1

45 4 0
                                    

"Akhirnya aku sudah resmi menjadi orang miskin, buat apa banyak uang tapi di introgasi dan dicurigai banyak orang". Ucap seorang pemuda yang baru saja keluar dari kantor desa dengan tujuan meminta surat miskin.

"Aneh - aneh saja pemikiran pemuda tadi, mana ada orang yang ingin merasakan susah apalagi di jaman sekarang ". Kata petugas desa.

"Apakah otaknya tidak berfungsi dengan baik?". Tanya petugas yang menghampiri untuk mengambil laporan tersebut yang akan diserahkan ke pihak pusat.

Kedua petugas tersebut hanya menggelengkan kepala sembari melihat kepergian pemuda itu yang semakin jauh meninggalkan kantor desa.

Setelah beres mengurus surat - surat di kantor desa, ia kembali ke rumahnya duduk dikursi menatap tumpukan uang yang menumpuk di meja dengan tatapan kosong. Dengan pikiran yang bergelut di kepalanya, ia memikirkan harus dibuang kemana uang yang selama ini ia dapatkan dari hasil content creator, sebutan yang selama ini ia dapatkan.

"Mungkin kemiskinan memang salah satu hal menyenangkan untuk saya coba". Sembari sibuk membereskan mie dan bumbu setan perusak lambung.

Perutnya sudah kebal dan tidak merasa aneh diberi makanan - makanan seperti itu, maka tidak perlu terlalu dipikirkan. Setelah itu ia juga membereskan alat - alat lainnya untuk barter kembali dengan uang esok hari.

Prustasi mendengar ocehan dari mulut ke mulut menganai dirinya. Maklumlah dengan orang-orang yang tidak tahu di jaman modern ini. Berada di lingkungan orang-orang berumur memang harus menambah kesan sabar dan memakluminya.

"Mending sepagi ini sudah keluar dari kandang". Sindir yang didapat Adit dari seorang wanita tua yang sedang sibuk dengan pakaian basahnya. Membalas dengan senyum mungkin sedikit lebih sopan daripada omongan tadi.

"Melihatnya saja sudah merasa repot dengan tas dan jinjingan yang terlihat penuh". Ucap nenek tadi.

"Mungkin hasil jaga lilin semalam". Jawab kakek-kakek yang sibuk mengurus ayam jantannya.

Barter dengan uang kembali meski tidak sama dengan jumlah awalnya, dan masih dibuat bingung karena uangnya pun terus bertambah.

Kebayakan orang merasa galau ketika ada permasalahan dengan pasangannya. Tapi lain lagi dengan Adit yang masih galau karena terlalu banyak uang.

Terlihat nenek - nenek dari kejauhan dengan kayu bakar di gendongannya, kemudian Adit mengambil plastik hitam yang terinjak kakinya. Sebelum nenek itu mendekat, ia memasukkan sebagian uangnya ke dalam plastik tersebut.

"Nek, ini ada sedikit rezeki tolong dibawa ya nek maaf plastiknya sedikit kotor". Ucap Adit sembari memberikan plastiknya kepada si nenek.

"Makasih nak, semoga rezekinya makin bertambah". Kata nenek tersebut, kemudian nenek itu pergi melanjutkan perjalanannya.

" sama-sama nek, tak usah berdo'a seperti itu nek saya capek memikirkan cara menghabiskan uang ini". Ucap Adit setelah nenek itu pergi jauh dan menatap uang yang masih banyak tersisa dalam tasnya.

Seperti tak ada perubahan meski sebagian uang telah ia sumbangkan dan masih saja menumpuk. Sibuk dengan pikirannya sampai lupa cacing di perutnya belum ia kasih jatah. Kemudian Adit pergi ke rumah makan untuk membeli makan.

"Permisi bu saya mau beli ikan asin sama nasinya". Ucap Adit pada ibu-ibu di rumah makan tersebut.

Karena ia sudah resmi menjadi orang miskin, maka sedikit demi sedikit ia akan belajar mengubah kebiasaan dan penggunaan hasil dari content creatornya. Sedikit tertarik dengan keterampilan ibu tersebut membungkus nasinya, hingga terpikir apakah ia bisa menjadi pegawai disini untuk membungkus nasi?. Karena jari - jarinya yang sudah handal memainkan keyboard dan alat lainnya, mungkin ia juga bisa mencobanya.

"Ini nak semuanya jadi tujuh ribu". Ucap si ibu sembari memberikan pesanannya.

" Makasih bu ini uangnya". Jawab Adit kemudian ia terburu-buru untuk keluar dari rumah makan tersebut.

"Hey nak ini terlalu banyak ibu cuma minta tujuh ribu !". Teriak si ibu memanggil Adit yang sudah jauh dari rumah makannya. Iapun bingung dengan tujuh lembar uang seratus ribu yang diberikan Adit padanya.

"Apakah dia memberi atau salah memberi ?". Ucap ibu-ibu tersebut yang terus memandang uang di tangannya.

Money makes me overdoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang