Moonlight

332 21 0
                                    

Where is my 🔞 people? Here you go

🔞🔞🔞

----

Elora bingung harus senang atau kesal sekarang. Jeno tidak kunjung datang, membuat Elora lama-lama bisa terbunuh oleh perasaannya sendiri. Menyebalkan. Bahkan saat matahari mulai tenggelampun, Jeno tidak kunjung datang. Apakah pria itu berubah pikiran?

"Sudah malam, dan Jeno tidak akan datang. Benar bukan, Lizi?"

"Miawww."

"Apa menurutmu dia menyesal setelah menyatakan cintanya padaku?"

"Miawww."

Sudahlah, Elora memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Dia sedang tidak berselera untuk makan malam sekarang, dia ingin tidur. Tapi nyatanya, dua jam kemudian dia tidak kunjung tertidur.

Maka Elora memutuskan untuk sedikit menghirup udara segar di halaman belakang, dia butuh udara untuk menghilangkan sesak di hatinya.

Gadis itu mendongak, melihat bulan dengan cahaya yang benar-benar terang malam ini dan juga bintang-bintang yang terlihat banyak. Indah sekali, itu cukup untuk membuat hatinya sedikit tenang.

"Maaf aku terlambat."

Elora tersentak begitu mendengar suara Jeno, dia dapat melihat Jeno datang dengan napas yang memburu. Apa yang membuat pria itu datang dengan napas memburu seperti ini? Seperti telah terjadi suatu masalah sebelum dia tiba.

"Jeno..."

"Maaf aku terlambat," ulang pria itu masih dengan napas memburu.

Elora hanya diam menatap Jeno, menunggu pria itu menormalkan napasnya dan kembali tenang. Jeno juga menatapnya sedari tadi, dia tersenyum begitu melihat Elora semakin cantik di bawah sinar bulan.

Kemudian dia mendekat, menyelipkan rambut Elora yang menghalangi pandangannya menatap gadis itu.

"Aku tidak akan berbicara banyak, aku ingin mendengar jawabanmu atas pengakuanku kemarin," dia menatap Elora lekat-lekat. "Jadi, bagaimana perasaanmu terhadapku?"

Elora diam, matanya bergerak untuk menghidari tatapan Jeno. Dia baru merasakan tatapan dan aura dominan yang sangat kental dari Jeno. Mengapa baru sekarang dia menyadari tatapan dominan pria tampan itu?

"Elora," panggil Jeno menyadarkan gadis itu.

"Aku...aku juga mencintaimu," ucap Elora akhirnya. Bisa dia dengar napas lega dari Jeno.

"Tatap aku dan katakan sekali lagi," pinta Jeno tapi terdengar seperti sebuah perintah baginya. Sialan, mengapa aura Jeno semakin dominan sekarang.

Elora mendongak, menatap Jeno tepat di mata tajam pria itu. "Aku mencintaimu," ulang Elora membuat Jeno mengembangkan senyumnya.

Dia memeluk Elora dengan erat, mengecupi kepala gadis itu berulang kali sebelum melepas pelukannya.

"Apa aku boleh mencium bibirmu?" tanyanya.

Elora tergelak, "Mengapa kau meminta izin untuk sekedar ciuman tapi tidak meminta izin ketika kau melihat tubuhku?"

Jeno tertawa sebelum kembali memeluk tubuh mungil gadis itu. "Aku tidak sengaja saat itu."

"Tapi tetap saja kau melihat tubuhku, dasar penguntit mesum!" maki Elora.

Jeno tersenyum, "Aku hanya menguntit kekasihku, apa salahnya, hm?"

Elora menahan senyumnya ketika Jeno menyebutnya 'kekasihku'. Tapi dia kembali terpaku pada tatapan Jeno padanya, sebelum akhirnya gadis itu mengangguk dan Jeno segera menepis jarak diantara mereka dengan ciuman yang lembut.

REVENGE | Jeno 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang