Chapter 1

150 9 0
                                    

Suasana pagi hari di kediaman Nakamoto terasa hangat seperti biasanya. Nakamato Yuta dan suaminya Winwin sudah berpakaian rapi dan duduk dimeja makan sambil mengobrol ringan.

Tak lama, si bontot muncul sembari merapikan dasi abu-abunya.

"tumben udah rapi aja kamu Na?" Yuta heran melihat anaknya itu sudah rapi padahal biasanya dibangunin tidur saja susahnya minta ampun.

"iya dong yah, Nana kan udah gede jadi harus bisa ngatur waktu" jawab Jaemin putra kedua keluarga nakamoto.

"aigoo, anak papa udah gede aja. tapi manja-nya tetep yaa" goda Winwin, tapi memang benar anak keduanya itu sangat manja.

"kan manja-nya sama ayah, papa sama kakak aja. kalo diluar mah Nana cool parah anaknya, kek kulkas dua pintu" canda Jaemin menambah kehangatan suasana sarapan keluarga.

"bisaan kamu, oh ya kakak mana kok belum turun?" tanya Yuta yang tak melihat anak sulungnya belum bergabung di meja makan.

"Nggak tau, yah. tadi Nana lewat depan kamarnya masih ada suara air dari kamar mandi"

"kok tumben jam segini masih dikamar mandi." perkataan Yuta hanya dibalas kedikkan bahu oleh si bungsu.

Tak lama si kakak datang dengan senyum manis seperti biasanya.

"mandinya lama amat si kak," tegur Jaemin

"wajahmu keliatan pucet Njun. kamu sakit? tanya Winwin khawatir melihat anak sulungnya yang terlihat sedikit tidak bertenaga.

"kakak kesiangan bangunnya, gara-gara semalem begadang buat ujian kimia nanti makanya pucet." terang Renjun si sulung keluarga Nakamoto.

"Jangan terlalu ambis belajarnya, Njun. kalo waktunya tidur yah tidur, biar paginya otaknya fresh jadi mudah buat nangkep pelajaran disekolah." tutur Yuta

"iya Ayah"

"Mending Njun-nya pindah kesekolahannya Nana, disekolah Njun berat banget keknya"

"Nggak gitu dong Na, kakak kamu juga punya cita-citanya sendiri masa harus ngikutin kamu terus" terang Yuta. karena memang anak bungsunya ini tidak pernah mau berpisah dengan kakaknya itu.

Renjun dan Jaemin memang tidak pernah berpisah sekolah dari mulai sekolah dasar sampai menengah pertama, tapi saat SMA mereka berpisah karena keduanya punya cita-cita yang berbeda.

Renjun ingin menjadi dokter, maka dari itu dia bersekolah di sekolah sains. sedangkan Jaemin sekolah di sekolahan umum, dirinya masih belum terlalu memikirkan masa depannya, mungkin dia akan meneruskan bisnis keluarga karena si sulung lebih memilih menjadi dokter.

"iya Ayah, nanti kakak bakal lebih bisa atur waktu. Ayah, Papa kakak sarapan di sekolahan aja ya. mau berangkat sekarang takut telat."

"masih jam setengah tujuh ini kak, buru-buru amat" Winwin.

"emang anjing peliharaan lu ngga jemput?" tanya Jaemin cerah.

"Jaemin kalo ngomong yang baik" peringat Yuta.

"yah ayah. maksud gue, emang Jeno nggak jemput?" tanya jaemin ulang agak bete

si Kakak menggelengkan kepalanya. mendengar nama sang kekasih disebut hatinya tiba-tiba berdebar kencang.

"wah si anjing emang ga bisa di handal-in. buat jaga lu aja ga bisa. emang bener-bener anak anj-" marah Jaemin. Jaemin memang tidak suka dengan kekasih kakaknya itu, entah apa alasannya hanya dirinya yang tau.

"anjing samoyed maksudnya yah, kan lucu gemes-in" terus Jaemin saat melihat wajah serius Yuta.

Renjun sempat ragu menjawabnya. bola matanya terlihat gelisah. "motornya masuk bengkel."

Patéras[NORENMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang