Akhir-akhir ini sedang musim trend "He's a 10 But...."
Trend tersebut mengacu pada seseorang yang memliki daya tarik yang tinggi atau bisa bernilai sepuluh, namun (makna dari 'but' tersebut merujuk pada kekurangan orang tersebut).
Viralnya trend tersebut membuat dua kakak beradik, Sana dan Mina ikut-ikutan bermain trend dimanapun mereka berada. Bahkan saat tengah berkumpul bersama keluarga. Sana dan Mina nampak berpikir mencari materi untuk memulai trend tersebut.
"Min, He's a ten but kalo kentut gatau tempat" Mina mengernyit mendengarkan itu, betapa terganggunya ia dengan kalimat Sana. Tak hanya Mina, kakak sulung dan kedua orangtuanyapun terganggu dengan hal itu.
"Ew.. Definitely two" Mina bergidik
"She's a ten but bad attitude . This is for you two! Kakak kamu masih makan, emang pantes ngomong kayak gitu? " Perempuan bersurai pendek menatap kedua anak gadisnya dengan senyuman. Kendati senyuman itu nampak tulus, Mina dan Sana tahu jika mamahnya sedang kesal kepada mereka.
"Sorry. Lagi dia makan disana tuh jauh" gumam Sana
"Tau engga sih alasan kalian susah banget punya pacar?" si kaka sulung mulai membuka suara sembari berjalan menuju dapur untuk menyimpan piring yang sudah kosong, dan itu artinya Momo siap untuk mengajak kedua adiknya berdiskusi.
"Trend ini tuh bikin orang yang engga punya pacar, makin susah dapet pacar. Kalian berdua tau engga, semakin kita denger perspektif orang tentang standar pasangan mereka, semakin ke-trigger juga orang buat makin picky"
"Gue engga set—"
"Hmm Languange" sedikit berdeham, Papah mereka tak suka jika anak-anaknya berbicara terlalu santai jika di depannya.
"Iya maaf, Aku engga setuju" Sergah Sana tak terima dengan pernyataan kaka sulungnya
"Berarti kaka menyamaratakan semua orang gampang ke trigger dan engga punya standar sendiri dong?" tambah Mina, anak bungsu dari tiga bersaudara itu.
"Oke ralat, engga semua orang. Khusus kalian berdua aja berarti" Momo begitu puas dengan pernyataannya, sementara kedua perempuan itu menatap dengan tatapan meledek. Momo dengan pernyataannya yang tidak konsisten sudah biasa.
"Sebelumnya ijin menyanggah juga, aku punya pacar ya. Mina doang yang jomblo" Tegas Sana
"Toxic relationships aja bangga" cibir Momo sembari menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dimana keluarganya berada.
"Eh jaga ya mulut lo" sergah Sana dengan melempar bantal yang tentu saja membuat Mamah dari ketiga perempuan itu hanya tertunduk dan menggelengkan kepala, ia hanya bosan melihat pertengkaran ketiga anak perempuannya yang memiliki sifat berbanding terbalik jika di depan umum. Sementara Papahnya hanya menatap ketiga anak perempuan itu.
"Momo Pah yang mulai, Sana terbawa suasana aja" buru-buru Sana membela diri, ngeri juga jika Papahnya sudah marah.
"Papah tengahin deh, menurut papah setiap orang harus punya standar tinggi buat pasangannya tapi lihat dulu value kita, apa bisa mengimbangi pasangan kita. Contohnya Momo, dia udah nikah tapi katanya insecure kalo dibawa ke circle pertemanan suaminya yang terlalu high class. Malah kumpulnya sama kalian lagi yang suka ikutin trend social media engga jelas" Papah Akira jarang berkomentar tapi sekali mengeluarkan pendapat, ia bagai mengirimkan tombak ke arah jantung anak-anaknya. Khas dari papah Akira jika sudah berkomentar maka ia akan pergi begitu saja seolah tidak melukai perasaan anak-anaknya, seperti saat ini ia pergi berlalu untuk ke kamarnya.
"Lagi gegayaan ngikutin Maudy Ayunda pengen punya suami Korea-Amerika" cibir Sana kepada kakanya yang baru setengah tahun menikah itu.
Sementara si adik bungsu yang sentimental itu mulai merasakan haru. Kaka sulungnya akan segera pindah, Momo belum sempat ikut dengan suami karena menyelesaikan tugas kerja tapi malam ini terakhir kali mereka bisa kumpul bersama seperti ini."Ga usah ikut ke Amerika bisa kali ka" Mina merengek, ia tidak mau jauh dengan Momo. Baginya Momo adalah tempat teraman.
Tentu saja karena jika mobil mogok, telepon Momo! Ban bocor, telepon Momo! Beli nasi goreng, telepon Momo! Bahkan untuk mematikan lampu kamarnya, telepon Momo!
"Ada engga sih orang kayak kaka versi cowoknya gitu? Engga tau kayak gimana nanti aku kalo engga ada kaka" belum juga Momo berangkat tapi Mina sudah membayangkan jika hidupnya akan sulit setelah ditinggal oleh kaka sulung.
"Ada Sana kan?" Mendengus, Mina tak ingin memberi reaksi apapun dengan apa yang kaka sulungnya ucapkan
"Mina tuh dikit-dikit marah tau kalo ke aku. Gatau sensi banget"
"Ya elo perhitungan, mau engga emosi gimana coba? Di otak lo duit mulu"
"eh udah! Mo kamu istirahat aja dulu. Ini kalian janji ya sama Mamah, jangan pernah becanda pake bahasa kayak gini di depan umum. Mamah yang denger aja malu banget rasanya" Mamah Sachiko beranjak dari sofa karena memang malam sudah larut.
Momo ikut berdiri dengan menepuk-nepuk kepala adik bungsunya. Bagaimanapun mengikuti kemanapun suami pergi adalah keharusan baginya, walaupun harus mengorbankan dirinya berpisah dengan kedua adik juga orangtuanya.
Kelamaan ga hiat nya? Jangan lupa kasih tap love dan komen.
Komen yang penting, biar nulisnya makin semangat heheUpdatenya santai aja ya gausah buru-buru
KAMU SEDANG MEMBACA
He's a 10 but.... (Michaeng X Satzu ff)
Fanfiction--Completed-- *GENDER BENDER* Mina dan Sana terobsesi dengan angka sepuluh, namun mereka bingung memberikan nilai tersebut pada pria spesial masing-masing. Tzuyu yang bernilai lima namun dengan sifat yang tak terduga. Ataupun, Chaeyoung dengan nil...