[ Etranger- berasal dari bahasa Perancis yang bermakna orang asing. ]
Ku tulis untuk nya...
❝ Untukmu, lelaki asing yang penuh kejutan. Yang bodoh dan buta aksara, yang monoton dan suka dengan panorama senja. Aku mencintaimu, meski dunia kita tak s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Etranger, A Secret Hidden
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Happy Reading!
Tap.. Tap.. Tap..
Dentum langkah dari sepatu pantofel kulit itu terus berdengung, menyambar telinga siapapun yang berdiri di sana. Memaku setiap gerakan dengan tatapan tajam pemiliknya.
Seorang pria bertubuh tegap, dengan kulit seputih salju dan tatapan mematikan nya sungguh menghipnotis siapapun.
Mereka yang tengah bergumul di lorong seketika memisah, memberi jalan pada sang tuan.
Pria paruh baya itu adalah sosok yang selama ini kita sebut-sebut sebagai seorang Raja— sekaligus, pemilik Academy Louis Petron.
"Selamat datang, yang mulia." sapa seorang kepala Academy dari ruangan kerjanya. Ia berdiri di ambang pintu, membungkukkan badan 90 derajat. Mempersilahkan sang Pemimpin untuk masuk ke ruangan nya. "Silahkan masuk yang mulia, di sebelah sini." silah nya.
Namun, di jawab halus oleh sang Raja. "Tidak Kestra, saya datang untuk melihat-lihat. Lain kali saja, saya akan mampir di ruangan mu." jawab sang Raja.
"Ah begitu, baiklah yang mulia. Maukah saya temani berkeliling?" tawar kepala Kestra.
Tapi, jawaban Raja tetaplah sama. "Tidak perlu, lanjutkan pekerjaan mu. Saya datang tidak untuk merepotkan," balas sang Raja.
Lantas, wakil kepala sekolah bernama Kestra tersebut pun menganggukinya. "Baiklah, silahkan kalau begitu. Tuan-ku." silah nya, kemudian membungkukkan badan.
Sang Raja hanya tersenyum tipis, membalas salam hormat dari bawahannya tersebut dengan menundukkan kepala. Ia lantas melanjutkan langkahnya. Menelusuri lorong, sambil mencari-cari keberadaan putra semata wayangnya.
"Dimana anak itu?" gumamnya.
Langkah itu semakin membawa dirinya menuju lorong perpustakaan, ia memang senang menghabiskan waktu di sana. Bahkan, di istananya— Raja memiliki banyak sekali ruang perpustakaan.
"Ah, Yang Mulia. Selamat datang," sapa seorang anak laki-laki dengan senyum tipis nya. Ia tidak membungkukkan badan seperti halnya orang-orang.
Tentu, Raja mengenal siapa anak lelaki tersebut. Raja tak pernah mengindahkan nya, karena bagi Raja. Anak laki-laki ini adalah satu-satunya orang yang senang ia temui setiap berkunjung ke sekolah.
