Chapter 23. Setiap orang punya masalah

553 50 0
                                    

💜Ssaem, I Love U💜



Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Di ruang direktur....

Sang ayah kembali mencari pertikaian terhadap Seokjin yang sudah sempat diam sebelumnya. Bagi Seokjin saat ini, mungkin dimarahi di ruang pribadi akan lebih baik daripada di luar yang ramai dengan manusia. Tampaknya sang ayah masih tidak ingin mau mengalah dari anaknya. Tidak siap dipermalukan seperti tadi.

"Jangan bilang kalau kau dan anak murid tadi memiliki hubungan? Papa suruh kamu menikah dengan wanita bukan pacaran dengan pria," protes Tuan Kim.

"Anak itu bisa menghasilkan anak seperti wanita. Lalu jika dia bisa, apa aku harus memaksakan diri mencari wanita di luar sana?" timpal Seokjin juga dibarengi sulutan amarah.

"Siapa? Anak tadi?" Sang ayah tertawa remeh.

"Kau pikir semua pria bisa seperti Min Yoongi?"

"Tapi dia punya dan dia bisa jadi ibu dari anak-anakku jika aku menikah dengannya."

Plak!

Seokjin kembali tertampar oleh tangan sang ayah. Suara itu menjadi saksi bisu rasa khawatir Jungkook yang saat ini sedang melanda dia, di luar sana. Takut bahwa mungkin Seokjin dimarahi habis-habisan, melihat bagaimana oknum kesayangannya dipermalukan depan semua orang barusan. Di sampingnya tentu ada Jong-in yang mencoba menenangkan.

Kembali ke ruangan kedap suara itu. Sang ayah tampak geram dengan raut yang sulit dimengerti lagi. "Dasar anak kurang ajar! Kau ingin mempermalukan ayahmu, hah! Dengan menikahi seorang pria kau pikir reputasiku sebagai ayahmu tidak akan jatuh?! Pikirkan apa kata teman-temanku saat mereka datang ke acaramu kelak. Kau mau ayahmu dihina karena anaknya menderita penyakit mental, hah?! Jawab Jin! Kau mau dibilang tidak waras oleh mereka?!"

Seokjin, dengan tangan bergetar hebat yang terlihat menggenggam erat di ujung tangannya, yang menunjukkan bahwa manusia ini juga sedang menyimpan amarah tinggi dan siap dilampiaskan jika dia mau. Tapi sadar bahwa yang di hadapannya adalah orang tua, ayahnya sendiri.

Mata merah nyalang yang mulai tampak berair itu membuktikan bahwa hatinya menyimpan beberapa beban melimpah ruah dan siap untuk dilontarkan.

"Aku memang sudah tidak waras. Aku tidak waras sejak Papa yang memulai kegilaan ini!" Sang ayah mengernyit dalam amarahnya. Dirinya disebut sebagai tersangka.

"Jika Papa menerima Mama apa adanya tanpa menuntut, mungkin aku tidak akan melangkah sejauh ini! Mungkin, sudah sejak lama aku menikah dan tidak hadir di sini. Papa yang menuntunku sampai aku tidak se-waras ini!" bentak Seokjin penuh tekanan.

"Kau!---" geram sang ayah.

"Aku tidak ingin menjadi Papa yang menyia-nyiakan orang yang telah mencintai Papa apa adanya. Orang yang selalu mengurus Papa sebelum ini. Aku takut untuk menikah karena trauma dengan hubungan kalian!" Tanpa sadar bentakan Seokjin dibarengi dengan air mata. Kata 'kalian' merujuk pada ayah dan ibunya yang telah tiada.

"Aku takut jika aku menikah maka aku akan melakukan hal yang sama seperti Papa atau aku akan merasakan hal yang sama seperti Mama."

"Itu sangat menakutkan." Nada itu melemah dan tercekat. Seokjin mengeluh dalam tangisnya.

"Butuh waktu untuk bisa bangun seperti sekarang. Kebencian Papa terhadap Mama atas meninggal Seokyung, membuat aku sebagai anak merasa bersalah. Kenapa tidak aku saja yang mati jika memang Papa menginginkan Seokyung hidup! Seharusnya Papa bilang sejak awal jika Papa menginginkan Seokyung yang hidup agar Mama tidak fokus padaku. Tapi kenapa baru membuka rahasia itu sekarang?! Jika sejak dulu, setidaknya aku masih seorang bocah yang tidak mengerti apapun dan kematianku takkan membuat derita apapun padaku. Kenapa, Pa? KENAPA?!" Akhirnya berujung bentakan.

Ssaem, I Love U [Jinkook] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang