"Permisi, Pak. Ini vanilla latte nya," ujar Naya ramah seraya menyimpan satu gelas minuman tersebut tepat di depan pria yang kini masih fokus dengan ponselnya.
"Thanks," balas pria itu.
"Sama-sama." Naya tersenyum lalu menatap wajah pria yang ada di sampingnya itu. Seketika kedua bola matanya membelalak lebar.
"Adrian?" gumam Naya dan itu berhasil Adrian dengar. Karena jarak antara Naya dan Adrian sekarang hanya beberapa senti saja.
Adrian menoleh untuk melihat siapa gadis yang ada di sampingnya itu. Jika Naya terkejut, maka berbanding balik dengan Adrian yang tersenyum senang. Sudah satu Minggu sejak dia kembali ke Indonesia, dia mencari keberadaan Naya tapi tidak ia temukan. Adrian juga mencari Naya ke rumahnya yang dulu, tapi tanah itu sudah di bangun menjadi sebuah perumahan.
"Nay," Adrian bangkit dari duduknya, ponselnya pun dia simpan begitu saja di atas meja.
"Akhirnya kita ketemu di sini." Adrian berusaha menggapai tangan Naya yang tengah memegang nampan. Namun, Naya menepisnya.
"Maaf saya harus kembali bekerja," Naya berbalik untuk meninggalkan Adrian. Tapi tiba-tiba Adrian menarik sikutnya yang sedang memar hingga membuat Naya meringis kesakitan.
"Aw, sakit."
Adrian langsung melepaskan tarikan tangannya. Sementara Naya langsung memegang sikutnya itu.
"Kamu kenapa, Nay?" tanya Adrian khawatir.
"Gak papa," jawab Naya singkat dan terkesan dingin.
"Sini saya lihat," Adrian ingin kembali meraih tangan Naya. Namun, Naya kembali menghindar untuk Adrian sentuh.
"Saya gak papa!" tegas Naya.
Sungguh, sebenarnya Naya sangat merindukan Adrian. Dia ingin memeluknya dan melimpahkan segala kerinduannya kepada Adrian yang beberapa tahun ini menghilang. Sejak memutuskan untuk menyelesaikan hubungan, Adrian pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Sementara Naya, dia menderita di tanah air. Bagaimana tidak, tanpa adanya masalah Adrian memutuskan hubungan secara sepihak.
"Nay, aku mau kita putus."
"Kenapa putus? Aku salah apa Adrian?"
"Salahnya, aku tidak mencintaimu lagi."
Kalimat itu sudah tidak asing lagi di dengar. Banyak orang yang memutuskan hubungan hanya karena sudah tidak mencintai lagi. Tapi, bukankah seseorang masih punya rasa sayang? Sejatinya rasa sayang lah yang bersifat abadi. Banyak orang yang sudah berumah tangga dan tidak saling mencintai tapi mereka masih tetap bersama. Karena dalam diri mereka mereka masih ada sayang.
"Saya permisi." Naya pergi meninggalkan Adrian yang memanggilnya beberapa kali, sebelum akhirnya ada orang dengan pakaian rapih menghampirinya.
Naya masuk ke dapur cafe lalu menangis di sana. Bukan Naya tak rindu hanya saja dia masih sakit hati dengan Adrian. Bertahun-tahun berusaha untuk menyembuhkan luka itu. Namun, tetap saja masih membekas. Jika Naya diberi dua pilihan antara menyakiti fisik atau hati, Naya memilih untuk menyakiti fisiknya. Karena luka fisik masih bisa di sembuhkan tapi luka hati? Tidak bisa, kalaupun bisa maka prosesnya itu sangatlah lama.
"Lho Nay, lo kenapa?" tanya Yanti yang baru saja keluar dari toilet.
Naya segera menyeka air matanya. "Gue gak papa."
"Terus kenapa nangis?"
"Gue cuma lagi inget orang tua aja," alibinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan? [On Going]
Teen FictionSetelah sekian lama sebuah kisah cinta Nayana dan Adrian selesai. Kini, Adrian kembali untuk memulai kembali kisah mereka. Akankah mereka bisa seperti dulu lagi? Apakah Naya akan kembali menerima Adrian setelah dia menyakitinya dengan kepergian? Ik...