Keluarga
×
×
×
Setelah melakukan perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 1 jam 30 menit di dalam pesawat, mereka akhirnya tiba di bandar udara NRT Narita Airport, Tokyo, Jepang.
Lelah, itu yang ada dalam pikiran bocah bersurai merah sebahu itu, duduk diam di dalam pesawat membuat otot-otot tubuhnya seperti ditarik oleh sesuatu. Y/n berjalan beriringan bersama Ibunya. Tentu goro juga ada di sana, namun menggingat mental illness dan trauma terhadap laki-laki yang di alami Y/n, pria itu harus menjaga jarak dan hanya menggekori mereka dari belakang menuju mobil.
Dalam perjalanan menuju Hachioji, lagi-lagi manik sekunder Y/n tidak lepas dari gugurnya kelopak bunga sakura yang di bawa angin menghiasi jalanan Tokyo. Kota ini sangat ramai, banyak sekali orang-orang yang barlalu lalang serta bangunan-bangunan yang tinggi. Memang tidak beda jauh dari kota Sopporo, tapi kota ini membuat kesan yang lebih modern dan maju.
“Tokyo sangat ramai bukan sayang?” Tanya Ibu Y/n tiba-tiba.
“Hm.” Jawab Y/n.
“Tapi sayang sekali Y/n, Kita tidak tinggal di seputaran Tokyo. Rumah kita ada di Hachioji. Ya, Hacioji juga termasuk wilayah Tokyo si, tapi- Aahk entahlah. Namanya juga Tokyo kota Metropolitan, Hahaha” Jelas Ibu Y/n tidak jelas.
“Apa masih jauh Bu?” Tanya Y/n.
Mendengar pertanyaan putrinya, tentu saja membuat Mai senang. Mai melihat putrinya dengan mata yang berbinar karna terharu akan reaksi putrinya, reaksi putrinya kali ini berbeda dengan tanggapannya yang biasanya hanya memberi jawaban yang singkat nya diam tanpa menggatakan apapu
“Sekitar 46 menit lagi sayang.” Jawab Ibu Y/n.Goro yang fokus menggemudi sedari tadi, melirik sebentar dan tersenyum melihat interaksi keduanya dibalik side-view mirror mobilnya dan kembali fokus pada jalan di depan.
.
.
.
Setelah cukup lama menyetir, akhirnya Goro dapat memarkirkan mobilnya tepat disebuah halaman rumah bewarna putih dan dipadu dengan warna brown diatap dan pagarnya.
Pria itu dengan segara keluar dari mobilnya dan menggangkut semua barang milik Y/n dan istrinya satu pesatu dibantu oleh asisten rumah tangga yang dia pekerjakan.
“Bibi Kaeda, bawa koper ini ke kamar yang sudah disiapkan untuk Y/n” Ucap Goro pada asisten rumahnya.
“Baik” Jawab Kaeda.
Pehatian Goro kini terahli pada seorang bocah yang melangkahkan kakinya perlahan untuk keluar dari dalam mobil hitam miliknya sambil memandang lingkungan sekitar yang baru bagi mata bocah itu. Goro tidak dapat berbuat banyak, tekait dengan mental bocah yang kini sudah berstatus sebagai anaknya, dia akan menyerahkannya kepada istrinya, Mai.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEXPECTED {Wakasa Imaushi X Reader}
FantasyApa ini! Memang benar apa kata orang, "jangan menilai seseorang dari penampilannya terlebih dahulu" Setelah pertemuan kita yang sekian kalinya, aku baru menyadari kalau kau gadis yang begitu cantik. Dengan surai merah yang dibiarkan tererai begitu...