Empat

756 77 11
                                    

Semilir angin lembut itu menerpa wajah tampannya. Sesekali pria tampan itu memejamkan mata elangnya ketika angin menghembus kewajahnya. Sejuk, damai, dan tenang. Taehyung menyukainya. Dia berjalan menyisir pantai seorang diri tanpa ditemani oleh siapapun. Langkahnya semakin pelan, hingga disuatu titik ia berhenti dan menghadap kearah pantai. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

"Sudah berapa tahun aku tidak menjengukmu?" ucap Taehyung dengan mata menatap pantai. Perlahan kakinya mulai melawan ombak kecil di sisi pantai.

"Apa kau baik-baik saja disana huh?" pria itu terus melangkahkan kakinya.

"Kenapa kau tidak membawaku pergi bersamamu?. Bu" pria itu melirih, dengan air mata menetes.

"Aku tidak sekuat yang orang-orang fikirkan. Aku bahkan menangis dihadapan mu sekarang" ucapnya . Bulir air mata itu kian jatuh dengan pandangan menuju tengah pantai. Yahh, pantai adalah pemisah antara Taehyung dan ibunya. Tepatnya, lelaki tampan itu saat remaja menaburkan abu sang ibu di tengah pantai.

"Bu, aku akan menikah. Dengan seseorang yang tidak aku cintai. Kau tahu? Aku bahkan sangat trauma mendengar kata pernikahan. Aku tidak mau menikah. Tapi ibu pernah bilang kalau aku harus menjadi anak yang penurut. Aku melakukannya bu,..hiks... Aku melakukannya bukan karna mereka.  Aku melakukannya karna mu ..hiks.." Taehyung menangis sejadi- jadinya. Dia tanpa sadar berlari ketengah pantai. Kalau saja paman eunso tidak menariknya.

"Taehyung!" Paman Eunso langsung memeluk Taehyung yang menangis.

"Apa yang kau lakukan barusan?!. Kau ingin hanyut terbawa ombak hah?!"

"Paman, aku sudah merasa muak hidup didunia ini" Taehyung melirih. Paman Eunso meringis mendengar ucapan majikannya. Dia mengerti, dia faham keadaan majikannya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Taehyung. Tolong jangan seperti ini" ucap Paman Eunso sambil membawa Taehyung kembali ke rumah. Pria tampan itu hanya diam setelah sampai dirumah.

Sore menjelang malam. Paman eunso niatannya ingin berpamitan kepada Taehyung. Namun nampaknya pria tampan itu terbaring lesu dengan suhu tubuh yang panas. Segera ia menelpon tuannya yang berada di Seoul dan juga memanggil dokter. Dan malam itu paman Eunso  terpaksa menginap untuk menjaga Taehyung.

"Aku mengerti perasaan mu Taehyung. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Nyonya pasti akan sedih melihatmu seperti ini terus" Monolog paman Eunso. Ia menatap miris Taehyung yang mengigau memanggil nama ibunya. Dahinya berkerut dengan tidur yang gelisah.

.
.
.
.
.
.

"Eungh" Taehyung membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa pusing dan basah dikening karena kompres yang menempel. Fikir Taehyung mungkin paman Eunso yang melakukan nya. Tapi beberapa saat kemudian. Fikiran itu ditepis Taehyung saat pria manis yang dijodohkan oleh ayahnya ada di rumah tua.

"Eoh.?! Kau sudah bangun ?" Tanya Yoongi sambil membawa baskom kompres. Taehyung mengangguk kecil dengan wajah datarnya.

"Kenapa kau ada disini?"

"Ayah menyuruhku kesini. Katanya kau sakit" ucap Yoongi dengan tangan yang menaruh baskom kecil di atas nakas. Lalu tangannya menyentuh dahi Taehyung dengan lembut.

"Kau tak harus datang kesini"

"Diamlah, kau hanya perlu beristirahat. Tidak perlu mengomel"ucap Yoongi dengan nada tak kalah cueknya. Sementara Taehyung di depannya hanya terdiam. Terlalu malas berdebat dan meladeni ocehan Yoongi.

"Kenapa kau disini?"

"Apa kau perduli sekarang?" Ucap Taehyung dengan nada sarkasnya. Yoongi mengendikan bahunya acuh.

My Destiny | TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang