Panasnya Surabaya begitu luar biasa, rasa panas yang dapat dirasa sampai ke tulang-tulangnya. Kota ini selalu menjadi kota kesayangan Yefta Liana karena banyak pusat perbelanjaan yang dapat dikunjunginya. Banyak taman-taman yang memanjakan mata, tempat idaman sebagai bagian dari perjalanan liburannya. Namun, dia harus melupakan sejenak kesanangannya mengingat dia memilih kota ini sebagai tempat untuk menempuh kuliah.
Jurusan yang dipilih gadis itu bukanlah jurusan yang diimpikannya. Hanya ada satu jurusan yang diharapkannya setengah mati sedari gadis itu masih kanak-kanak, yaitu jurusan kedokteran. Yefta mengerti, bukan hanya dia yang mengalami hal ini. Pasti ada anak-anak lain yang tidak bisa mewujudkan impiannya, karena tidak semua hal yang diinginkan itu baik. Tidak semua apa yang direncanakan oleh manusia sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun, rasanya begitu sakit karena Yefta begitu menginginkan jurusan itu.
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi atau disebut juga SBMPTN menjadi momok terbesar bagi Yefta saat itu. Gadis itu sudah takut duluan karena dia tidak lagi bersaing dengan teman satu kelasnya, melainkan semua anak kelas 12 SMA di seluruh Indonesia.
Tidak, tidak hanya anak kelas 12 SMA, melainkan kakak kelas yang sudah lulus dari sekolah, tetapi belum diterima di Perguruan Tinggi yang diinginkan atau jurusan yang mereka inginkan. Rasa takut itu menguasai Yefta, membuatnya minder dan ogah-ogahan dalam belajar mempersiapkan diri mengikuti tes itu.
Hati Yefta masih diliputi kesedihan karena tidak lolos dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Padahal Yefta sudah menolak beberapa surat jalur undangan yang ditujukan padanya dari Universitas Swasta. Gadis itu masih belum memikirkan pilihan kedua, di benaknya hanya satu tujuan yang diinginkannya yaitu jurusan kedokteran di Universitas Negeri ternama di kota Malang.
Hari itu, Yefta yang masih duduk di bangku kelas 12 SMA tengah duduk di dalam kelas memegang dua surat dengan tatapan kosong.
"Hei, Yef. Lagi mikirin apa?" tanya Olin sembari duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Yefta.
"Eh, Olin. Ini," ujarnya sembari mengangkat dua surat yang ada dalam genggamannya.
"Surat apa?"
Yefta tersenyum tipis, dia tahu beberapa orang di kelasnya juga mendapatkan surat undangan dari Universitas swasta. Teman-temannya begitu pandai, mereka orang-orang hebat dan rajin belajar. Namun, hanya sebagian kecil yang ingin mencoba mengikuti SBMPTN ini, sebagian besar yang lain sudah menentukan ingin mengikuti Universitas Swasta pilihan hati mereka. Ada pula yang sudah pasti akan kuliah di luar negeri, termasuk Olin.
"Surat undangan dari Universitas swasta, nih. Tapi, bukan ini yang aku impikan. Dari kecil aku ingin jadi dokter. Yah, aku tahu ini impian semua anak pada umumnya."
"Bener, sih."
"Setiap melewati jalan menuju pusat perbelanjaan di Malang, aku selalu menatap Universitas impianku. Aku ingin diterima di jurusan kedokteran di Universitas itu. Tapi, apa aku bisa?"
"Kenapa kamu ragu, Yefta?"
"Aku ditolak SNMPTN. Aku takut ditolak di SBMPTN, Olin. Sementara yang ada di dalam pikiranku, aku hanya mau Universitas itu dan hanya jurusan kedokteran. Tidak ada yang lain. Duniaku bisa hancur jika itu terjadi."
"Kamu tidak memikirkan rencana kedua seandainya hal itu terjadi?"
Wajah Yefta semakin bermuram duja mendengarnya, tatapannya sendu.
"Jangan ngomong gitu, dong, Olin."
"Iya, maaf ya. Kurasa kamu harus memikirkan pilihan kedua, Yefta. Tidak semuanya harus mengikuti jalan yang sama, tidak semua anak harus masuk Universitas Negeri. Masih banyak ikan di laut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secuil Drama Perjodohan dengan Calon Kakek dari Cucuku (SDPdCKdC)-TAMAT
Romansa"Siapa yang milih kamu?" Pertanyaan yang sulit dilupakan Yefta Liana. Hidup dalam kepahitan dan menyimpan amarah membuat hidupnya jauh lebih berat. Dia kira diam adalah emas, ternyata tidak selamanya hal itu benar. Hati yang dipenuhi amarah membuatn...