[ Etranger- berasal dari bahasa Perancis yang bermakna orang asing. ]
Ku tulis untuk nya...
❝ Untukmu, lelaki asing yang penuh kejutan. Yang bodoh dan buta aksara, yang monoton dan suka dengan panorama senja. Aku mencintaimu, meski dunia kita tak s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝ Selamat tinggal Ayah. sosok yang kulihat terakhir kali, sebelum terlepas dari semesta manusia yang fana. ❞
Sore ini, sang lengkara tak menunjukkan ekspresi bahagia.
Justru sang awan bergerombol membendung langit-langit angkasa, dengan jumlah yang tak terbaca, membentuk warna abu kehitaman. Menyambut hujan yang mungkin akan segera berjatuhan.
Berulang kali ku dengar suara sang guntur yang bergemuruh di langit, bersahutan dengan angin ribut yang berisik.
Namun sama sekali tak membuat ku berniat untuk berteduh.
Aku tak berhenti berjalan, setidaknya menepi dan mencari tempat singgah sebelum hujan datang.
Meski kakiku tengah terluka, meski seragam sekolah ku sudah basah kuyup sebelum hujan menerpa. Alasan-alasan itu tak membuatku patah sama sekali.
Karena seseorang yang detik ini masih menunggu ku di rumah, adalah sosok yang membuat ku tak berhenti melangkah.
Dia adalah Ayah.
Lelaki sempurna yang selalu setia menungguku sampai kapan pun, menyambut kepulangan ku seolah tak memiliki kesibukan apapun. Ia selalu tersenyum dengan hangat, seolah dirinya adalah mesin senyum otomatis yang tak pernah rusak.
Aku menantinya setiap hari.
Tersenyum diam-diam membayangkan nya, membuat hatiku terasa pedih.
Kemudian tangis ku pecah.
Air mata yang berusaha ku bendung, jatuh lebih dulu sebelum hujan turun dari langit-langit yang mendung.
Aku menangis, menangisi hidupku yang susah. Menyesali diriku sendiri yang lemah, yang hanya diam saat direndahkan. Yang hanya membisu karena ucap tak pernah berhasil mengalahkan tangisan.
Mereka, menyebutku anak palsu.
Seorang anak yang hanya mendapat kartu identitas hasil sogokan, yang terlahir tanpa ibu. Yang di besarkan oleh seorang ayah yang tunarungu.
Rasanya... Aku hampir ingin menyerah.
Ingin pergi sejauh mungkin, ingin menghindar dari orang-orang jahat yang menyakiti ku dan keluargaku.
Sayangnya.. harapan itu hanya sebatas lolongan fana.
Yang tak akan menjadi nyata, yang hanya terucap oleh seseorang yang berputus asa. Seperti diriku yang hampir tak percaya dengan sebuah kata 'bahagia.
