa mazsehh?" protes Galvi dengan nada mendumel.

Jia tertawa kecil melihat ekspresi yang Galvi buat. Sama persis sepertinya. Kemudian kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri melihat pedagang pinggiran yang berjejer, dan aroma harum yang masuk ke indra penciumannya saat melewati beberapa pedagang. Terlihat sangat ramai dan macet. Itu adalah gambaran malam ini.

Retinanya tak sengaja melihat pedagang nasi goreng, bubur dan mie ayam, dalam satu gerobak, di depan sana. Juga bertuliskan beli nasi goreng sama mie ayam 2, gratis notebook.

"Street food," ucap Jia sambil menepuk punggung Galvi, dan menunjuk gerobak nasi goreng dan mie ayam.

"Street food? Makanan apa?" kening Galvi mengerut.

"Lo gak tau, street food? Itu makanan pinggiran. Kudet sih lu," seloroh Jia mengetuk helm Galvi.

"Sakit, Jia! Ya, sorry. Gue mana tau. Gue, 'kan sering makan di rumah, atau di cafe," balas Galvi.

Jia cuman ngangguk - ngangguk, sambil memberi intruksi Galvi buat parkir di depan gerobak sana. Galvi cuma anggukin kepala. Setelah motornya sudah di parkirkan dan merasa sudah di kunci stang. Jia dan Galvi duduk di salah satu meja kosong.

"Mau pesen apa, mas sama mbak nya?" tanya penjual ke mereka.

"Bang. Itu bener beli nasi goreng 2 sama mie ayam 2, gratis notebook?" tanya Jia.

"Bener, neng."

"Ya udah. Pesen masing-masing 3 yah, tambahin satu bubur." ucap Galvi mulai memesan.

"Banyak banget. Buat siapa?"

"Nasi goreng, sama mie ayam buat Arga sama Ayah lo. Nasi goreng buat gue, bubur sama mie ayam buat lo. Gue tau lo masih gak punya uang,"

"Baik banget, sih pacar gue." Jia mencubit-cubit kedua pipi Galvi dengan gemas.

"Tinggal makanan aja, ngakuin gue." decak Galvi.

"Pedes gak bang?" tanya penjual yang di arahkan untuk Galvi.

"Mana saya tau. 'Kan belum nyipin,"

"Ma - maksud saya, masnya suka pedes apa enggak?" tanya penjual mengoreksi ucapannya sendiri.

"Yang jelas dong, bang. Gak pedes."

"Oke."

Jia tertawa menanggapi ucapan Galvi tadi. Bisa - bisanya cowok itu becanda di saat perutnya sudah keroncongan minta di isi. Sedangkan Galvi cuman senyum dengan box smile nya. Gemes. Pengen gigit pipinya.

"Neng. Buburnya pake kacang?"

"Pake."

"Di kasih ayam?"

29 Day's With My Twins (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang