Masa Lalu Banu

10.7K 563 0
                                    

*Laura POV

Melangkahlah dengan percaya diri. Itulah yang selama ini kutanamkan pada diriku untuk menaklukan kejamnya dunia. Semenjak dia pergi tanpa pa-mengatakan apa-apa padaku hidupku hancur. Mungkin terdengar menyedihkan jika hidup seseorang akan hancur ketika orang yang paling dicintainya pergi meninggalkannya.

Bahkan didalam kasusku tidak hanya satu orang yang membuatku hidupku hancur. Yang pertama adalah kepergian kedua orangtuaku untuk selamanya. Kedua, yang pergi adalah dia. Laki-laki yang membuatku meyerahkan semuanya padanya. Jiwa dan ragaku telah direbut sempurna olehnya. Dia pergi meninggalkanku ketika aku masih berduka karena orangtuaku. Dia tidak pergi selamanya seperti orangtuaku. Namun aku tak yakin dia akan kembali kesisiku.

Dan yang terakhir adalah anakku. Ya anakku dari laki-laki yang kucintai tadi. Setelah dia meninggalkanku aku baru tahu kalau aku sedang mengandung anaknya. Tentunya aku senang karena setidaknya aku tidak sendirian di Madrid. Namun takdir berkata lain. Anakku sakit saat umurnya empat tahun. Dan Tuhan kembali mengambil orang yang sangat berharga bagiku. Semenjak saat itu aku tak pernah lagi menganggap hidupku berarti.

Tetapi perkataan Revan kemarin membuatku sadar jika masih ada orang yang menyayangiku. Dan aku sudah berjanji kepada diriku sendiri aku akan membantu Revan apapun yang terjadi.

"Permisi, Saya Laura Sofia Muller. Saya adalah sekretaris baru CEO disini." Kataku kepada seorang wanita cantik yang berada di balik meja resepsionist.

"Baiklah. Mba sudah ditunggu Pak Banu di ruangannya. Ruangannya ada di lantai 14 sebelah kanan lift." Aku tertegun mendengar nama yang disebutkannya tadi. Banu? Tidak. Nama Banu bukan hanya satu di Indonesia ini.

"Bukankah CEO nya bernama Pak Garendra?"

"Benar, namun Pak Garendra lagi sakit. Oleh karena itu digantikan sementara oleh Pak Banu."

"Terima kasih Mba. Saya permisi terlebih dahulu."

Aku pun kembali berjalan menuju lift. Aku hanya menggunakan lift untuk karyawan. Tentu saja jika aku sudah resmi berkerja sebagai sekretaris aku akan menggunakan lift khusus jajaran direksi.

Aku telah sampai di depan pintu ruangan yang bertuliskan "CEO". Aku mengetuk pintunya. Setelah mendengar suara yang menyuruhku masuk, aku langsung membuka pintu tersebut. Aku melihat seseorang laki-laki seumuran Revan sedang membolak-balik kertas yang ada di depannya. Aku terpaku melihat postur badan itu. sudah terlambat untuk menarik diri. Dan bukankah aku juga sudah berjanji untuk membantu Revan.

Aku menahan nafas ketika laki-laki itu mendongakkan wajahnya. Tidak ada yang berubah. Hanya saja wajah itu semakin kelihatan kurus. Dia tak berkedip menatapku. Dalam hati aku merindukannya. Aku pikir aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi.

"Laura." Aku langsung mengendalikan diriku.

"Maaf pak. Saya Laura Sofia Muller. Saya adalah sekretaris baru CEO disini."

Banu langsung berdiri dan berjalan kearahku. tidak. Dia melewatiku. Tepatnya di arah pintu dan menutup pintu itu. aku berbalik menghadapnya. Tanpa kusangka dia langsung memelukku erat. Aku mencoba melepaskan. Namun tak bisa. Selain tenaganya yang lebih kuat, aku juga sangat merindukan pelukan ini. Dan aku tidak bisa menampik itu.

"Lepasin aku Ban. Ini di kantor."

"Kamu kemana saja selama ini?" medengar pertanyaannya aku langsung melepaskan pelukannya sekuat tenaga. Dan berhasil.

"Apa peduli mu Ban. Bahkan kamu sendiri yang meninggalkanku."

"Maaf." Katanya dengan nada penyesalan.

"Hal itu sudah menjadi masa lalu. Sekarang hubungan kita tidak lebih dari bos dan sekretaris."

Dia menatapku dengan mata yang sayu. Apakah dia ini kaki tangan kakek dari istrinya Revan. kenapa Banu menjadi jahat? Padahal dahulu dia adalah laki-laki terbaik. Terlepas dari kesalahpahaman yang membuat dia meninggalkanku dia adalah laki-laki sempurna yang aku pernah aku kenal.

Love FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang