Track | 02 Secundo Die, Snowman
Hari kedua, Manusia Salju
Pukul 5 pagi.
Aku dan kedua teman baruku terbangun oleh suara alarm dikamar. Dengan mata setengah tertutup kami berjalan gontai menuju ruang makan yang berada di lantai dasar.Setibanya disana Yohan dengan dua kembar Aven-Evan sudah berada disana, masih dengan piyama mereka dan mata yang tertutup sempurna. Mama, Christiana, dan Aunty Aileen menyambut kami di meja makan. Para ibu itu memeluk kami seraya mengecup pucuk kepala kami.
Mengingat sekarang ini akhir pekan. Para orangtua pun tidak bekerja dan menghabiskan waktu mereka bersama kami di Mansion House milik Christiana dan Ryan ini.
Sarapan berjalan dengan tenang, sampai sebelum Aven dan Evan kembali usil. Kali ini targetnya bukan aku, melainkan Athena-adik mereka. Athena dibuat mereka menangis pagi itu, dengan dikerjai habis-habisan.
Christiana sampai naik pitam, ia memarahi si dua kembar itu. Namun, tampaknya omelan dari sang ibu tidak begitu didengarkan oleh dua kembar itu. Lihat saja mereka malah asyik bermain selai selagi Chritiana merapalkan ceramah paginya. "Hey Aven-Evan! Kalian tidak mendengarkan mama hah?!" sentak Christiana mengakhiri pidato paginya.
Aven meresponnya hanya dengan gelengan samar, sedangkan Evan menatap mamanya sambil tersenyum lebar, "Jangan marah-marah mama, mama jadi keliatan seperti cacing besar alaska."
Setelah itu Evan berlari meninggalkan meja makan. Christiana hanya menggeleng-geleng pasrah akibat ulah anaknya yang bebal itu. Berbeda dengan Ryan-suaminya, pria itu tertawa keras selagi mengacungkan jempol ke anak sulungnya. Dan amarah Christiana yang hampir redam kembali meledak, targetnya adalah Ryan.
Meja makan pun menjadi semakin ricuh akibat ulah anak-bapak itu. Kami hanya memperhatikan mereka sambil sesekali tertawa akibat ulah konyol Ryan dan Evan.
- Farfalla Deformata -
Gresie mengajak kami bermain salju nanti siang, untuk menghibur Athena yang masih terlihat murung walau kedua abangnya sudah meminta maaf kepadanya. Aku dan Aelwen tidak sabar menunggu waktu siang Gresie, sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Yang artinya matahari sudah bersinar sejak tiga jam yang lalu, dan Gresie hanya merespon ajakan kami dengan mengatakan, "Tunggu sebentar lagi ya, cuaca masih terlalu dingin."
Aku dengan yang lainnya menduga-duga, jangan-jangan Gresie tidak jadi mengajak kami bermain salju hari ini. Namun, tepat jam 12:30 waktu Belanda. Gresie meminta kami untuk memakai mantel serta beberapa jaket untuk melindungi kami dari dinginnya udara di luar. Lantas kami pun bergegas memakai segala pakaian yang disiapkan para ibu, sambil mulut tidak berhenti mengoceh menceritakan apa saja yang akan dilakukan saat bermain salju nanti.
Lima menit kami semua sudah terbungkus tumpukan pakaian tebal. Gresie memberikan kami sekop kecil sebelum keluar rumah. Wanita yang hampir menginjak usia kepala tiga itu meminta kami untuk menyekop salju yang menutupi jalan masuk ke dalam rumah. Tentu kami dengan riang bersedia memenuhi permintaan Gresie tersebut.
Sesekali dibantu para ayah. Ah ralat kami membantu para ayah yang ternyata baru pertama kali memegang sekop dan para ibu yang sibuk menertawakan suaminya. Kami menghabiskan siang itu untuk full aktivitas diluar ruangan. Aku, Athena, dan Aelwen berhasil membuat boneka salju mini-kami sendiri.
"Aelwen lihat! Boneka salju ku sudah jadi," ujar ku memamerkan tumpukan salju kecilku. Boneka salju ku pendek, dengan mata batu dan syal merah pemberian Aileen yang tergantung di lehernya. Aelwen menoleh menghampiri boneka saljuku, "Aku rasa boneka ini kurang hidung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Farfalla Deformata
Teen FictionSebuah cerita tentang perjalanan pencarian jati diri keenam remaja unik. "Kalo ikal punya laskar pelangi, kalo gue punya farfalla deformata" ujar aalona. Kisah kami yang semula semu menjadi sedikit berwarna, setelah pertemuan pertama di Rotterdam...