Jeno tidak diam begitu saja. Dia pergi ke kamar orangtuanya, masuk ke dalam sana tanpa mengabaikan larangan para penjaga yang berjaga di depan kamar. Walaupun sekarang sudah tengah malam, Jeno tidak peduli. Dia harus menghentikan ini semua.
Brak!
Pintu besar itu dibuka dengan kasar. Ibunya yang tengah tiduran terbangun dan terkejut melihat kadatangan Jeno beserta dengan kamarahannya. Melihat ayahnya yang tidak ada di kasur, pria tampan itu melangkahkan kaki lebih dalam, pergi ke ruangan kerja ayahnya yang tersambung dengan kamar.
"Hentikan semua ini," ujarnya begitu melihat Johan tengah mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.
"Kubilang hentikan semua ini, ayah," ulang Jeno begitu Johan mengacuhkannya.
Kepala pria paruh baya itu terangkat, menatapnya dengan datar. "Apa yang kau harapkan dengan anak rendahan itu?" tanya Johan.
Jeno menggeram, dia benar-benar tidak terima jika Elora dibilang seperti itu. "Bebaskan Elora, aku ingin ayah membebaskan Elora dan kembalikan kepadaku," Jeno mencoba untuk tidak terbawa emosi saat ini.
"Semua pengkhianat harus dihukum, berapa kali ayah katakan padamu? Kau seharusnya sudah mengerti dengan hukum kerajaan kita."
"Tapi Elora bukan pengkhianat, ayah. Dia pasti tidak tahu apa-apa tentang masalah tujuh tahun yang lalu," jawab Jeno, dia mengepalkan kedua tangannya erat di bawah sana.
"Semua keturunan pengkhianat harus dilenyapkan, kau lupa tentang aturan itu?" tanya Johan, menatap Jeno dengan sebelah alis terangkat.
"Tapi mengapa mereka harus?"
"Karena sekali pengkhianat tetap pengkhianat. Tabiat mereka akan sama setiap keturunan, jika kerajaan tidak tegas, maka mereka akan tetap melakukannya demi keuntungan mereka sendiri. Maka dari itu seluruh keturunan para pengkhianat harus dilenyapkan, karena mereka orang-orang menjijikkan."
Jeno menghela napas berat, "Elora bukan seperti itu."
Johan tergelak, "Kau punya bukti jika gadis itu tidak akan seperti itu? Otakmu telah dicuci olehnya."
"Jangan berkata yang tidak-tidak ayah!"
"Kau bisa melihat seberapa benci gadis itu pada kerajaan. Kau bisa melihat tatapan kebencian yang dia perlihatkan. Kau bisa melihat sikap kurang ajarnya."
"Aku yakin dia punya alasan untuk itu semua!"
"Apa? Alasan balas dendam? Siapa yang tidak dendam jika keluarganya dipenggal?"
Jeno memejamkan matanya sebentar, dia sedikit pusing karena ini.
"Kau mencintainya bukan? Sampai-sampai kalian sudah bercinta. Cih, menjijikkan. Kau harusnya malu telah bercinta dengan gadis rendahan itu, Jeno."
"DIA TIDAK RENDAHAN!"
Johan menatap anaknya dalam-dalam, Jeno sudah terlalu cinta dengan gadis rendahan itu. Harusnya dari dulu dia kenalkan Jeno pada putri-putri kerajaan seberang sehingga anaknya itu tidak perlu bertemu dengan gadis rendahan.
"Lepaskan dan lupakan dia. Kau harus memikirkan rakyatmu. Jangan kau kecewakan rakyatmu hanya gara-gara satu orang yang tidak penting. Rakyat kita sudah cukup menderita karena pengkhianat itu, kita semua mengalami kerugian besar saat itu, kemiskinan melanda dan kerajaan kita benar-benar kacau saat itu. Jadi apa yang kau harapkan padanya? Kau harus mementingkan rakyatmu," ujar Johan dengan tatapan tajam, mengingat kesulitan yang melanda Lethifedora tujuh tahun silam.
"Mulailah untuk melepaskan dan lupakan dia. Gadis itu hidup dalam kebencian, dia tidak baik untukmu. Kembalilah ke kamarmu, sudah sangat larut, ayah tidak ingin wajahmu terlihat lelah saat menghadiri rapat dengan para mentri besok," sambung Johan dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE | Jeno 🔞
Fiksi PenggemarOn going... Elora tidak seharusnya menerima kedatangan Jeno begitu saja. Itu semua mengantarkannya kepada kondisi yang begitu menyulitkan, hingga dia sendiri bingung bagaimana cara menyelesaikannya. Hubungan kita berakhir, aku membencimu - Elora Bíf...