Mukanya pucat pasi! Ia tidak membuka pintu. Ia mencoba melangkah kembali ke saya dengan hati-hati tanpa berderit sama sekali. Maklum apato di Jepang lantainya kayu, kalau ada yang melangkah didalam pasti terdengar. Saya juga kaget, gimana bisa istrinya ada disini?! Tapi saya langsung bertindak. Saya suruh Pak Dokter mandi, dan saya membersihkan semua barang bukti, termasuk pelindung2 yang bergelimangan di tempat sampah. Sampo sabun sepatu, baju2 saya, alat dandan, semua saya kemas dalam waktu setengah jam. Berharap jangan sampai ada yang terlupa atau tercecer lalu seselesainya Pak Dokter mandi, saya juga selesai beres-beres. Saya bersembunyi di “gudang” dan saya juga bilang sama Pak Dokter, tolong istrinya suruh mandi dulu begitu masuk jadi saya bisa nyelinap keluar dengan tenang bersama koper saya.Sungguh bel itu tak berhenti di pencet istrinya. Pintu dibuka, istri bertanya kenapa lama banget sampe setengah jam lebih nunggu dibukain pintu. Pak Dokter berdalih, maaf sedang mandi tadi nggak kedengeran belnya. Pak Dokter bertanya ke istrinya, “kok kamu bisa sampai disini gimana ceritanya?”
Sang istri menjawab, “yaa aku pengen kasih surprise ke kamu! Anak kita aku titip mama.”
Disaat itu membuat saya merenung. Betapa nistanya saya. Ke sesama perempuan saya seperti ini, bermain dengan suaminya ketika istrinya jauh. Ku menangis, mengalir air mata deras.
Disitu pula aku mendengar sang istri bilang, “kok kamu nggak cium aku sih? Emang kamu ngga seneng ya aku surprise’in begini? Lalu Pak Dokter sepertinya mencium istrinya, tak lama kemudian aku mendengar sang istri seperti mengajaknya bercinta. Pak Dokter berusaha mencegah dengan bilang, kamu mandi dulu aja. Tapi istrinya nggak mau mandi dulu. Alhasil aku mendengar mereka bercinta. Aku nggak dengar desahan Pak Dokter, entah dia masih bisa memuaskan istrinya atau tidak, karena malamnya kami bercinta sampai 3x. Tapi ku mendengar desahan istrinya.
Masih kuberurai air mata akhirnya mereka selesai bercinta. Istrinya ke kamar mandi. Lalu Pak Dokter, membukakan pintu “gudang” dia memeluk saya yang masih menangis dan berkata, “maafin aku kamu jadi denger yang barusan”. Aku gak berkata apa-apa dan hanya ngeloyor pulang membawa koperku.
Sudahlah kulelah seperti ini, main kucing-kucingan. Bersembunyi digudang karena sang istri datang. Aku putuskan semua komunikasi dengan Pak Dokter.
Tentunya tak semudah itu sodara-sodara. Pak Dokter orang yang gigih perjuangannya. Dia rela menunggu berjam-jam di depan pintu apato saya demi saya membukakan pintu untuknya. Lalu salju turun dan dingin sekali Tokyo saat itu terlebih Odaiba terletak di dekat laut. Dinginnya angin laut sangat menusuk. Saya bukakan pintu Pak Dokter yang mukanya sudah pucat kedinginan. Saya kasih ia selimut dan saya suruh dia menghangatkan diri ke kotatsu (meja yang dibawahnya pakai heater). Saya kasih teh manis hangat untuknya. Lalu ia hanya merebahkan dirinya. Memejamkan mata dan tidur.
Pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sama-sama Selingkuh
Non-FictionKumpulan Cerita Perselingkuhan Berdasarkan Kisah Nyata