-ENAM-

1K 8 0
                                    


Rekeino Alderald

Rekeino Alderald

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Tubuh Sania sedikit terguncang saat seseorang perlahan mendudukan diri di brankar Unit Kesehatan Kampus ini. Bukan tanpa alasan Sania berada di sini. Dia hanya malas pulang ke Apartemen untuk beriatirat juga malas masuk ke kelas karena sekarang mata kuliah Ekonomi. Itu membebani otaknya. Dia pusing baru mengingat nya saja.

Membuka mata, Sania mendapati Alderald dengan senyum khas cowok itu menatapnya dengan tatapan dalam, yang coba Sania abaikan. Namun tak bisa karena tangan cowok itu yang menarik tangannya. Memaksa Sania Agar terduduk dengan berhadapan.


"Kamu gak masuk kelas Babe?" Sania menggeleng, membiarkan Alderald menyelipkan beberapa helai rambutnya perlahan ke belakang telinga.

"Ini hari selasa ya. Pantes Kamu males kaya gini" Sania mengangguk, tak di pungkiri cowok didepannya itu tau semua jadwal perkuliahan nya, jadi Sania tak perlu menjelaskan mengapa dia berada di sini sekarang dan lebih memilih menumpukan kepala pada bahu Alderald lesu, membiarkan  tangan cowok itu mengusap pipi juga rambutnya lembut, membuat nyaman.

"Kemarin Aku sempet ngeliat kamu berantem sama Anindita, pacarnya Abi" Sania mengangguk, sebelum membenarkan ucapan cowok itu.

"Dua hari yang lalu" Alderald mengangguk tanpa mengehentikan gerakan tangan nya pada rambut Sania.

"Kamu gak takut ada orang ngerekamin kalian terus kamu jadi Viral sebagai pelakor?" Sania menggeleng pelan.

"Kan ada Kamu Rald. Kenapa harus takut?" Alderald menggeleng pelan dengan senyum menatap Sania dengan tatapan memuja.

"Kalo pun apa yang kamu bilang itu terjadi. Kamu mau kan urus itu, buat aku?" Alderald menggeleng tak habis pikir, namun tak ayal cowok itu mengangguk mengiyakan.

"Apa yang enggak buat Kamu Babe? Hm?" Sania menangguk dengan senyum lebar sebelum menjatuhkan satu kecupan pelan pada bibir Alderald.

"Makasih"

"For You"

Sania semakin merapatkan diri, bahkan cewek itu tak sungkan memeluk Alderald erat, hal yang sama seperti yang Alderald lakukan.

Melepaskan pelukan, Sania menatap Alderald dari bawah. Cowok dengan rahang tegas itu menyita perhatian matanya. Sania tak berbohong kalau Alderald akan bertambah ganteng saat cowok itu di lihat dari arah samping. Tapi dia tak bisa berbohong juga kalau cowok itu memang tampan di lihat dari sisi mana pun. Dan Sania menyukai itu, Kecuali satu hal

"Aku tau Aku ganteng Babe, jangan terus terusan liat kaya gitu, kamu buat aku malu" Sania memutar mata Jengah sebelum menjatuhkan satu pukulan sedikit keras pada paha cowok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku tau Aku ganteng Babe, jangan terus terusan liat kaya gitu, kamu buat aku malu" Sania memutar mata Jengah sebelum menjatuhkan satu pukulan sedikit keras pada paha cowok itu.

"Aust Sakit Babe. Astaga kamu!"

Sania tak mau ambil perduli, cewek itu lebih memilih beranjak untuk masuk ke dalam ruangan Unit Kesehatan yang lebih tertutup. Setidaknya dia bisa tertidur dengan nyaman disana.

Namun sepertinya perkiraan Sania salah, saat mata cewek itu menatap kegiatan di dalam sana. Mendecih, Sania menatap Riendra yang tengah menggenjot Alina liar dengan gaya menungging.  Cowok yang Sania tatap hanya mengulas senyum, berbeda terbalik dengan Alina yang menutup wajahnya malu namun tak bisa berhenti mendesah. Sialan Cowok itu.

Berbalik, Sania lebih memilih untuk kembali bergabung dengan Alderald yang sekarang tengah menghisap rokoknya nikmat. Cowok itu menoleh saat Sania mendudukan diri di sebelahnya.

"Kenapa Babe?" Sania menggeleng pelan, niat untuk tidurnya hancur sekarang.

Menerima uluran sekotak rokok dari Alderald, Sania mengambil satu batang sebelum mematiknya dan menghisapnya perlahan.

Memang dalam Unit Kesehatan di kampus nya ini, hanya beberapa orang yang di perkenankan masuk dengan sesuka hati. Yah seperti Alderald dan cowok di dalam sana. Keadaan ini memang menguntungkan untuknya juga beberapa orang. Tapi juga merugikan untuk yang lain.

Menyandarkan kepalanya pada bahu Alderald lesu, Sania mendapat usapan hangat dari cowok yang  masih asik menghisap rokok itu. Ini yang membuat Sania selalu nyaman saat bersama dengan Alderald, cowok itu tak terlalu banyak mengaturnya juga sangat pengertian. Cowok itu memberinya pengertian, perhatian, juga kebebasan dan jangan lupakan kalau cowok itu selalu bisa mengertinya. Rekeino Alderald.

Menatap Sania lembut, Alderald mengulas senyum sama lembutnya bersamaan dengan bibir cowok itu yang mengecup pipi Sania berulang sebelum menjatuhkan satu ciuman dalam pada bibir Sania yang di susul lumatan lumatan pelan dengan Sania yang masih tak beranjak dari posisi nyaman cewek itu dari bahu Alderald.

Mengabaikan langkah kaki yang melewati mereka dengan deheman keras. Keduanya semakin merapatkan diri, dengan tangan Alderald yang sekarang berada di atas paha Sania, mengusapnya pelan dengan remasan remasan kecil.

Mendorong dada Alderald pelan, Sania menatap cowok itu lembut. Menolak gairah yang ada dalam mata Alderald dengan gelangan yang di balas anggukan pelan Alderald yang sekarang menumpukan kepala pada bahu Sania, sebelum kembali menghisap rokok miliknya perlahan.

"Maaf" Alderald menangguk pelan, dan hal ini selalu menjadi hal yang tak Sania dapati dari cowoknya yang lain.

Pengertian.

____

Membuka pintu apartemennya, Sania di kejutkan dengan figure Riendra yang menatapnya dengan tatapan tajam. Mengapa cowok itu bisa ada dalam unit nya? Ya memang dia memberitahu semua cowok nya, password dari Appartemen ini, tapi mengapa cowok itu sudah berada di sini? Aish pantas saja dia tak mendapati keberadaan cowok itu saat kelas terakhir tadi.

"Duduk!" Sania memutar matanya jengah, sebelum melangkahkan kaki menuju sofa single yang berada sedikit jauh dari cowok yang memerintahkannya itu.

Mendudukan diri, Sania menatap tanpa minat cowok yang menatapnya tajam itu. Dia tau kenapa Riendra seperti itu, dan Sania tak mau ambil pusing akan hal itu.

"Disini Sania!" Cowok itu menunjuk sisi sampingnya, yang di balas gelengan Sania yang menolak. Dia tak ingin dekat dekat dengan cowok itu. Kesal rasanya.

Mendecak dengan hembusan nafas kesal, Riendra beranjak. Cowok itu menarik meja sofa sedikit ke samping, sebelum berjalan sebentar dan berakhir duduk di depan Sania, di depan bawah Sania.

Menggenggam tangan Sania lembut, Riendra tau dia yang memulai pelanggaran, tapi dia juga kesal karena cewek di depannya ini membalasnya spontan. Itu membuatnya cemburu.

"Aku tau Aku yang mulai Hanny, tapi kenapa kamu bales Aku kaya gitu sih? Aku cemburu San. Kamu jangan gini dong" Sania memutar matanya jengah, dia berusaha menahan umpatannya sekarang. Dan Sania benci tutur lembut Riendra.

Menunduk, Sania menatap Riendra dalam, sebelum berucap pelan.

"Masih mending aku gak bales kamu seperti yang kamu lakuin tadi" Riendra menatap Sania dengan kernyitan sebelum sepersekian detik kemudian cowok itu menyerang Sania dengan ciuman liar yang Sania ladeni  dengan sama liarnya. Membiarkan seluruh Appartemen ini di isi oleh decapan gila dengan dorongan pelan cowok itu  sebelum memasukinya kasar yang Sania nikmati dengan senyum miring.

Karena dia tak akan mendapati hal seperti ini dari cowok nya yang lain. Cemburu dan gerakan kasar Riendra yang menggila.

______

Dan ini pertama kalinya aku nulis dua orang dalam satu chapter ya? Hahah betah betah ya sama cerita ini.

Aku lagi usahain nulis di sela pusing aku mikirin sekolah, Hahah.

See you!

Having An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang