Bau petrikor dikenal menangkan, namun juga bisa membawa ke kenangan nostalgia. Bahagia jika keadaan hati tengah tenang tapi bisa juga mengorek luka apabila semua tak bisa kembali seperti dulu. Tzuyu memandang bulir demi bulir tetesan air hujan yang menghantam tanah. udara lembab mendramatisir keadaan hati yang tengah membiru.
Katanya jika mencintai seseorang maka biarkan ia bebas, namun apakah makna dari bebas membiarkan ia pergi begitu saja? Tzuyu masih berkutat dengan pikirannya, aroma tanah yang bercampur dengan air hujan semakin membuat ia larut dengan emosinya. Tidak memperdulikan mie instan yang sudah mulai dingin, rasanya ia sudah kenyang memakan pahitnya diputuskan perempuan yang sangat ia cintai.
Tzuyu mencoba lebih dewasa menghadapi ini, patah hati hanya akan disembuhkan oleh waktu dan ia sangat mempercayai itu, jadi biarkan saja mengalir apa adanya. Suatu saat nanti kesendirian akan menjadi teman terbaiknya, suatu saat nanti memori asmara dengan Sana akan memudar dengan sendirinya, suatu saat nanti ia akan terbiasa dengan keheningan tanpa notifikasi pesan dari Sana.
Banyak yang meyakini jika pria dingin seperti Tzuyu bisa melewati masa ini dengan mudah, walaupun yang menjalani harus babak belur melawan rasa pahit tersebut tapi Tzuyu harus berusaha. Lantas pria itu bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamarnya.
=====
Mina canggung, ia bingung harus bagaimana sekarang. Kecanggungan Minapun kini menjadi tontonan bagi mempelai perempuan yaitu Nayeon. Seorang perempuan cantik tiba-tiba menghampiri Mina dengan memperkenalkan dirinya sebagai mantan pacar Chaeyoung.
Mina agak trauma dengan hal-hal seperti itu, sementara si pria dengan santai mengobrol seolah tidak terjadi apa-apa dan semua baik-baik saja. Di atas pelaminan Nayeon tak henti menatap ke arah tiga orang tersebut, ia ikut-ikutan greget melihat Chaeyoung yang jika boleh dikatakan 'TOLOL'
"Chaeng--- hmm aku udah ini ada acara, kalo pulang duluan ya?" Mina mencoba keluar dari kecanggungan dengan menghindarinya.
"Oh yaudah. Eh duluan ya aku mau anter--"
"Temen aku katanya udah di depan sih kita emang janjian bareng. Jadi engga perlu dianter kamu" setelah mendengar alasan tersebut, barulah Chaeyoung sadar jika Mina memang tidak senang dengan situasi ini.
Dengan penuh kesopanan dan tak ingin membuat kegaduhan, Mina berpamitan pada mantan pacar Chaeyoung. Mina buru-buru menghampiri Nayeon untuk berpamitan.
"Sekali lagi congrats ya Nay" Mina berucap nampak terburu-buru, baru saja ia akan melangkah Nayeon menahannya.
"Mina, gue tegor dia nanti sumpah" ucap Nayeon dan hanya dibalas senyuman tipis oleh Mina.
Basi! Chaeyoung tetaplah Chaeyoung yang terlalu ramah kepada semua mantannya, Mina bahkan berpikir jika selama ini ia hanya salah persepsi dengan semua usaha Chaeyoung mendekatinya. Tidak memperdulikan heels yang runcing dan tinggi, Mina berjalan begitu cepat agar segera keluar dari gedung. Sementara tangannya sibuk mengotak atik ponsel untuk memesan taxi online. Tentu ia tidak bawa kendaraan sendiri karena tadi ia datang bersama Chaeyoung.
Langkah Mina terhenti kala sebuah tangan menahannya dan menariknya cukup kasar untuk berjalan ke parkiran. Mina tidak melawan tapi pikiran intrunsifnya menyuruh ia memukul kepala Chaeyoung dengan heelsnya yang runcing hingga berdarah dan dibawa ke rumah sakit lalu meminta papahnya untuk menyuntik mati Chaeyoung.
Setelah berada di depan mobil, Chaeyoung membuka pintu agar Mina segera masuk. "Jangan gini terus Mina" Chaeyoung tegas mengatakan itu setelah ia masuk ke dalam mobil.
"Lo! Ga ada mikir-mikirnya ya? Gue bilang gasuka kalo lo nge-treat cewek lain terlalu baik, mereka bisa salah paham. Ko lo gabisa hargain gue sih? Baru minggu kemarin ya lo tidurin gue dan sekarang lo gituin gue? Lo engga sakit jiwa kan Chaeng? Gue tau kita belum balikan atau apa lah whatever tapi ya lo mikir lah"
"Mina, cuma bawain pudding doang" Suara Chaeyoung pelan, tadi saat berpamitan pada Nayeon, Chaeyoung di omeli oleh mempelai perempuan tersebut.
"Eh dia bukan disabilitas ya, dia bisa ko bawa makanannya sendiri, kenapa lo mesti repot-repot bawain makanan?"
"Kita nikah aja deh biar kamu lebih secure" Enteng sekali Chaeyoung mengatakan hal seperti itu pada perempuan yang skeptis akan pernikahan.
"Pulang aja Chaeng, aku cape"
"Min--" Chaeyoung tidak melanjutkan kalimatnya. Dilihat dari tatapan Mina, Chaeyoung paham jika Mina sangat kecewa padanya.
=====
Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua sudah diatur, mau itu pertemuan ataupun perpisahan.
Rasa lapar membawa Tzuyu menemui sosok yang tidak asing baginya. Seorang perempuan termenung dengan memangku dagu, senyuman Tzuyu terukir kala melihatnya. Disaat ia mencoba menghampiri perempuan itu tak lama bersalang ia dihampiri pria dengan tangan membawa nampan.
Senyuman perlahan memudar, dadanya terasa sesak. Mungkin benar apa yang dikatakan Sana dengan siapapun ia akhirnya yang pasti ia ingin menikah tahun ini dan kemungkinan Dahyun lah yang Sana maksud.
Tzuyu mematung, ia bingung. Ingin pulang tapi tubuhnya terasa lemas, menghampiri mereka rasanya hanya akan membuat keributan. Tapi entah apa yang merasuki Tzuyu, tiba-tiba saja kakinya melangkah maju mendekati dua orang tersebut.
Sana terkejut melihat kehadiran Tzuyu, begitupun Dahyun
"Hai San, apakabar?" Dahyun langsung berdiri, entah kenapa tububnya seperti otomatis mempersilakan pria bernama Tzuyu untuk duduk dan Tzuyu menerima dengan baik.
Kecanggungan mulai terasa ketika Sana duduk berhadapan dengan Tzuyu dan matanya mulai memanas. Baru saja kemarin ia menghapus semua foto di galerinya, kenangan dirinya bersama sang mantan pacar tapi kini ia malah bertemu dengan pria tersebut.
Layarkan Saida, karamkan Satzu jangan?
Penumpang kapal Michaeng mana suaranya, siapain pelampung ya siapa tau tenggelam wkwkk
KAMU SEDANG MEMBACA
He's a 10 but.... (Michaeng X Satzu ff)
Fanfiction--Completed-- *GENDER BENDER* Mina dan Sana terobsesi dengan angka sepuluh, namun mereka bingung memberikan nilai tersebut pada pria spesial masing-masing. Tzuyu yang bernilai lima namun dengan sifat yang tak terduga. Ataupun, Chaeyoung dengan nil...