-Dua-

2.1K 6 0
                                    

Alsen Calvio Abinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alsen Calvio Abinata

Enjoy with your time!

Call me Xeira_

_____

"Emm ahh Bi... ahhh" Sania menggigit bibirnya, sebisa mungkin menahan desahan saat jari tengah juga telunjuk Abi memasuki liangnya, mengocoknya cepat tanpa tau tempat.

Memang di kampus ini cowok itu bebas bersama Sania karena kekasih cowok itu yang bukan dari kampus ini. Namun tetap saja kegiatan mereka ini bisa mengundang bahaya kalau sampai ada seseorang yang masuk dan membuka pintu ruang A1. 10 yang memang semula menjadi tempat mereka belajar.

Sungguh Sania tak habis pikir, dan kalau sampai itu terjadi Sania akan mengutuk Alsen Calvio Abinata menjadi patung pancoran yang mengeluarkan air di kolam depan universitas mereka.

"Bi.. ahh akhu.."

"Yes Baby? Keluarin aja! Aku siap kampung semuanya."

"Ouhh Ahh Abiii" Sania mendesah panjang saat pelepasanya di hisap habis oleh cowok yang tanpa sungkan menjilati kewanitaannya.

"Ahh Bi.. ahhh kayaknya... Ahhhh ahhh ada yang dateng..." Abi spontan menarik diri, mencoba menajamkan indra pendengarannya memastikan apa yang Sania katakan itu benar.

"Shit! Pak Asep" dengan gerakan cepat  Abi menarik tangan Sania menuju pintu putih yang tak lain adalah ruang kosong untuk bersantai.

"Bi ini gimana?"

"Hustt kamu tenang aja, dia gak  bakal lama disini." Sania mengangguk mencoba tenang walau sedikit terganggu dengan tangan Abi yang kembali menusuk kewanitaannya.

Menutup mulutnya Sania menahan diri agar tak mendesah saat suara brisik di luar sana mulai terdengar bersahutan, sepertinya kelas akan dimulai. Dan sialnya mereka masih di dalam ruangan sempit berdiameter 2×4 ini.

Menatap Sania, Abi mengulas senyum dengan bibir bawah yang digigit. Membuat risau Sania yang merasa mulai pengap di dalam sana.

"Baby, aku ralat kayaknya pak Asep bakal lama di luar deh" Sania menatap tak percaya.

"Terus kita di sini ngapain Abi? Aku mulai pengap!" Abi menatap dengan tatapan yang Sania jelas tau  mengarah pada apa, yang pasti adalah sesuatu yang kaum Adam sukai.

"Kita make out di sini"

"Hah? Kamu gila ini sempit Abi ahh" Sania memekik tertahan saat dengan pergerakan yang tiba tiba cowok didepannya itu menciumnya, dengan tangan yang perlahan diturunkan guna memasuki kembali kewanitaan Sania yang entah sudah selembab apa.

"Ini terlalu lama" Sania pasrah, dia membiarkan Abi memimpin pun melakukan apa yang cowok itu mau, perduli setan dengan dirinya yang mungkin akan pinsan saat mereka keluar nanti saking pengapnya ruangan tempat mereka bercinta itu.

"Bi.. ahh ahh ahhh Abi..." Sania mendesah pelan, bahkan mencoba untuk tidak mendesah walau tetap saja dia mendesah.

"Desah aja By, aku suka kalo kamu ngedesah" tanpa perduli Sania meremas lengan Abi kencang. Menyalurkan rasa nikmat juga kesal yang wanita itu rasakan.

"Abi.. ahhh ouhh aku ahh cape.." Abi yang faham, tanpa melepaskan penyatuan merubah posisi dengan Sania yang dia baringkan pada matras yang memang ada di sana.

"Ouhh Ahh emhh aahhh Abi..."

"Kita keluarin bareng Baby... Damn you so hot aahh"

_____

Sania mengaduk minumannya dengan kesal, tak perduli pada dering Handphone-nya yang terus berbunyi menampilkan nomor dengan nama 'Abinata' Sungguh dia masih kesal pada cowok yang hampir saja membuatnya pingsan karena pengapnya ruangan tempat mereka bercinta tadi. Sialan itu sangat sempit! Dan dia hampir pingsan setelah tiga kali bercinta dengan cowok itu. Bagaimana dia tidak kesal?

"San itu angkat dulu telfonya. Abi dari tadi loh gwe liat nelfonin lo mulu, ada apa sih?" Sania menggeleng, mensilent Handphone-nya sebelum kemudian kembali mengabaikan benda pipih itu. Membiarkannya bergetar yang masih menjadi attansi Devi.

"Gak papa kok Dev. Dia lagi gila aja mungkin makanya nelfonin gwe mulu." Devi menggeleng tak mengerti.  Selalu bingung terhadap sifat Sania yang terbilang aneh.

"Umm Dev, kayaknya gwe bolos matkul Pak Sanhad lagi deh. Gwe ijin ya, bilang aja gwe ada keperluan mendadak gitu" benarkan Sania memang aneh.

"Lo keperluan apa sih? Mendadak mulu perasaan?" Sania menggeleng pelan, cewek itu memasukan buku dan pulpen yang sempat dia keluarkan guna mencatat matkul Pak Asep kedalam tas.

"Susah jelasinnya. Pokoknya mendadak. Dan iya kalo Abi nyariin gwe, bilang aja gwe udah naik ke khayangan gitu. Oke bay Dev!" Sania berlalu tanpa perduli pada Devi yang mengusap wajah heran juga tak mengerti apa lagi saat cowok yang sempat Sania ucapkan namanya di akhir tadi muncul dengan nafas yang memburu.

"Lo kenapa?"

"Ha! Ha!Ha! Sania mana?" Devi mendesah pelan, sebelum mengingat kata kata Sania dan menjawab pertanyaan Abi dengan tak minat.

"Udah naik ke Khayangan!"

"Ah lo garing!" Cowok itu kembali berlalu, meninggalkan Devi yang mengusap dada bersabar.

"Dasar gak cowoknya gak ceweknya. Sama sama aneh!"

_____

Sania masih berjalan tanpa ada niat berhenti tak perduli seseorang memanggil namanya berulang. Dia tau itu suara Abi, dan dia juga tau apa alasan cowok itu mengejarnya. Untuk minta maaf, apa lagi memang? Dan Sania masih diliputi kesal pada cowok yang sekarang mencengakal pergelangan tangannya itu.

"Tunggu"

"Bi lepasin gak!"

"Enggak sebelum kamu maafin aku"

"Bi aku mau pulang, lepasin!"

"Aku bakal lepasin kamu, kalau kamu maafin aku" Sania memutar matanya jengah.

"Oke Aku maafin kamu" berjalan cepat Sania mengambil moment yang tepat saat Abi melepaskan tangannya.

"San! Astaga tuh cewek" Abi tak habis pikir bagaimana bisa dia menyukai cewek bernama Sania itu.

Segera berbalik Abi dengan cepat mengambil motornya guna menyusul Sania yang baru saja melaju meninggalkan kampus dengan taxi online.

____

Aku pengen buat cerita ini lebih panjang dari Boyfriends. Aku harap aku bisa.

See you!

Btw Abi ganteng gak?

MiftaXeimora

Having An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang