Hai haiii
Happy reading all
****
"Merindu pada seseorang yang tak dapat lagi digenggam, ternyata menciptakan luka yang sukar untuk diobati."
-Raina
"Nggak usah didengerin. Fungsi mulut memang untuk berbicara, tapi otak mereka yang salah digunakan."
-Aries
****
Sambil mengecek barang di dalam tas, tangan Raina tak sengaja meraba sesuatu yang terasa asing baginya. Dengan cepat, ia keluarkan benda tersebut dan senyum pahit langsung tergambar dari wajah Raina.
Ia menatap benda itu lamat. Sebelum kemudian menutup telapak tangannya dan menggenggam benda itu sambil menutup kedua matanya.
"Ternyata gelangnya di sini," lirih Raina pelan saat sudah membuka kedua kelopak matanya.
"Apa lo masih simpan gelang ini juga? Sepertinya nggak." Raina kembali menatap gelang berwarna hitam itu.
"Merindu pada seseorang yang tak dapat lagi digenggam, ternyata menciptakan luka yang sukar untuk diobati."
"Tapi, sepertinya hanya gue yang rindu. Hidup lo masih tetap baik-baik aja tanpa gue. Nggak seperti gue yang terus membohongi diri gue sendiri."
Dengan cepat, Raina memasukkan kembali gelang itu ke dalam tas. Tak peduli mau hilang ataupun tidak. Ia sudah lelah dengan dirinya sendiri dan juga kenangan yang terus menganggunya.
"Hari ini jangan ada air mata," ucapnya di depan cermin sambil menggendong tas ransel dengan gantungan kunci R.
"Kabarnya Aries gimana, ya?" Raina mencoba mengalihkan isi pikirannya. Ia mengambil ponsel yang berada di atas nakas dan mencoba menghubungi orang yang saat ini terlintas dipikirannya.
Beberapa detik, panggilan telepon tersambung. Raina dapat mendengar suara Aries yang masih lumayan serak.
"Kenapa, Rai?"
"Hari ini lo sekolah?"
Mendengar pertanyaan itu membuat senyum Aries kembali terukir. "Iya. Mau gue jemput?"
"Enggak usah," spontan Raina. "Lo kan baru sembuh, gue sendiri aja," tolaknya secara halus.
"Gue on the way ke rumah lo."
"Nggak usah-"
"Gue nggak peduli."
Aries langsung mematikan sambungan telepon, lalu bergegas menyambar kunci motornya dan menuju rumah Raina.
****
"Lo udah sarapan?" tanya Aries ketika motornya sudah terparkir sempurna di parkiran sekolah.
Hari pertama menjadi sahabat, rasanya sama saja bagi keduanya. Tak ada hal yang aneh. Dan pertanyaan seperti itu wajar kan untuk sahabat?
Iya, Raina menerimanya. Toh, tidak ada salahnya kan menjadikan Aries sebagai sahabatnya. Lagi pula dia juga perlu suasana baru agar tidak terus mengingat masa lalunya yang terus datang padanya.
"Belum."
"Ke kantin dulu. Nanti maag lo kambuh lagi." Aries mengambil alih helm milik Raina dan menggantungnya di spion.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIRIUS
Teen FictionRaina yang ingin melupakan masa lalunya, malah selalu ditakdirkan untuk berada dibawah langit yang sama dengan seseorang di masa lalunya. Dan bertemu dengan Aries, membuatnya merasa menemukan kembali orang yang ada di masa lalunya. Semakin sulit ba...