Jacob tak bosan-bosannya memandangi wajah seorang gadis polos yang kini bersamanya. Namun, Ratu Ordella, ibunya seperti tidak senang jika Jacob terlalu dekat dengan Gwen.
Ada apa sebenarnya diantara keluarga Jarfis ini?
• • •
”Apa rencanamu ke depan kelak, setelah menyelesaikan perkuliahan?” tanya Jacob, sembari memberikan sebotol air mineral pada Gwen.
”Thank you, Uncle.” Ucap Gwen, lalu menerima botol tersebut.
Sembari menghela napas pelan, Gwen pun duduk sejenak di bawah pohon rindang area luar bangunan tersebut.”Aku ingin menjadi seorang seniman. Meskipun, hal itu bertentangan dengan keinginan kedua orangtuaku, namun aku hanya ingin memilih apa yang menjadi keinginan dan minatku.”
”Jika kau bersungguh-sungguh untuk menjadi seorang seniman, maka lakukanlah semua dengan kerja keras serius. Aku yakin, kau akan menjadi seorang seniman hebat, kelak.” Ucap Jacob memberikan semangat pada Gwen secara langsung. Tentu, hal itu membuat Gwen sangat bahagia mendengarnya.
Keduanya berkeliling di lahan pembangunan, dan juga berkunjung ke beberapa pusat perkantoran kerajaan Bonjou
***
Tiga tahun kemudian...
Universitas Pusat Kota, Kerajaan Bonjou•
"Selamat pagi, Lady Gwen." Ucap para rekan mahasiswa menyapa Gwen.
Gwen sedikit terkejut, karena tidak biasanya ia mendapatkan sapaan seformal ini selama hampir menyelesaikan perkuliahannya.
"Lady, mohon maafkan atas ketidaktahuan kami sehingga mungkin kami bersikap kasar pada lady yang merupakan anggota kerjaan." Ucap salah seorang juru bicara dari mereka.
"Ah, kumohon jangan salah paham, aku hanya kerabat saja, bukan keluarga inti." Tegas Gwen, yang tidak ingin menjadi pusat perhatian.
"Ah, tapi tetap saja, lady adalah gadis langka yang bisa satu mobil bersama Yang Mulia Putra Mahkota." Ucap mereka kagum.
Setelah hari itu, berbagai surat undangan pesta dewasa pun datang ke Kastil Jarfis. Karena meskipun zaman sudah hampir modern, namun tetap saja surat ialah media utama bagi para bangsawan terhormat maupun masyarakat biasa.
Kastil Kediaman Keluarga Jarfis•
Kini, Gwen sudah tak lagi menghuni kamar yang berdampingan dengan Crow. Gwen secara khusus menghuni Kastil, sedangkan keluarga inti mendiami Istana kediaman utama.
"Nona air mandi sudah siap." Ucap seorang dayang yang melayani Gwen.
"Terimakasih, aku akan mandi sendiri." Ucap Gwen, lalu mulai berendam di air kolam mini tempat pemandian khusus baginya. Dengan aroma wewangian dari air hangat, membuat kepala Gwen benar-benar dibuat rileks.
"Sudah tiga tahun berlalu, Uncle Crow belum juga kembali dari pulau. Apakah, Uncle Crow mengalami banyak kesulitan di medan perang.. ah, bodohnya aku, untuk apa aku memikirkan pria mesum seperti itu.." Gwen pun menyelesaikan mandinya, lalu bergegas untuk mempersiapkan diri.
Setelah selesai bersiap-siap dengan dress kasual yang dikenakannya, seorang kepala pelayan Kastil pun mengetuk pintu kamar Gwen.
"Permisi, Nona, Yang mulia pangeran sudah tiba, diharapkan agar Nona segera ke Istana utama."
"Baik, kepala pelayan."
Gwen cukup terkejut, mendengar kabar tersebut, kemudian bergegas untuk bertolak ke Istana utama Jarfis.
🍅🍅🍅
Istana Utama Jarfis•
"Salam kepala Yang mulia Pangeran, yang baru tiba dari tugas mulia kerajaan." Ucap salah seorang pemimpin acara malam itu.
"Untung saja aku bersiap dengan baik, ternyata ini bukan acara penyambutan biasa.." batin Gwen.
"Terimakasih atas sambutan meriah untuk pangeran Crowley. Silakan untuk melanjutkan pesta." Ucap Raja Louis bersama Ratu Ordella.
Melihat semua itu, Gwen pun mulai tersadar, bahwa dirinya berada di sebuah kerajaan paling dihormati.
"Apakah selama ini aku bersikap terlalu santai pada anggota kerajaan. Ini sangat menggangguku.." batin Gwen.
Melihat Crow yang sangat bersinar dan semakin tampan, membuat perasaan Gwen sedikit tak menentu.
"Lady, selamat atas selesainya tugas akhir lady." Ucap beberapa rekan bangsawan muda yang juga turut hadir di acara penyambutan kembalinya pangeran kedua Jarfis.
"Terimakasih, Tuan muda. Semoga kita dapat lulus dengan hasil yang sangat memuaskan." Balas Gwen dengan wajah sumringah.
Tiba-tiba saja, para pria muda itu terlihat menciut, tatkala sosok Crow datang mendekati ke arah Gwen.
"Salam untuk cahaya kerajaan, Yang mulia Pangeran kedua." Ucap mereka kemudian bergegas untuk undur diri.
"Kau bahkan tidak menyambutku dengan benar, Gwen." Ucap Crow, menatap ke arah Gwen.
"Selamat datang kembali dan selamat atas pencapaian anda, Yang mulia pangeran." Ucap Gwen memberikan salam formal.
"Ah, terima kasih Gwen. Sepertinya, kita harus bicara di tempat yang sedikit privasi." Crow pun meraih pergelangan tangan Gwen menuju tempat yang lebih sepi, seperti keinginannya.
•••
"Maaf, atas kekasaran saya selama beberapa tahun yang lalu. Sekarang, pikiran saya jauh lebih dewasa, tidak seperti gadis kecil dulu." Ucap Gwen.
"Apa yang kau katakan Gwen? Aku tidak pernah menganggap kau kasar padaku. Aku bahkan selalu suka, apapun yang kau lakukan padaku." Crow pun mendekap dan melingkarkan tangannya pada pinggang Gwen.
"Tidak, saya harus tahu posisi saya yang hanyalah orang jauh."
"Mulut ini sangat berisik dan sepertinya perlu dibungkam."
Crow pun mengecup bibir Gwen dengan kecupan penuh kerinduan, tak selembut dulu. Kini, Crow jauh lebih rakus dan menuntut, bahkan tangan nakal Crow mulai menggerayangi area tubuh sensitif Gwen.
Ahk.. "Hentikan, yang mulia.." ucap Gwen, mendorong Crow dari tubuhnya. Namun Crow meraih tangan Gwen, dan kembali melahap Gwen, tangan Crow sungguh nakal, tangan itu merangsak ke dalam pakaian dalam Gwen.
Meremas dua buah gunung kembar Gwen yang ranum dan bulat sempurna.
"Tidak.. ini sudah keterlaluan.." pekik Gwen, namun Crow justru meremas gemas dua buah gunung kembar dan tiba-tiba mulut nakalnya mengulum dua ujung mungil di dada Gwen dengan sangat lahap.
Hahh... Ah... Hmmpp... Gwen sangat sensitif, tubuhnya mengejang ketika menerima sensasi dari mulut juga tangan nakal Crow.
"Jangan.. berhenti..." Lirih Gwen, dan tiba-tiba ada beberapa kesatria Istana yang berjalan di area tempat mereka berada.
Sehhhtt... "Jika tidak ingin mereka mengetahui perbuatan nakal kita, lebih baik diam dan patuh, baby." Ucap Crow.
Terus menghisap dua gunung milik Gwen, sembari terus menatap ke wajah Gwen dengan tatapan penuh nafsu.
"Sudah cukup, baby. Ini adalah hukuman bagi gadis kecil yang berani mengabaikan prianya." Ucap Crow dengan terkekeh.
"Apakah sangat lucu bagi anda berbuat seperti ini." Ucap Gwen, dan bergegas pergi, namun Crow tak membiarkan Gwen pergi seorang diri. Mereka melangkah dan berjalan bersama layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
"Diacara kelulusanmu, aku akan menjadi pendampingmu, oke."
"Apa hak anda untuk meminta, bukankah itu keputusanku?" Tukas Gwen.
"Tentu saja, itu sudah menjadi bagian ku. Cukup patuh dan menjadi gadis baik saja." Ucap Crow.
Gwen benar-benar kesal dengan tindakan serampangan dari Crow, namun tak banyak yang dapat dilakukannya. Terlebih, ketika mengetahui bahwa mereka adalah pasangan yang sudah ditakdirkan sejak lahir. Namun, pertunangan mereka belum resmi diumumkan secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Paman Mesum (Ongoing)
Romantizm⚠️Mature Romance "Mengapa kau begitu marah, baby? Bukankah aku hanya ingin bermain denganmu?" ucap seorang pria sambil memegang kedua tangan seorang gadis manis. "Uncle! Lepaskan! Aku tidak suka dengan pria mesum seperti Uncle!" Teriak seorang gadi...