Track | 03 Iterum Conveniant
Bertemu kembali
Sepuluh tahun setelah pertemuan di
Belanda.Aku kini sudah berusia 17 tahun, menduduki bangku SMA kelas 2. pagi ini aku sedang menggigit-gigit ujung pensil kesayanganku, aku tau ini jorok tapi entah kenapa ujung pensilku ini seperti diciptakan untuk ku gigit.
Jam menunjukkan pukul 06:50 pagi. Namun, tak satupun teman kelasku yang kunjung datang. Entah aku yang kepagian atau mereka yang terlalu santai. Aku sudah berada di kursi kelas lengkap dengan meja yang berserakan peralatan belajarku.
Sudah satu jam aku berkutat dengan buku-buku pelajaran hari ini, "Kok ini bisa gini ya? Gue dapet ini darimana si? Perasaan semalem gue dapet jalannya, kenapa sekarang gue gak paham sama sekali tulisan gue sendiri?" dialog panjang-ku pagi itu sendirian.
"Mau gue bantu?" terdengar bisikan halus di telinga kanan, pikiran negatif langsung menyerbu otak-ku. 'Dibelakang gue setan ya? yakan setan? iya pasti setan!' racau diriku seperti orang gila kesetanan dalam pikiran, tanpa menoleh lagi aku langsung berlari meninggalkan kelas.
- Farfalla Deformata -
Bel masuk berbunyi, Aku segera berlari kecil menuju ruangan berukuran 9 x 8 meter yang menjadi tempat diriku menimba ilmu setiap harinya.
Dari jam 6 pagi tadi, setelah kejadian bisikan halus itu aku memutuskan untuk berdiam diri di lobby yang kebetulan sudah lumayan ramai akibat dari warga sekolah yang mulai berdatangan.
Asal kalian tau, berada di lobby pagi hari cukup menghibur. Terlebih saat mendekati jam bel masuk, murid dan guru berlari pontang-panting memasuki area sekolah agar tak mendapat hukuman.
Saat sampai dikelas aku berjalan menuju meja yang berada di urutan terbelakang. Tepat saat diriku menjatuhkan bokong ke-atas kursi kesayanganku, wali kelas masuk diikuti sosok pangeran berseragam SMA. Alay memang, tapi begitulah first impression ku terhadap lelaki jangkung dengan mata biru laut itu.
Usai ia memperkenalkan diri layaknya anak baru, seakan-akan sedang berada di sinetron walikelas menyuruh lelaki yang kuketahui bernama Yohanes Reynaldo itu duduk di sebelahku yang kebetulan kosong. Seluruh mata gadis dikelas menatapku iri. Haha siapa suruh tidak ada yang mau duduk denganku kemarin-marin.
Fyi aku tidak dikucilkan, hanya saja pertemananku berjumlah ganjil sehingga diriku berakhir duduk sendirian. "Ehem!" Ujar Aldo-anak baru itu membuyarkan segala lamunan sombongku.
"Kenapa?" Tanya ku sembari menatap manik biru yang membuat siapapun dapat tenggelam di dalamnya.
"Buku lo ganggu," Ujarnya sembari menepis buku milikku yang berada di depannya. Sejak kejadian itu seluruh pandanganku tentang laki-laki ini berubah.
Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tidak ada bedanya seperti saat ku duduk sendiri, teman sebangku-ku memilih membisu selama dua setengah jam itu.
Bel istirahat berbunyi, kelas seketika berubah menjadi pasar loak. "Eh halo aldo! Kenalin gue Fresya! " ujar salah satu temanku dengan gaya sok di feminim-in, siapa pun yang melihatnya aku yakin akan mual.
lelaki bermata biru laut itu hanya menatap datar Fresya. Bahkan tanpa perlu repot-repot tersenyum, laki-laki itu beranjak meninggalkan kelas. Fresya hanya memanyunkan bibirnya seperti bebek dower dan ikut pergi menuju segerombolan anak laki-laki 'hitz' kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farfalla Deformata
Teen FictionSebuah cerita tentang perjalanan pencarian jati diri keenam remaja unik. "Kalo ikal punya laskar pelangi, kalo gue punya farfalla deformata" ujar aalona. Kisah kami yang semula semu menjadi sedikit berwarna, setelah pertemuan pertama di Rotterdam...