"Hey nak kau mau kemana!". Ucap pak RT karena melihat Adit pergi menuju suatu ruangan. Dan tidak lama setelah itu Adit kembali dan duduk di hadapannya.
Kemudian Adit menyimpan mangkuk bekas makanannya semalam juga surat pembayaran tagihan listrik rumahnya.
"Apakah bapak mengerti dengan bukti ini?". Tanya Adit pada pak RT, untung saja mangkuk semalam belum ia cuci dan bisa di jadikan sebagai bukti.
Sebagian warga yang datang berdesakan di luar karena rasa ingin tahu akan kebenarannya. Terlihat raut wajah malu pak RT setelah mendengar dan melihat penjelasan juga bukti dari Adit.
"Astaga saya sudah menyangka yang tidak-tidak nak". Ucap pak RT
"Tidak apa-apa pak". Jawab Adit kalau boleh jujur mungkin Adit sedikit kesal dengan tuduhan seperti itu, tapi tidak apa mungkin ini salah satu ujiannya.
"Kalau begitu bapak pamit pulang dan sekali lagi bapak sekaligus warga mohon maaf untuk tuduhannya"
"Baik pak silahkan". Jawab Adit dan setelah itu pak RT sekaligus warga pamit pulang dengan rasa malu.
Cukup memusingkan dengan hal seperti ini, karena baru pertama kali ia mengalaminya. Sampai lupa pakaian di luar yang belum ia jemur, dan kemudian adit pergi keluar untuk menjemur pakaiannya.
Pada malam hari Adit terlihat sibuk dengan laptop dihadapannya, karena ia sedang mencari cara untuk menghilangkan sebagian uang yang masih banyak tersisa. Hingga akhirnya otak di kepalanya berfungsi, bagaimana jika ia berjualan uang?
Kemudian setelah itu ia keluar untuk pergi ke pasar membeli bahan yang di butuhkannya. Setelah kembali dari pasar Adit terlihat sibuk mengemas barang yang akan ia jual.
Adit membeli permen yang kemudian dikemas dengan ditambahkan uang untuk ia jual esok hari dan dititipkan di warung dekat rumahnya.
Tidak lupa juga ketika ia keluar sekaligus membayar tagihan listrik rumah, karena takut terulang lagi tuduhan yang tidak-tidak.Di pagi hari Adit terlihat senang karena menemukan ide yang sangat membantunya. Dan iapun segera pergi untuk menitipkannya di warung.
"Permisi bu saya mau menitipkan jualan saya di warung ibu". Ucap Adit pada pemilik warung. Seperti ada rasa ragu dari raut muka si ibu melihat jualan yang Adit titipkan.
"Tenang bu uang nya halal". Ucap Adit.
Mungkin ibu tersebut bukan ragu karena gosip yang tersebar di desanya. Tapi karena melihat permen yang akan di jual Adit dengan diselimuti uang.
Dan kemudian ibu tersebut mengambil jualan Adit untuk di jual kembali olehnya. Setelah itu Adit berkeliling mencari warung-warung terdekat untuk menitipkan jualannya yang masih tersisa.
Dengan berjualan seperti itu cukup membantu mengurangi tumpukan uang di rumahnya. Meski setiap ia menitipkan kembali jualannya pasti ada penghasilan yang didapat walaupun tidak seberapa.
Tapi itu lebih baik daripada penghasilan yang sebelumnya, sampai-sampai ia bingung cara menghabiskannya. Hidup dengan kesederhanaan menurut Adit lebih baik daripada berlebihan, asal dapat mencukupi kebutuhannya setiap hari.