Chapter 27. Kesan pagi pertama pengantin baru

728 47 0
                                    

💜Ssaem, I Love U💜


Golden Maple
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Mentari kembali ke penanggkringannya. Menerangkan seluruh kota bagian Timur dunia, salah satunya adalah Korea. Jong-in seperti biasa, yang selalu mampir ke mart sendirian dan menyantap mie dadak sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang.

"Apa kau tidak bosan makan itu setiap saat?" tegur seseorang yang ikut duduk di sampingnya. Dialah Park Jimin.

"Apalagi yang bisa dimakan anak kos, Ssaem? Jungkook udah nggak samaku lagi. Jadi ya...mie dadak aja." Lanjut menyantap makanan itu.

Dulu waktu masih ada Jungkook, Taehyung, dan dirinya sering makan di kos Jungkook karena hanya Jungkook yang lumayan bisa masak.

"Kau punya banyak uang, 'kan? Kalau begitu biar Ssaem temani, ya?" usul Jimin. Lalu ikut memesan mie dadak yang sama seperti yang dimakan Jong-in.

Saat makanan tiba dengan uap yang masih berevolusi menjadi udara, Jimin berkata. "Kau yang traktir, ya?" Jong-in terdiam sesaat dan ia merasa beruntung akibat orang tuanya baru mengirim tadi malam. Tak disangka manusia yang justru punya pekerjaan tetap malah minta ditraktir anak murid.

Namun tak apa, setidaknya Jong-in dapat menikmati wajah sang guru yang menikmati mie panas itu. "Jadi kau tidak punya rencana? Berkuliah atau bekerja?" Jimin mulai bertanya.

"Aku sudah mendaftar ke fakultas tak jauh dari kos. Tinggal nunggu diterima nggaknya." Jimin pun mangut-mangut dengan mulut penuh mie.

Terlihat sudut bibir sang guru terselip kuah mie dan Jong-in berikan tisu sebagai bentuk peduli. Tentu Jimin langsung menerimanya dengan tangkas dan mengelap tiap sudut bibirnya tanpa sungkan ataupun bertanya, sekiranya yang mana yang perlu dielap. Namun memang tepat sasaran yang diseka Jimin, jadi tak perlu khawatir.

Jong-in kembali menyantap mie kuah yang nikmat tapi siap saji itu. Sehingga Jimin yang tadinya sempat berhenti makan mulai melontarkan sebuah kata-kata.

"Apa kau masih menyukaiku?"

Uhuk!

Jong-in spontan tersedak mie yang masih akan diseruputnya. Sumpah, ini hal paling menyakitkan saat kuah pedas itu terasa membakar kerongkongan di saat tersedak.

Jimin ikut membantu Jong-in dengan menepuk-nepuk punggung leher pemuda yang tengah terbatuk-batuk itu. "Pak, boleh minta air hangatnya?" pinta Jimin.

"Iya. Tunggu sebentar, ya."

Sesuai yang dijanjikan. Air segera datang dalam waktu sekejap. "Ini minumlah!" tawar Jimin.

Segera Jong-in menyeruput air itu dan mendongak saat ingusnya ingin ikut andil keluar. Hidung dan kerongkongan adalah tempat yang paling sensitif jika seseorang tersedak.

"Apa pertanyaanku begitu mengejutkanmu?" Jong-in mengangguk saja.

Jimin sedikit merasa bersalah dan meminta maaf sambil mengelus punggung Jong-in untuk sedikit meredakan sakitnya. Namun Jong-in merasa aneh jika Jimin malah melakukan itu.

____
Pemuda Kim ini sampai di depan rumahnya dengan mantan guru yang setia di sampingnya sejak tadi. Jimin telah ditraktir, jadi dia membalasnya dengan mengantar Jong-in sampai ke tujuan. Pemuda ini segera menunduk hormat dan berterima kasih telah ditemani pulang sembari mengajak ngobrol dia guna menghilangkan kegundahan.

Saat tangan Jong-in mulai aktif memencet digit nomor dan pintu terbuka setelah nomor yang dipencet benar. Tiba-tiba tangan Jong-in ditahan oleh Jimin, membuat si empu menoleh lagi ke orang dewasa di sebelahnya. Tangan Jimin dengan cepat menangkup kedua rahang Jong-in dan menciumnya. Tentu yang muda terkejut akan hal itu tapi tak bisa menolak, ciuman adalah ancaman bagi seme seperti Jong-in.

Ssaem, I Love U [Jinkook] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang