2. tantangan?

1.8K 134 1
                                    

-bXb area
-homophobic harap menjauh
-fake situation
-murni hasil pikiran sendiri(jika ada alur yang sama dalam penulisan dengan cerita lain akan saya cantumkan judul dan penulis terkait)
-jangan lupa vote💚
--------------------------------------------------

Prankk!
Jaemin terbangun setelah mendengar suara pecahan kaca yang terjatuh, ia segera berlari ke arah asal suara dan pandangannya tertuju pada tangan jisung yang mengeluarkan darah.

"Jie astaga tangan kamu, ayo berdiri dan duduk dulu papa akan mengambil obat untuk lukamu" ia segera berlari ke arah laci dekat TV yang dimana biasa ia menyimpan semua obat disana, setelah mendapat obat untuk luka jisung, jaemin kembali dan mulai membersihkan tangan jisung lalu mengobatinya dengan hati-hati.

"Apa yang kamu lakukan jie? Lihat tanganmu berdarah seperti ini, apa sakit?" jaemin mengangkat kepala dan menatap jisung, sementara yang di tatap hanya diam dan tidak mengeluarkan satu katapun.

Jaemin kembali melihat tangan jisung yang terluka dan mengelus tangan yang baru saja ia obati, iya tidak bisa melihat anaknya terluka sekecil apapun luka itu.

"Kau lapar? Papa akan memanaskan makanan tadi malam tunggu disini papa bereskan dulu pecahan ini, jangan turun dari kursi mu kau tidak memakai alas kaki nanti kakimu terluka" jaemin segera mengambil kantong dan mulai mengangkat pecahan kaca.

setelah memastikan tidak ada pecahan kecil di lantai jaemin kembali mengeluarkan makanan yang semalam iya masak.

Sementara jisung? Dia terlalu lelah untuk bicara dan hanya melihat aktivitas yang jaemin lakukan.

"apa semalam kau pulang larut sayang? Kau seperti sangat lelah" jaemin mencoba mengobrol dengan jisung, walaupun dia tau jisung tidak akan menanggapi ucapannya.

Ia segera menyiapkan makanan di meja makan dan menambah nasi untuk jisung tidak butuh waktu lama jaemin mengambil nasi dan membiarkan jisung yang memilih lauknya sendiri. Jaemin masih setia duduk bersama jisung di meja makan karna jaemin tau jisung benci makan sendiri

Drett~

"Haechan"

Nama yang tertera di layar hp jaemin

"Papa angkat telfon dulu habiskan makananmu" setelah mengatakan itu jaemin bergegas menjauh dari meja makan dan mengangkat telfon haechan

"Na dimana? "

"Aku dirumah can ada apa? Kau seperti habis melihat setan"

"Ya aku baru melihat setan, dan setannya adalah suamimu"

"Kenapa?"

"Dia masih berhubungan dengan karin?"

"Emm, kau bisa lihat sendiri"
"Apa kau melihat mereka?"

"Hmmm kau tau jawabanku"  

"Na sampai kapan? Kau tau dia sudah keterlaluan"

"Can tak apa aku masih bisa menanggungnya, kau tau kan 20 tahun aku bersama jeno tidak mungkin hanya karna ini kami berpisah"

"Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu na, menyiksa dirimu hanya untuk pertahanankan orang yang terus menyakitimu? Dimana otakmu na?"

"Canieee~"

Haechan memutuskan panggilan secara sepihak membuat jaemin hanya bisa menghela nafas panjang, ya haechan sekarang pasti marah padanya.

iya tau haechan benci ketika jeno terus menyakitinya.

"Jangan menungguku, aku tidak akan pulang" jaemin membalikan badan dan melihat jisung yang sudah rapi

"Kemana jisung akan pergi?" batin jaemin
Tanpa menunggu jawaban dari jaemin jisung segera bergegas mengambil kunci motor dan akan pergi sebelum suara jaemin kembali terdengar.

"Jie apa bisa malam ini kau tetap dirumah? Hanya sekali saja untuk malam ini" tapi nihil jisung tetap pergi dan meninggalkan jaemin sendiri, dan jaemin? Dia hanya bisa menatap punggung jisung yang menjauh.
.




.



.




.





.

Sementara ditempat lain, jeno sedang memikirkan jaemin.
entah kenapa malam itu ia merindukan sosok yang menemaninya selama ini, bahkan sosok itu tidak pernah berfikir meninggalkan nya sedikitpun.

"Aku merindukanmu na" batin jeno

Cup~
Satu kecupan di bibir jeno mampu membuatnya tersadar dan sekarang di depannya, lebih tepatnya pangkuannya sudah ada karina
Wanita yang masuk dalam kehidupan jeno 2 tahun lalu.

"Sedang memikirkan apa?" Wanita itu mengelus dada bidang jeno dan menatap lekat mata jeno.

"Tidak hanya memikirkan masalah kantor" entah kenapa setiap jeno dekat dengan karina dia tidak pernah mendapatkan debaran di dadanya, beda ketika dia bersama jaemin.

"Mau melakukannya sekarang?" tanpa menunggu jawab jeno, karina menarik jeno dan mereka menghabiskan siang panas mereka.






Berbeda dengan jisung, lelaki dengan perawakan terbilang sempurna itu berada di rumah sahabatnya.

"Tanding gak nih?" seseorang menepuk pundak jisung

"Hm siapa lawannya malam ini doy?" Doyoung sahabat jisung sejak SD dan sampai sekarang mereka terus menjadi sahabat.

"Brian, dia gak minta apa-apa tapi katanya kalo dia menang dia mau satu permintaan yang lo harus turutin" jisung kira brian akan meminta jabatan jisung sebagai ketua geng motor, itu tidak sulit bukan?

"Tempat biasa?"jisung sibuk dengan handphone nya

"Lo yakin jie nerima balapan kali ini?"

"Lu raguin gue?" bukan menjawab pertanyaan Doyoung, jisung malah balik bertanya pada lelaki yang memiliki mata bulat itu.

"Bukan, tapi lo taukan dia licik dan gak pasti juga hal yang nanti dia minta mungkin akan jadi boomerang untuk lo" mendengar itu jisung menghentikan aktivitas nya.

Namun setelahnya ia mengambil bantal, menutup handphone nya dan langsung tidur. Doyoung tau sahabat nya ini banyak masalah 2 tahun terakhir namun ia memilih memendam semuanya sendiri, dalam hati Doyoung hanya bisa berdoa semoga keputusan jisung tidak akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.




















Hay i'm back oh ya mungkin beberapa hari ke depan gw bakal sering up karna emang udah ada di draf, jangan lupa vote jinggu jinggu ku sayang lope lope buat kalian💚💚💚

papa [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang